Chapter 4: Stay Over at Midorima Shintarou's House.

Start from the beginning
                                    

Midorima udah mau pingsan, tapi dibangunin lagi sama harga dirinya.

"Terserah kau saja, nanodayo. Ehem." Midorima berdeham sedikit. "Cepat siap siap. Keburu malam." Perintahnya.

Kamu pun mengemasi barang barangmu seperlunya. Itupun udah keliatan kayak mau pindah rumah.

Engga deng. Author bercanda. /slap.

"Ayo berangkat midorima-kun!" Katamu dengan semangat. Midorima cuma geleng geleng. "Ayo. Semoga belum gelap, nanodayo."

Kalian berdua keluar dari gedung apartemen. Berjalan berdua menuju rumah Midorima.

Langit senja yang memerah itu menyelimuti langkah kalian. Belum gelap. Belum terlalu.

"Hoi, lewat sini, nanodayo." Kata midorima menunjukkan jalannya kepadamu.

"Masih jauhkah, midorin?" Tanyamu. Udah 10 menit jalan kaki ga nyampe nyampe. Betismu udah menjerit jerit minta diistirahatin.

"A-apaan itu midorin nanodayo?!"

"Namamu terlalu panjang. Susah manggilnya. Masih jauh nggak?" Jelasmu singkat dan kembali ke topik.

Midorima tidak menjawab, dia berhenti di rumah berwarna putih yang besar.

"Sudah sampai,nanodayo." Kata midorima sambil membuka gerbangnya.

Kamu masih cengo liat rumahnya.

Gede. Banget.

"Kau sedang apa bodoh, cepat masuk nanodayo!" Perintah midorima.

Kamu tersadar dari ke cengo-anmu. Buru buru ngambil barang barangmu dan masuk ke rumah, sesuai perintah si master-eh tuan rumah.

---------

Gak cuma luarnya. Dalemnya juga oke.

Bukan, kita ga lagi bicarain bentuk tubuhnya midorima. Dan 'dalem'nya. Tolong buang jauh jauh itu pikiran lemon lemonan kalian.

Ini rumahnya gede banget. Ga nyangka si megane ini anak orang kaya super. Tadinya kamu pikir dia cuma anak orang kaya titik, ternyata anak orang kaya super titik. Titiknya itu tanda baca,titik.

"Duduklah." Kata midorima padamu. "Tidak usah terlalu lama kagumnya. Rumahku ini tidak ada apa apanya dibanding rumah akashi." Dia menghempaskan tubuhnya di sofa ruang tengah.

"Eh, baiklah." Kamu pun duduk disebelahnya.

"(Name). Keluarkan alat tulis dan peermu itu. Aku tidak mau mengulur waktu hanya karena seorang gadis pemalas dengan peer segunung." Perintahnya.

Kamu hanya bisa manyun sedikit sambil mengeluarkan buku-bukumu. 'Oke, yang dia bilang emang ga salah. Tapi dia itu ngga bisa ya ngomong ngga nyakitin hati orang?!' Gerutumu dalam hati.

"Kita akan mulai mengerjakan apa, midorin?"

"Aku lebih suka matematika. Mulai dengan matematika saja." Dia membenarkan letak kacamatanya. "Dan panggil aku dengan panggilan normal."

"Midorin ga asyik."

"Panggil aku dengan normal."

"Iyaa iyaaa Shooter-sama." Kamu menghela nafas. "Ayo kita mulai, sensei!"

-----------------

30 menit kemudian..

"MASA BEGINI AJA GA BISA! KAU LULUS UN NGGAK SIH!" Midorima mencak mencak.

Date Us!Where stories live. Discover now