Ep. 23

2.5K 514 11
                                    

Hwa Ri berjalan keluar pengadilan dalam keadaan linglung. Pikirannya dipenuhi oleh Sehun. Hatinya terasa kosong ketika pria itu bahkan pergi tanpa sepatah kata pun. Bukan hanya itu, rasanya jantungnya berdenyut nyeri mengingat pria itu hanya menatapnya lekat dan pergi.

Apa maksudnya? Apa pria itu benar-benar ingin pergi? Apa pria itu marah padanya? Tapi kenapa?

Hwa Ri mengusap pelipisnya, merasa pening memikirkan apa yang terjadi pada hubungannya dengan Sehun.

"Hwa Ri-ya, kau mau makan siang dimana?" tanya Jae Su seraya merangkulnya mendekat.

Hwa Ri memaksakan senyum tipis. "Kemana saja deh," jawab Hwa Ri kemudian kembali memperhatikan sekeliling. Mengernyit ketika mendapati sosok yang ia cari tak ada di sekitarnya.

"Kenapa Cheon?"

Hwa Ri menoleh, mengerjap bingung. "Eung, Si Ah eonni tidak terlihat. Kemana dia?"

"Oh, dia bilang padaku mau menemui Sehun. Kurasa, pria itu tidak baik-baik saja hari ini, mengingat ibunya baru saja ditahan. Bagus bila Si Ah bersamanya, akan ada yang menghiburnya," ucap Jae Su membuatnya terdiam.

Jae Su mendengus keras, membuatnya kembali menoleh pada pria di sampingnya ini. "Paman kenapa?"

"Pria itu baik. Tapi mengingat dia menciummu waktu itu membuatku sedikit naik darah. Apa dia pacarmu?" tanya Jae Su membuatnya memasang senyum tipis.

Rindu rasanya mengingat momen-momen bersama Sehun tersebut. "Mungkin tidak," jawab Hwa Ri lirih.

Jae Su mengernyit, terkekeh kemudian. "Jawaban ambigu macam apa itu? Ah, lupakan. Kita akan makan daging hari ini."

***

"Sungguh tindakan yang bertanggung jawab pada seorang perempuan, Oh Sehun-ssi," ucap Si Ah melirik sinis Sehun yang duduk di sebelahnya seraya mengulurkan segelas americano untuk pria tersebut.

Sehun bergeming, menggenggam gelas americanonya lantas mengembuskan napas panjang.

Si Ah memangku dagu, menunggu Sehun untuk berbicara. Namun, hingga menit berlalu, Sehun hanya diam. Menggenggam gelas americanonya erat sambil menatap keluar jendela kafe.

Si Ah merengut, sedikit menggebrak meja untuk membuat Sehun memperhatikannya. "Tidak ada yang ingin kau tanyakan? Hwa Ri masih menunggumu!"

Sehun mengerjap, menggeleng dengan wajah murung. "Tidak, Jung Si Ah. Dia pasti membenciku."

Wanita di hadapannya memasang ekspresi kaget berlebihan. "Astaga, atas dasar apa kau mengatakan hal itu Oh Sehun? Apa dia berkata seperti itu padamu?"

Pria tersebut menyeruput kopinya yang telah dingin sedikit. "Tidak perlu ditanya, dia sudah pasti membenciku."

"Oh Sehun, dia sudah tahu soal ibumu sebelum kau pergi ke Australia dan dia baik-baik saja. Dia bahkan menyusulmu ke bandara bukan?" tanya Si Ah sedikit menggebu-gebu.

"Iya, tapi kini dia sudah dewasa Si Ah. Dia sudah tahu seberapa buruk keluargaku dan apa yang seharusnya dia lakukan. Dia membenciku."

Si Ah mengembuskan napasnya kencang, nampak sedikit marah mendengar ucapan Sehun.

"Dengar baik-baik, oke? Kau harus menemuinya dan katakan kau masih mencintainya. Kau akan sangat menyesal bila terus berprasangka tanpa tahu keberanannya. Dan bila kau benar-benar seorang pria, tunjukkan bahwa kau jantan. Jadilah berani Oh Sehun."

Sehun mengerjap, lantas kembali menatap keluar jendela. Mengabaikan Si Ah yang mengomel sendiri dan mengatakan sungguh beruntung telah putus dengan Sehun.

別 の 世 界Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang