Bab 09 Jodoh?

16.8K 2.6K 103
                                    

ROIKO EH SALAH KAIRO POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ROIKO EH SALAH KAIRO POV

"Eh Kai  gimana kabar calon mantu bunda?"

Aku menatap bunda yang kini masuk ke dalam kamar dan langsung memberondong dengan pertanyaan itu. Ini pasti urusan sama si Mungil lagi. Aku tersenyum mengingat Naomi.

Bagaimana bisa awal pertemuan kami memang tidak sengaja. Saat itu aku baru aja mau pesan bunga untuk ultahnya bunda. Dan berhenti di depan Saras florist. Yang ternyata membawaku ke takdir ini.

Pokoknya aku sebenarnya masih belum percaya 100 persen kalau si Naomi itu usianya 29 tahun
Masa dia sama aku tuaan dia? Gak mungkin kan  ya?

"Heh ditanyain bunda malah senyum-senyum sendiri."
Tepukan di bahuku membuat aku tersadar dari lamunan. Pokoknya si Mungil itu udah membuat aku terjangkit virus. Yang tidak bisa diobati. Titik gak pake koma dan tanda seru.

"Bun, itu beneran kalau Naomi usianya 29 tahun? Gak dikurangi 10 tahun gitu?"

Bunda kini duduk di tepi kasur dan terkekeh.

"Iya dia sejak dulu ya kecil gitu. Kayaknya pertumbuhannya mandek sampai situ aja deh. Masih unyu-unyu gitu kan Ya?"

Tuh kan bunda  aja bilang gitu. Apalagi aku yang emang sejak pertama ngeliat dia masih kayak anak baru lulus smp.

Tubuhnya yang emang pendek, wajahnya yang imut. Pipinya yang memerah kalau aku ngomong. Terus semuanya itu emang imut gitu. Sampai jari  tangannya aja kecil-kecil gitu. Aku yang anak tunggal dan gak punya adek jadi terobsesi pengen punya adek kayak dia. Habisnya gemesin.

Aku tuh lagi oteweh mau ngadopsi  dia tahu. Malah bunda ngajakin ketemuan ama anak sahabatnya. Dan mempertemukan aku lagi sama Naomi.

"Kamu udah ada rasa belum ama Naomi? Ya emang kecil sih tapi lucu dan imut Kan? Cantik dia."

Bunda menyenggol bahuku. Membuat aku tersenyum.

"Mau sih bun. Tapi Naominya  kayaknya gak mau deh ama Kai. Habisnya dia dendam ama Kai karena anggap dia anak smp baru lulus sekolah gitu. Awalnya aja sempet Kai kasih es krim sama nasi kuning."

Bunda melongo mendengar ucapanku. Lalu menggelengkan kepala.

"Parah kamu Kai  lha kok bisa dianggap anak smp tu gimana? Gadis cantik gitu loh. Siap dinikahi."

Bunda malah buat aku jadi merasa  bersalah sama Naomi.

"Ya udah. Pokoknya pepet  terus dah. Segera halal pokoknya."

Kuhela nafasku saat mendengar ucapan bunda dan beliau meninggalkan ku sendiri dengan kebingungan memecahkan masalah ini. Hadewh.

Tapi aku langsung ada ide. Kuambil ponsel dan mulai mengetikkan sesuatu

 Kuambil ponsel dan mulai mengetikkan sesuatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku ngakak  membayangkan wajah Naomi yang ditekuk itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku ngakak  membayangkan wajah Naomi yang ditekuk itu. Dia pasti imut. Godain dia itu sekarang jadi jadwal rutin buatku.

Aku menatap foto dia yang dijadikan profil whatappnya. Aku ambil dan aku jadikan wallpaper. Wajahnya yang mungil itu membuat aku gemas sendiri.  Astaga ada apa denganku?

Beranjak dari atas kasur lalu melangkah ke arah balkon  yang ada di kamar ini. Udara malam langsung  menyambutku.

Baru satu bulan aku di sini. Aku memang lahir di Kairo, Ayah yang pernah bekerja di sana membuat bunda ikut bersama ayah. Dan melahirkanku  di sana. Hanya saja beberapa tahun yang lalu bunda dan Ayah memutuskan untuk kembali pulang ke Indonesia. Sedangkan aku masih di mesir untuk menyelesaikan pendidikanku.
Baru satu bulan kemarin aku pulang.

Jadi aku masih termasuk baru di sini. Hanya saja kehadiran Naomi membuat aku sedikit terhibur dengan adaptasiku di sini. Aku memang sejak kecil sudah diajarkan bahasa Indonesia oleh ayah bunda dan juga tiap tahun diajak pulang menjenguk nenek dan kakek.  Jadi aku fasih kalau cuma berbahasa Indonesia.

Aku merogoh saku celana dan mengeluarkan ponselku lagi. Aku masih belum puas menggoda Naomi. Kepencet nomornya dan menempelkan ponsel di telinga. Langit malam penuh bintang membuat aku ingin sekali berbagi dengan Naomi.

"Apa?"

Suara galak di ujung sana membuatku tersenyum. Aku bersandar di pagar balkon dan kini menjawab.

"Aku gak bisa tidur nih."

"Minum susu."

Itu jawaban Naomi. Dia kayak malas banget nerima teleponku ini.

"Buatin  adeknya..."

Jawabanku membuat suara Naomi sedikit gemas. Dan aku tertawa.

"Udah deh panggil aku Kakak Naomi. Kamu ama aku tuh tuaan aku."

Ujarnya bersungut-sungut.

"Enggak mau. Bagi aku, kamu itu adek."

"Haiiisshh batu banget sih jadi orang."

Aku tertawa mendengar nada sewotnya. Tapi aku tahu dia peduli denganku karena tidak menutup teleponnya. Masih menjawab meski dengan sinis.

"Dek.."

"Apa om?"

Suara jengkel itu malah membuatku tergelak lagi. Naomi sudah membuat aku terus tersenyum

"Adek beneran pengen segera nikah?"

Ada keheningan yang membuatku takut kalau Naomi tidak mau menjawab.

"Hemmm aku udah 29 tahun dan sudah putus asa mau nikah. Gak ada yang ngertiin aku kalau aku nih udah tua. Bukan bocah smp lagi. Ada yang peduli gak sih? Aku tuh terluka dianggap masih kecil terus."

Suara penuh emosi itu membuat aku mengerti. Naomi pasti sudah sampai ambang batasnya. Siapa juga yang tidak kesal kalau dianggap anak kecil terus.

"Jadi mau nikah?"

"Mau.."
Jawab Naomi dengan cepat. Dan aku melompat kegirangan.

"Eh anu maksudnya.
Haish bukan sama kamu. Aku gak mau nikah sama anak kecil kayak kamu."

Ucapannya itu membuatku menggelengkan kepala.

"Aku udah 27 tahun bukan bayi lagi juga. Jadi adeknya harus nerima aku. Titik gak pake koma gak pake tanda seru dan gak pake telur."

Jawabanku memang sangat menjengkelkan. Lalu mematikan ponselku. Aku gak mau membuat Naomi makin marah-marah. Tapi aku akan bergerak cepat. Mengambil hati dedek imut itu.

Bersambung

Ini part spesial yang minta pov Roiko ya..
Votement yang banyak..

17 YEARS OLD?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang