I Love You, Bro! (4)

13.1K 226 2
                                    

Dimi duduk dikursinya dengan gelisah. Josh yang memang meja kerjanya bersebelahan dengan Dimi pun ikut risih. Sedari tadi ia mendengar gerutuan Dimi yang terus menerus mengatai dirinya sendiri 'bodoh'.

"Lo kenapa sih?" tanya Josh.

"Aduh, Josh gimana nih? Bantuin guee. Gue bego banget tau gak." ucap Dimi frustasi.

Josh mengernyitkan keningnya, berusaha mencerna ucapan Dimi barusan. Dimi menatap Josh jengah, lalu menjelaskan semuanya.

"Jadi gini, gue tadi ketemu Mac."

"Terus?"

"Masak sih lo udah dapetin pengganti gue?" tanya Mac sarkastik.

"Iya, kenapa? Lo kira gue bakal cinta mampus sama lo? Ngimpi." balas Dimi.

"Well, gue pikir lo cewek yang gak gampang move on. Jadi gue tadinya sih mau ngajakin lo balikan. Tapi ternyata lo udah punya cowok baru hemm, gimana kalo lo kenalin cowok itu ke gue?" tanya Mac.

"Eh hem bu buat apaan? Lo pikir lo bokap gue?" kilah Dimi sedikit tergagap. Jangankan punya pacar baru. Move on dari Mac saja sebenarnya belum.

"Gue mau kenalan aja, gak papa dong? Sekalian gue bakal ngejelasin sama lo soal hubungan gue sama Hilda."

"Atau jangan-jangan, lo boong ya? Sebenarnya lo belum move on dari gue, iya?" lanjut Mac.

Plak.

"Denger ya bapak berkepala besar tapi gak ada isinya. Memangnya anda itu sesempurna apa sampai-sampai begitu sulitnya saya menemukan pengganti anda, heh? Saya sudah mempunyai pengganti anda. Yang lebih baik dari anda, yang lebih tampan dari anda, yang lebih sopan dan lebih berakal dari anda!!" bentak Dimi lalu pergi.

Mac mengelus pipi kirinya yang baru saja ditampar oleh Dimi.

"Lo gila ya? Ya ampun Mi, mau nyari cowok kemana coba?" tanya Josh frustasi.

"Abisnya gue emosi banget sama tuh kadal butek. Gimana dong Josh? Atau lo aja deh ya yang pura-pura jadi cowok gue ya Josh ya?" pinta Dimi.

Josh berdiri lalu menatap Dimi seolah berkata 'coba kau lihat penampilanku' tapi Dimi hanya mengangkat bahu pertanda ia tidak mengerti.

"Nih ya. Mac itu ganteng dan popular, sedangkan gue gak ganteng apalagi popular. Mac itu macho dan ototnya banyak, sedangkan gue kurus kerempeng kayak begini. Lo udah bisa mikir belum dasar bego'. Lagian kan Mac udah tau gue kayak gimana." jelas Josh.

Dimi menganggukkan kepalanya lalu bersender dikursi kerjanya.

"Aduh frustasi deh gue kalo kayak gini aa help me God." ucap Dimi frustasi.

"Kenapa anda bisa frustasi miss Dimi?" ucap seseorang dari belakang.

Dimi dan Josh menoleh ke arah suara dan mendapati Nic yang sedang berdiri dengan gagahnya.

Dimi melirik penampilan Nic yang menawan, dann Aha!

Muncul sebuah lampu yang menyala dengan terang diatas kepala Dimi.

"Apakah ada masalah?" tanya Nic.

"Oh tidak, hm bisakah kita bicara berdua Nic?"

"Kenapa gue mesti mau?"

"Karena lo itu pahlawan gue. Ayuk kita ngobrol dikantin aja. Gue tinggal dulu ya Josh. Mwah. Bye." ucap Dimi lalu ngacir sembari menarik tangan Nic untuk mengikutinya setelah mencium pipi Josh sekilas.

***

"Kenapa gue? Kenapa gak temen lo tadi aja?"

"Yaelah Nic, lo liat dong temen gue kayak gimana. Gak ada keren-kerennya."

"Jadi menurut lo, gue keren?" tanya Nic lalu menaikkan sebelah alisnya.

"Oh ayolah bocah besar kepala, lo ini gak bisa dipuji dikit."

"Kapan acaranya?"

"Ntar malem."

"Oke gue mau."

"Serius? Aaa makasih banget ya, gue kira lo itu gak punya hati gak taunya punya ih makasih banget ya." ucap Dimi kegirangan.

"Tapi ada syaratnya."

"Apa?"

"Lo yang mesti ngajarin temen-temen gue nanti."

"Maksudnya? Gue gagal paham deh."

Nic menarik nafas panjang lalu memulai penjelasannya.

"Gini, gue yang nantinya bakalan gantiin posisi bokap gue, ye kan?"

Dimi mengangguk.

"Sebenarnya gue ogah, tapi demi bokap gue gue mau. Tapi gue ngajuin syarat ke bokap gue."

"Gue mau sahabat gue kerja disini juga."

"Dan lo yang mesti ngajarin mereka."

"Tapi lo mesti profesional ya."

"Jangan sampe ganggu pekerjaan lo sebagai sekretaris."

"Tunggu tunggu tunggu. Kayaknya lo salah deh. Gue cuma karyawan biasa, bukan sekretaris." sangkal Dimi.

Nic menggeleng lalu menatap Dimi penuh arti.

"Lo sekarang jadi sekretaris gue, Mi."

Dimi membulatkan matanya seketika. Ia menepuk pipinya lalu mengaduh kesakitan. Berarti bukan mimpi.

"Gue mau ketemu sama temen gue dulu. Gue anggap jawaban lo iya. Bye." pamit Nic lalu meninggalkan Dimi yang masih kaget.

'Gue, jadi sekretaris Nic? Mesti ngajarin temennya juga? Gimana kalo nanti temennya hot juga kayak dia? Astaga gue bisa mati.' batin Dimi.

****

Maaf ya baru update, ide kadang datang lalu menghilang hihi.

Jangan lupa vote dan comentnya, thanks☺

Salam cium dari bibir yang tipis, Endewe.

I Love You, Bro!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang