I Love You, Bro! (15)

3.9K 55 4
                                    

Dimi mengangguk dan tinggallah ia sendirian dikamar.

"Kalau bukan dia, siapa lagi yang aku cintai?"

--------------------------------------------

Ting!

Layar handphone Nic menyala. Menunjukkan ada sebuah pesan dan tertera nama Dimi disana.

From : Dimi
Halo?

Nic mengernyitkan keningnya. Ada apa tiba-tiba Dimi menghubunginya tengah malam begini?

To : Dimi
Gue baru aja ga masuk kantor satu hari. Ada masalah?

Send.

Di sisi lain Dimi memukul bantalnya frustasi.

"Untuk apa aku menghubunginya duluan? Apakah ada yang salah dengan otakku? Apa yang terjadi sebenarnya?"

Dimi memutar handphone dan juga mata nya. Ia berpikir apa yang harus ia balas untuk pesan itu. Huh! Dimi menghela nafas kasar.

"Kalo gue tanya apa dia baik saja, bukankah itu terlihat seperti gue khawatir padanya? Aaahh tidak boleh. Tapi apa yang harus gue balas ya? Atau ga usah dibalas aja ya? Yaudah deh ga usah dibalas aja. Bodo amat deh".

Dimi memutuskan untuk tidak membalas pesan itu. Dimi menarik selimut dan menarik nafas panjang, tak lama matanya pun terpenjam dan ia terlelap. Sementara di sisi lain, Nic menunggu balasan dari Dimi.

"Ada apa sih ni anak tiba-tiba ngirim pesan tapi gak jelas gini. Apa terjadi sesuatu ya? Tapi gak ah. Kayaknya dia baik-baik aja. Tapi gimana kalo misalnya dia lagi kenapa-napa makanya gak bisa balas pesan lagi? Apa gue telpon aja ya? Tapi kalo gak ada apa-apa tengsin dong gue."

Nic terus berkutat dengan pikirannya. "Apakah aku harus menghubunginya? Atau tidak? Atau iya? Atau tidak?"

----------

"Dimi, tolong segera keruangan saya." perintah Nic dari ujung telepon. Dimi segera bergegas menuju keruangan Nic setelah merapikan make up dan pakaian yang ia kenakan.

Tok. Tok. Tok.

"Masuk." sahut Nic dari dalam.

Dimi masuk keruangan dengan sedikit canggung. Entah apa yang memasuki pikirannya, tapi ia merasa sungkan dengan Nic. "Kenapa coba gue ngirim pesan semalam, pasti dia bakal nanyain masalah itu."

"Lo baik-baik aja kan?" tanya Nic.

"Heh?"

"Lo baik-baik aja kan? Gak kenapa-napa kan semalam? Gak kerasukan kuntilanak kan?" jelas Nic.

"Apa maksudnya itu? Kerasukan kuntilanak? Lo kira gue main di hutan apa gimana." dengus Dimi.

"Dari jawaban lo gue tau kalo lo baik-baik aja. Lagian kuntilanak mana berani sih sama lo. Kalo lo yang ngerasukin kuntilanak baru iya." ujar Nic sambil tertawa.

"Gue juga ngerasa lo baik-baik aja tu, nyesel banget semalam gue kirim pesan ke lo. Tau gitu gue gak usah peduli aja." jawab Dimi.

"Tunggu tunggu. Berarti bener kan semalam lo itu mau nanyain kenapa gue gak masuk kantor? Lo khawatir sama gue?"

"Khawatir apaan sih, gue itu gak khawatir. Gue cuma ya gue cuma nanyain aja kenapa lo gak masuk. Kan berkas ada yang perlu ditandatanganin juga. Kan itu emang tugas gue kan bener kan itu tugas gue sebagai sekretaris lo." jelas Dimi cepat dengan tergagap.

Nic tertawa lebar. Bahkan ia sampai memegang perutnya. Dimi yang melihat itu hanya bisa mengutuk diri sendiri. Kenapa ia begitu gugup didepan anak baru lulus sekolah seperti Nic?

"Gapapa khawatirin aja gue. Gue seneng kok." ucap Nic tiba-tiba diakhiri dengan senyum manisnya.

Pipi Dimi bersemu merah. Kembali ia memaki dirinya. "Ada apa dengan diriku sebenarnya? Aku bahkan tidak pernah segugup ini saat dekat dengan Ben."

"Bodo ah. Gue balik dulu."

Dimi lalu bergegas meninggalkan ruangan dan kembali ke tempat duduknya. Perasaan aneh macam apa ini?

-----------

Mohon maaf terlalu lama nya jangka waktu saya update. Sebelumnya saya sempat ingin menjadi kreator webtoon saja, tetapi ternyata saya tidak ada bakat untuk menggambar sama sekali 😂 Setelah penuh drama dengan lupa kata sandi dan tidak bisa log in, akhirnya akun ini kembali ke saya. Mohon kritik dan saran utk teman pembaca semoga saya bisa menjadi lebih baik lagi. Semoga harimu menyenangkan!❤️

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 09, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I Love You, Bro!Where stories live. Discover now