1

67 2 1
                                    

Pagi itu udara sangat dingin, Zara masih saja meringkuk di bawah selimut tebalnya. Ia susah tidur tadi malam ditambah udara pagi ini sangat dingin yang membuatnya enggan untuk bangun. Hari ini masih libur semester, jadi Zara bisa bangun agak siang. Juga karena ia suka molor

Kira-kira pukul 06.00, Zara baru mengerjapkan mata menyesuaikan dengan cahaya matahari yang telah masuk ke kamarnya. Ia kemudian bangun dan melakukan ritual pagi, kiira-kira 20 menit ia keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk yang masih melilit tubuhnya. Ia berganti pakaian lalu turun untuk sarapan bersama orangtuanya.

Di meja makan

"Pagi Pa, Ma!" sapa Zara datar

"Pagi Nak, ayo sini sarapan dulu, nanti jam 8 calon mertuamu akan datang untuk membicarakan tanggal pernikahan", ujar Zafran-papa Zara

"Ha? Secepat itu pa?" ucap Zara kaget

"Iya nak, lebih cepat lebih baik, lagian kuliah kamu tinggal 2 semester kan, jadi nanti kalo wisuda udah ada temennya" ledek Zafran-papa Zara

"Iya sih pa, tapi kan aku belum kenal sama dia" rengek Zara

"Kamu akan ketemu nanti di pelaminan nak, calon suamimu mau memberikanmu kejutan" Ucapa Sania-mama Zara

Zara masih bergeming di tempat duduknya, baru tadi malam papa bilang kalo Zara mau dikenalkan dengan anak teman bisnis papa, tapi hari ini orangtua calon suaminya malah akan datang untuk membicarakan tanggal pernikahan. Sebenarnya Zara menolak pernikahan ini, namun karena ini pemintaan almarhum kakeknya sebelum meninggal dulu jadi Zara terpaksa menurutinya, ia juga belum tau bagaimana rupa calon suaminya, bahkan namapun belum tau, begitulah memang.

Suasana meja makan hening sejak percakapan tadi, Zafran dan Sania sibuk menghabiskan makanan, dan Zara sibuk dengan pikirannya tentang perjodohan yang menurut Zara sangat mendadak ini.

30 menit berlalu, meja makan sudah bersih, Zafran dan Sania duduk di ruang keluarga menonton tv, karena memang hari ini Zafran tidak ke kantor, ia harus menunggu calon besannya yang akan berkunjung ke rumah, sementara Sania memasrahkan butiknya kepada Salwa-adiknya. Zara kembali ke kamarnya untuk sekedar berdamai dengan keadaan, apapun yang terjadi ia harus menerima kalau ia harus menikah muda dengan laki-laki yag bahkan ia belum tahu siapa namanya.

Tak terasa sudah jam 7.30, itu tandanya setengah jam lagi calon mertuanya akan datang.

Tok tok tok – Zara menoleh mendengar pintunya diketuk, ia tau itu pasti mamanya.

"Zara, udah jam setengah delapan, segera turun ya nak kita sambut calon mertua kamu, jangan lupa dandan yang cantik" ucap Sania

"Iya ma" jawab Zara seadanya.

30 menit bagi Zara waktu yang lama, ia masih belum beranjak dari posisi tidurnya sambil memainkan ponsel pintarnya, dari tadi ia sedang curhat kepada Fatimah teman kampusnya sekaligus teman dari masa kecil Zara.

Zara Nabila:

Fatimah sibuk nggak? Aku mau curhat.. huhuuu :"(

Fatimah Adelia:

Nggak Ra, ada apa? Abis ketemu cogan, apa ketemu Oppa? Haha

Zara tersenyum, mengingat tentang Yusuf, kenangan indah masa kecilnya. Namun ia segera ingat akan perjodohan ini.

Zara Nabila:

Ih gue serius nih, dengerin gue

Fatimah Adelia:

Iya gimana? Gue dengerin nih

Zara Nabila:

Tadi malem papa bilang kalo aku udah dijodohin sama anak temen bisnis papa, ternyata kita udah dijodohi sejak sebelum kakek meninggal, dan aku baru dikasih tau tadi malem :"(

Fatimah Adelia:

Wah selamat yah Zara, akhirnya lo wisuda ada gandengan, lah gue :"(

"Ah ni anak malah ngasih selamat, gue berduka juga" gerutu Zara melihat balasan dari Fatimah

Zara Nabila:

Ah lu malah ngasih selamat :"( masalahnya gue belum tau dia kaya gimana, bahkan namanya aja dirahasiain, sok misterius banget emang tuh cowok.. huaaa

                                                                                                                                                   Fatimah Adelia:

          Beneran? Masa caloon suami sendiri ga dikasih tau namanya, fotonya juga nggak ada?

Zara Nabila:

Nggak ada Del, sedih banget gue, berasa mau nikah sama anak intel ga boleh tau apapun tentang dia :"(

                                                                                                                                                       Fatimah Adelia:

                                                    Yang sabar ya Ra, siapa tau calon suami lo kaya Lee Jong Suk.. haha

"Ni anak malah ngeledekiiinn" pekik Zara mendengar balasan Adelia-panggilan akrab Zara ke Fatimah.

Zara Nabila:

Kayaknya chat sama lo malah nambah gue pusing deh Del, udah dulu ya mau turun, camer aku dateng huaaaaa

Chat itu berakhir sepihak karena Sania sudah memanggilnya untuk turun, ia segera mengenakan gamis maroon dengan hijab peach favoritnya, menaburkan sedikit bedak dan lipstik warna bibir agar tidak membuatnya pucat. Meskipun ia tak menginginkan ini namun ini harus ia lakukan untuk menuruti permintaan terkahir kakek, ia sangat menyayangi kakeknya. Ah jika mengingat tentang kakek, Zara selalu ingin menangis. Pasalnya kakeklah yang merawat Zara saat orangtua Zara tinggal di Jakarta selama Zara SMP-SMA, Zara tinggal bersama kakek di Bandung. Dan.. ah dia tak mau mengingat tentang Yusuf karena ia juga akan sedih.


**************************************************************************

Hallo shalihah, ini cerita pertama aku loh.

aku minta kritik sarannya ya, untuk lanjut apa nggak. hehe

Jangan lupa vote+Comment

Terima kasiihh

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 08, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Pengganti YusufWhere stories live. Discover now