"Hemm, iya deh."

"Makasih abangku ganteng." Ucapku ceria.

***

Aku sudah sampai di rumah sakit. Bang Aries hanya ngedropin aku. Jadi dia nggak ikut masuk.

Ruangan Bila terlihat sepi. Bunda dan abah sepertinya udah pulang. Bila juga sedang tidur. Lama juga ya aku belanja. Sampai pegel nih kaki.

Terdengar suara keran dari dalam kamar mandi. Sepertinya Bila nggak sendirian.

"Mbak udah di sini?" Tanya Ayesha terkejut saat keluar dari kamar mandi.

Aku hanya tersenyum.

"Bener ya, mbak tambah cantik." Ungkap Ayesha melihat perubahanku.

"Dari dulu kali Sha hehehe." Aku terkekeh, masa iya sih aku ganteng kan aku cewek pasti cantiklah. Mungkin berhijab bikin kadar kecantikanku naik berkali lipat kali ya.

"Iya deh." Ujar Ayesha melihatku yang cengar-cengir keGe-Eran.

"Bunda sama abah udah pulang ya?"

"Udah mbak dari tadi kok."

Aku hanya mengangguk-angguk. Payah nih abah, masa ninggalin anak di bawah umur di rumah sakit.

Hampir sejam aku ngobrol tentang hijab dengan Ayesha. Sampai mencoba tutorial hijab ala anak zaman now. Tapi tetep itu cuman buat lucu-lucuan aku nanti bakalan pakai hijab syar'i. Memakai khimar yang menutup sampai perut.

Tapi kok bete juga ya. Pengin jalan-jalan keliling rumah sakit. Apalagi lihat Ayesha yang udah terkantuk-kantuk.

"Sha, mbak tinggal sendiri nggak apa-apa kan?"

"Nggak apa-apa mbak." Jawabnya ramah.

Akhirnya aku memilih berjalan keluar dari ruangan Bila.

Nggak tahu kenapa pengin aja jalan-jalan keliling rumah sakit tanpa ada tujuan. Padahal kemarin aku kayak orang aneh. Ketakutan masuk ke rumah sakit gara-gara ketemu ayah. Tapi apa iya aku jalan-jalan ini pengin ketemu ayah.

Nggak. Nggak mungkin. Aku kan jalan-jalan cuman pengin jalan-jalan aja. Lihat situasi rumah sakit. Lihat kesibukan rumah sakit. Pokoknya niatnya pengin keliling. Pegel di kaki gara-gara belanja nggak tahu kenapa juga udah hilang.

"Mbak." Sapa seseorang berkursi roda saat berpapasan denganku.

Aku menunjuk diriku sendiri. Memastikan kalau dia menyapaku.

"Iya. Mbak yang kemaren nangis di taman kan?" Tanyanya memastikan kalau dia tak salah orang.

Aku mengusap wajah dan tertunduk. Kok dia masih ingat sih. Itu kan peristiwa yang memalukan.

"Bener kan? Kok sekarang pakai hijab mbak. Tobat ya mbak?" Tuduh dia begitu menohok jantungku.

"Bukan tobat tapi hijrah." Jawabku menatap tajam mengintimidasinya. Bukannya takut dia malah tertawa mendengar jawabanku.

"Semoga istiqomah ya."

"Aamiin." Jawabku singkat, kemudian kembali melangkahkan kaki.

Asheeqa (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now