Chapter 3

371 30 13
                                    

"More wine, miss?" Tanya pelayan yang datang ke mejaku.

"Sure." Jawabku dengan senyuman.

"Wah, aku tidak menyangka dengan muka seperti itu ternyata kau kuat minum ya." Celoteh orang dihadapanku seraya memotong daging di piringnya.

"Maaf, apa maksud anda menyebut muka ini 'muka itu'?" Tanyaku agak kesal sambil menunjuk mukaku.

Ia mengalihkan pandangannya dari daging di piringnya untuk menatap mataku "Kau terlihat cukup innocent di mataku."

Dengan kalimatnya ia sukses membuatku hampir tersedak wine. Apa apaan. Jangan bilang dia tahu aku masih virgin.

"Innocent, my ass." Bisikku. Semoga tak terdengar olehnya.

Kami berdua sedang makan siang di sebuah restoran yang menyajikan santapan authentic negara denmark untuk membicarakan kelanjutan bisnis.

Tadinya si bodoh ini mengajakku ke McDondald's. Apa kalian percaya? Aku bahkan tidak sedang bercanda. Aku ogah dan seketika itu juga menolak. Dia benar-benar terlihat seperti tidak memiliki pengalaman bisnis sama sekali. Memangnya aku anak SMP, diajak ketemuan di Mcd. Hmph!

Akhirnya ia menyarankan untuk makan di sebuah restoran yang terletak di suatu sudut pusat kota. Dan ternyata milik salah satu kenalannya di Copenhagen. Kami pun mendapat privillege untuk makan di meja khusus.

"Baiklah, saya cukup senang dengan feedback yang anda jabarkan."

"Kalau begitu aku akan kirimkan dokumen-dokumennya besok ke perusahaanmu dan kita bisa mulai minggu depan. Deal?" Ia menjulurkan tangannya sebagai gestur.

Ku genggam tangannya dengan percaya diri "Deal."

"Ngomong-ngomong, ada saus dipinggir mulutmu, jangan sampai aku yang bergerak dan menghapusnya untukmu." Ia melepaskan genggaman tanganku dan kembali sibuk dengan makanannya. Senyuman tidak pernah meninggalkan raut wajahnya.

Gyuri.

Kau tahu betul sausnya ada disisi sebelah kiri.

Tapi kenapa aku sangat ingin berpura-pura tidak tahu dan mengelap sisi sebelah kanan untuk mengetahui bagaimana rasanya jari jemari lentik itu menyentuh bibirku.

Kucoba saja?

Well...

Here goes nothing.

.
.
.
.
.
.

"Disini." Koreksinya.

Ntah ini kupu-kupu atau kelelawar yang berterbangan diperutku saat ibu jarinya bersentuhan dengan bibir ini. So gentle.

"Aku tidak berpikir kau akan se-kikuk ini." Tawa kecilnya terdengar sangat indah ditelingaku. Kalo boleh lebay nih ya, terdengar bagai alunan melodi. Ohok.

"Ku perhatikan daritadi kau senang berspekulasi ya, Matsui-san."

"Jika tidak aku tak akan sukses didunia bisnis." Pas sekali saat selesai ia berbicara, telepon genggamnya berdering. Siapapun yang menelpon dan mengganggu momen kami berdua, terkutuklah dia!

"Maaf, aku angkat telepon ini sebentar ya." Ia meminta izinku. Tidak akan kuizinkan!

"Ya, Matsui-san, silahkan." Tidak mungkin tidak kuizinkan. Memangnya aku istrinya heu. Senangnya kalau jadi istri Matsui-san.

"Hallo, Miru? Ada apa?"

Miru tidak terdengar seperti nama seorang laki-laki. Jangan bilang dia perempuan. Jangan-jangan Matsui-san sudah memiliki kekasih? Tunggu. Aku tidak tahu apakah Matsui-san gay atau tidak. Bahkan aku tidak tahu apakah aku masih straight.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 02, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

There is no way she could be match for my standard!Where stories live. Discover now