Dua : Awal

7.6K 646 45
                                    

Hinata menatap sekeliling cafe mewah yang tak jauh dari apartemen Sasuke. Ia berpikir apakah ia bisa membayar dua gelas minuman. Ia menyesal tidak bawa uang banyak. Kalaupun ia bawa uang banyak, ia harus rela tidak makan dua hari agar bisa membayar dua gelas minuman di cafe itu.

"Mau pesan sesuatu dulu?" Tanya Hinata sambil berdiri di bar tempat memesan.

"Aku Black Coffe." Kata Sasuke sambil menatap pelayan perempuan yang sedang menatap malu padanya.

Hinata bergidik ngeri melihat pelayan perempuan itu. Hal itulah yang membuat Sasuke bisa melakukan apapun yang ia mau hanya karena tampang. Dunia ini terkadang memang tidak adil. Hinata membenci hal-hal yang mengistimewakan hanya karena tampang atau sejenisnya.

"Kau?"

Hinata mengalihkan perhatiannya dari pelayan itu, lalu memandang Sasuke sekilas dan kembali fokus pada menu minuman di depannya.

"Saya..." Hinata menggigit bibirnya karena bingung mencari minuman yang termurah. Sepertinya ia harus rela kehabisan uang. "Saya teh hangat saja." 

Sasuke menatap Hinata sejenak, lalu mengeluarkan kartu kreditnya.

"Biar aku saja yang bayar." Kata Hinata cepat.

Sasuke mengabaikan Hinata dan tetap membayar pesanan mereka. Setelah pesanan datang, mereka langsung duduk di dekat jendela.

Hinata menatap langit yang semakin gelap dari jendela, lalu fokus kepada Sasuke sambil mengeluarkan sebuah surat dari Karin.

"Saya disini-"

"Kenapa harus berbicara formal? Aku yakin ini masalah pribadi. Langsung saja ke intinya." Kata Sasuke sambil menatap intens Hinata.

Hinata berdehem sambil menenangkan hatinya yang gelisah melihat Sasuke yang menatap intens ke arahnya. "Baiklah. Aku ingin menyampaikan surat ini."

Sasuke mengangkat sebelah alisnya. "Surat cinta darimu?"

Hinata langsung terbatuk karena pertanyaan Sasuke. Apa dia bilang? Surat cinta? Astaga... Ternyata tingkat percaya dirinya sangat tinggi. Apakah ia terlihat menyukai pria itu? Hinata rasanya ingin segera pulang.

"Bukan. Itu surat dari Karin. Aku harap kau mau membacanya dan memutuskan hubungan kalian." Kata Hinata.

Sasuke terdiam sejenak, lalu meraih surat itu yang berada dihadapannya.

"Karin?" Tanya Sasuke bingung.

Hinata mengerutkan kening. "Iya Karin. Kau pasti mengenalnya. Bagaimana mungkin kau lupa atau tidak mengenalnya?"

Sasuke masih terdiam, lalu beberapa detik kemudian terkekeh pelan.

"Si rambut merah penggila seks itu ternyata." Kata Sasuke dengan tampang tanpa dosa.

Hinata membelalakkan matanya. Benar-benar kurang ajar. Bagaimana bisa pria itu mengatakan hal tidak sopan di muka umum? Bagaimana kalau di dengar anak-anak? Apalagi ini menyangkut temannya sendiri.

"Bisakah lebih sopan?" Tanya Hinata yang mulai geram.

"Aku mengatakan fakta." Jawab enteng Sasuke.

"Karin tidak mungkin seperti itu. Justru kau yang kelihatan seperti itu." Kata Hinata dengan nada agak tinggi. Lalu bergumam, "Menjijikkan."

Sasuke menyeringai. "Kenapa? Kau temannya? Sepertinya kau tidak jauh beda darinya."

Hinata langsung berdiri dari duduknya. Telinganya sudah tak sanggup mendengar perkataan Sasuke. "Maaf. Kau tidak berhak menilaiku hanya karena aku berteman dengan orang sepertinya. Lagipula, dia sudah meninggalkan semua perbuatan jahatnya itu. Jadi, jangan pernah mencarinya lagi. Sekarang, aku pergi dulu. Terima kasih untuk tehnya."

Hate or Love?Where stories live. Discover now