I Love You, Bro! (8)

10.8K 201 7
                                    

Itu dimulmed berurutan dari kiri ya : Dominic Sinocco - Benjamin Alves - Daniel Velasco

Trio ganteng hehe.

----

"Terus aja lo ketawa. Dasar ipar durhaka." gerutu Dimi pada Lina.

Dimi masih memasang muka sebal sambil memakan roti yang disiapkan Lina. Tak lama, Lino turun dan segera duduk dimeja makan setelah mencium kening Lina dan pipi Dimi.

Dimi hanya acuh tak perduli. Lino lalu memandang Lina yang dijawab dengan angkatan bahu.

"Kamu kenapa, Dek? Masih pagi cemberut gitu." tanya Lino.

"Adikmu itu sekarang lagi deket sama 3 cowok. Dia dilema mau pilih yang mana." jawab Lina asal.

Dimi menatap Lina tajam sedangkan Lina hanya terkekeh.

"Bener begitu Dek?" tanya Lino memastikan.

"Istri lo itu ngaco Mas. Besok ceraiin aja dia."

"Huss. Kalo ngomong mulutnya dijaga. Omongan itu doa. Dulu aja kamu yang pengen Lina jadi ipar kamu." peringat Lino.

Lino atau Paulo Avelino adalah saudara pria Dimi. Lino berusia 35 tahun, selisih 10 tahun dari Dimi. Lino sudah mempunyai istri yang bernama Marlina Putri atau Lina dan seorang putri bernama Lili. Lili berusia 2 tahun.

Lina dan Dimi bersahabat sejak SMP. Maka dari itu, saat Dimi tahu bahwa Lino menyukai Lina, Dimi menggebu-gebu menyetujui hubungan mereka. Bahkan meminta mereka cepat menikah. Akhirnya, setelah menyelesaikan sarjananya Lina menikah dengan Lino saat berusia 22 tahun. Lino saat itu berusia 32 tahun.

Lino memiliki sebuah perusahaan yang cukup besar, bahkan beberapa kali terlibat kerja sama dengan perusahaan Pak Domi. Beberapa kali Lino sempat meminta Dimi untuk bekerja diperusahaannya saja, tetapi Dimi menolak dengan alasan ingin mandiri. Dimi juga menolak untuk tinggal bersama Lino, ia lebih memilih tinggal dirumah kontrakan yang dibayar dengan uangnya sendiri.

Pagi tadi, Dimi singgah kerumah Lino karna ingin bertemu dengan Lina. Dimi menceritakan tentang Nic, Niel, Ben, bahkan Josh yang menuduhnya suka pada Niel.

Dan sekarang, Dimi menyesal sudah menceritakan itu pada Lina karna ia pasti akan menceritakan hal yang menurutnya istimewa itu pada Lino.

Dan sebentar lagi, Lino akan menanyakan hal keramat itu.

"Kamu kapan mau nikah, Dek? Umur kamu udah gak muda lagi."

Tuh kan.

"Lina aja udah nimang anak." lanjut Lino.

"Mas, mas tahu kan aku ini baru putus sama Mac? Gimana mungkin aku bakal nikah?" jawab Dimi.

"Bukannya mas sudah peringatkan kamu kemarin. Mas ini juga pria, mas bisa liat Mac itu bukan pria baik."

"Sudah mas, namanya juga cinta. Tai ayam aja bisa rasa coklat." potong Lina bercanda.

"Iya, lo yang makan tai ayam." sahut Dimi.

"Duhh yang lagi sensitif." ejek Linda.

Dimi memang agak sensitif mengenai hal ini. Pernikahan. Dimi tidak naif. Perempuan mana yang tidak ingin menikah? Tentu saja tidak ada. Dimi ingin secepatnya menikah, hanya saja Tuhan belum mengirimkan jodoh yang tepat untuknya. Ia yakin, untuk sesuatu yang baik itu butuh proses. Mungkin ia sedang dalam proses itu.

"Udah ah gue berangkat dulu. Mas, adek berangkat ya. Yok Lin, gue pergi dulu." pamit Dimi.

"Gimana kalo bareng dengan mas? Mas mau ke kantor kamu juga, katanya kan pemimpinnya ganti jadi mesti ngurus beberapa hal." tawar Lino.

"Boleh mas, nanti jemput ya."

"Sip. Mas pamit ya sayang, hati-hati dirumah. Bangunin Lili juga, jangan biasakan dia bangun siang." pesan Lino lalu mencium kening dan bibir Lina sekilas.

Lina melambaikan tangan saat mobil yang ditumpangi Lino dan Dimi. Dimi juga melambaikan tangan dari dalam mobil.

---

"Loh dek, kok kamu ikut naik?" tanya Lino saat Dimi mengikutinya kelantai atas, tempat pemimpin perusahaan berada.

"Adek belum cerita mas ya? Adek jadi sekretaris Nic sekarang."

"Nic?"

"Nama anaknya Pak Domi, yang mimpin perusahaan."

Lino menganggukkan kepalanya.

Ting.

Lift terbuka dilantai 3. Sekitar 6 orang pria akan memasuki lift juga membuat mereka sedikit berdesakan. Lino menggeser Dimi ke sebelah kirinya lebih tepatnya disebelah dinding. Dimi mengerti. Lino memang sedikit over protective padanya. Wajar saja, Dimi adalah satu-satunya keluarga kandung yang dimilikinya. Orang tua mereka telah meninggal saat 1 tahun usia pernikahan Lino dan Lina.

Ting.

Dilantai 5, lantai terbuka lagi. Masuk lagi 3 orang pria. Lino merangkul pinggang Dimi karna posisi mereka dalam lift yang semakin berdesakan.

Semua pria itu turun dilantai 8. Dimi menarik nafas lega karena saat lift penuh ia seperti kesulitan untuk bernafas.

Sesampai dilantai 10, Dimi dan Lino keluar dengan posisi tangan Lino yang masih merangkul pinggang Dimi.

"Mas masuk aja ya keruangan itu." ucap Dimi sambil menunjuk sebuah pintu.

"Adek mau ke toilet dulu, mau pipis. Jam segini kayaknya Nic belum dateng." lanjut Dimi.

"Iya iya."

Cup.

Lino mencium pipi kanan Dimi sekilas lalu Dimi segera ngacir ke toilet. Sementara itu Lino masuk keruangan yang ditunjuk oleh Dimi tadi.

"Lo liat barusan?" tanya Ben.

"Dimi pacaran sama dia?" tanya Niel.

"Cowok itu siapa Nic?" lanjut Ben.

"Lo kenal dia?" lanjut Niel lagi.

Nic mendesah kasar mendengar pertanyaan teman-temannya. Kenapa teman-temannya jadi kepo begini sih?

"Dia, Paulo Avelino. Relasi bisnis ayah. Gue pernah ketemu dia beberapa kali dan hari ini memang jadwal gue untuk bicara sama dia tentang perusahaan. Jelas?"

Ben dan Niel hanya mengangguk lalu mengikuti langkah Nic.

"Ini, ruangan kalian disebelah ruangan gue. Jadi Dimi gak usah jauh-jauh kalo ngajarin kalian."

Ben dan Niel masuk keruangan yang dimaksud Nic. Tangan Nic sudah memegang gagang pintu. Ia berniat membukanya, fapi terhenti.

'Apa bener Pak Lino pacaran sama Dimi? Seingat gue Pak Lino udah punya istri sama anak. Jangan-jangan Dimi... Ah iya jangan-jangan.."

"Woy Nic. Kok gak masuk?" tanya Dimi tiba-tiba yang membuat Nic terkejut.

---

Setelah 2 jam perbincangan Lino dan Nic, akhirnya mereka selesai. Lino pamit undur diri lalu segera menjauh dari meja kerja Nic sementara Nic duduk dikursi kerjanya.

Nic melirik Lino yang mendekat kemeja Dimi. Dimi tersenyum saat mendapati Lino didepannya, lalu berdiri.

"Mas pulang duluan, nanti mas jemput." bisik Lino pelan ditelinga Dimi.

Cup. Cup. Cup.

Lino mendaratkan ciuman dipipi kiri, pipi kanan, dan kening Dimi. Dimi menggoda Lino dengan memajukan bibirnya yang membuat Lino tertawa kecil.

Lino akhirnya keluar dari ruangan meninggalkan Dimi yang lanjut mengerjakan pekerjaannya. Meninggalkan Nic dengan seribu tanda tanya dikepala.

'Apa mungkin Dimi ini selingkuhan Lino?'

----

Vote comentnya jgn lupa!

Mwah mwah mwah.

Salam cium dari bibir yang tipis, Endewe.

I Love You, Bro!Where stories live. Discover now