chap 1

322 29 5
                                    

Ya. Itulah alasan mengapa sampai sekarang aku belum mempunyai kekasih.

Padahal banyak sekali lelaki yang melakukan pendekatan, mengejar bahkan memohon-mohon padaku supaya bisa jalan denganku.

Beberapa kali aku sempat tertarik dengan pria-pria yang mencoba menarik hatiku. Namun aku tidak bisa menerima mereka karena mereka jatuh cinta padaku.

Aku tidak bisa jatuh cinta pada orang yang jatuh cinta padaku.

"Sayang, kenapa kau diam saja disitu. Kenalin nih, om Yuu sama om Mario."

Pft. Sayang. Kau membuatku tertawa, ayah. Dibalik kalimat itu aku bisa mendeteksi emosi didalamnya. Maksud kalimat itu adalah 'Jangan diam saja. Cepat kemari kau, anak bodoh.'

"Halo, perkenalkan saya Jang Gyuri." Aku membungkuk 90 derajat sesuai dengan apa yang telah diajarkan padaku sejak kecil saat menghadapi orang penting.

"Ayolah, siapa yang tidak kenal the trendsetter maker, Jang Gyuri? Hahah anakmu hebat sekali, Ryusei."

"Matanya indah seperti mata istrimu, Seojeong."

Pernyataan ini menggelitikku. Tolong jangan samakan aku dengan wanita itu. Aku senyum saja daripada Ayah tambah marah.

"Gyuri, anak perempuanku meminta kau untuk menandatangani majalah ini. Bolehkah?" Pinta Tuan Shinoda.

"Tentu saja." Aku mengeluarkan senyumku yang paling ramah agar tidak mengecewakan Ayah. Kutandatangani majalah dengan model perusahaanku sebagai covernya.

"Terimakasih, nak Gyuri."

"Itu bukan apa-apa, om." Senyumku lagi

"Gyuri, aku membawa anak lelakiku kesini. Apa kau mau berbincang-bincang dengannya?" Tawar Tuan Nakamoto padaku. Aku bisa merasakan nada memohon pada kalimat yang diucapnya.

Tiba-tiba muncul seorang lelaki tinggi dengan poni ala boyband korea dari balik punggungnya.

"Ia juga sama sepertimu, Gyuri. Half Japanese-Half Korean. Ayo ajak nak Yuta ke taman dan kenalan dengannya. Sebentar juga, tak apa." Paksa ayah.

Ayah tidak perlu memaksaku juga aku akan ajak dia berkenalan. Menurut penilaianku dari luar, dia sudah cocok dengan kriteriaku.

"Kalau begitu, saya permisi. Mari ikuti aku, Yuta." Aku mengambil dua gelas champagne dan menawarkan yang satunya ke Yuta sebelum mengantarnya keluar ruangan menuju taman dibelakang.

"Woah, nona Gyuri... aku tidak menyangka ternyata aslinya kau cantik sekali. Aku kira pemimpin redaksi majalah kemungkinan besar adalah seorang tante-tante. Aku panik saat ayah menyuruhku ikut untuk berkenalan denganmu." Ia menggaruk kepalanya takut akan mengeluarkan kalimat yang tak pantas.

"Oh, jadi kau..."

"B-bukan begitu. Aku sebenarnya tak masalah bergaul dengan orang dewasa, hanya saja... aku memiliki pengalaman buruk dengan perempuan yang lebih tua." Dia menundukkan kepalanya setengah merasa bersalah dan setengah terlihat sedih mengingat kenangannya.

"Maaf aku telah asal menilaimu, Yuta. Kau mau menceritakannya?" Aku bertanya berusaha untuk membuatnya terbuka.

Yuta terdiam sejenak. "Aku akan cerita, tapi mungkin tidak sekarang. Sekarang, boleh aku yang bertanya?

"Ya, tentu, hit me already." Aku menyesap sedikit champagne-ku

"Nona Gyuri baru pulang dari Milan kan? Habis ada acara apa?" Tiba-tiba perasaannya yang tadi sedih berubah drastis menjadi sangat tertarik.

"Milan? Aku baru menyelesaikan kuliah S2 di Instituto Europeo Design."

"Yang benar? Aku juga baru menyelesaikan kuliah di University of Milan! Kok kita tidak pernah bertemu ya? Padahal jarak kita dekat sekali." Matanya melotot seolah tak percaya.

There is no way she could be match for my standard!Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt