Bagian Ke-11 Pertemuan Dua Keluarga Besar - 26

460 53 4
                                    

Aisha berlari-lari menyusul Ibunya yang sedang sibuk memberi berbagai macam perintah di dapur.

"Bu, tamu Jakartanya sudah datang! Ambu! Tamunya sudah datang!"

Lalu tanpa menunggu jawaban ibunya yang langsung panik, Ais berlari lagi ke lantai dua dengan langkah kaki bergedabukan di tangga untuk memanggil kedua kakaknya.

"Teteeeh! Teh Nisa! Teh Sarah! Tamunya sudah datang, geura atuh!!! Abaaah!!"

Dan langkah kaki lagi berlari turun dengan sangat berisik.

Sarah yang masih sibuk dengan kerudungnya melirik ke jam dinding. Baru pukul 9 pagi. Bukankah acaranya baru akan dimulai pukul 10 pagi? Dia mendesah, cepat-cepat merapikan dirinya lalu berjalan keluar dan mengetuk pintu kamar kakaknya, lalu melongokkan kepalanya di depan pintu.

"Teh, sudah siap belum?" Tanyanya. Tidak heran melihat kamar si teteh yang masih berantakan. Teh Ira, sang perias masih asik memainkan rambut tetehnya, untuk mulai disanggul sebelum dipakaikan kerudung. Jauh dari siap. Sarah mendesah lagi.

"Take your time, Teh. Masih satu jam lagi eniwei."

Kakaknya mengangguk dengan perasaan lega. Dia tahu Sarah akan mengurus segala hal yang akan terjadi dalam satu jam ke depan di lantai bawah rumahnya.

Sarah tidak mengerti kenapa ada banyak sekali wajah asing di ruang tamu mereka. Bertahun-tahun si Aa' tinggal bersama mereka di desa ini, tidak satu kali pun dia pernah kedatangan tamu apalagi kerabat dari Jakarta. Lalu tiba-tiba satu rombongan lengkap duduk di ruang tamu mereka yang meskipun cukup luas jadi terasa sempit. Mereka semua kelihatannya bukan orang sembarangan, terlihat dari cara berpakaian dan pembawaan mereka yang anggun. Hanya 3 orang yang dikenal Sarah dari pertemuan keluarga sebelumnya, Tante Ratna, Oom Roman dan istrinya tante Nadia, sepupu dari pak Agung, ayah Aa' Tara. Tapi wajah-wajah yang lain masih asing bagi Sarah. Sebagai ketua panitia, tentu saja Sarah merasa berkepentingan untuk mengenali mereka semua. Dan satu hal lagi, Sarah tidak menemukan Aa' Tara di antara mereka. Ambu akhirnya memperkenalkan Sarah sebagai ketua panitia penyambutan ke keluarga besar itu.

"Aa'nya mana?" Tanyanya dengan suara lantang, setelah satu persatu dari total 10 orang tamu itu diperkenalkan. 3 putra putri Tante Ratna, Tante Ratna, Om Roman, Tante Nadia dan kedua putra putrinya, juga ada orang tua tante Ratna, kakek dan nenek Abi namanya.

"Tante gak hapal jalan menuju rumah Utara, jadi langsung ke sini tadi. Tapi Tante sudah kasih tahu kok supaya Tara langsung ke sini sendiri aja." Ujar Tante Ratna sambil tersenyum riang. Aneh sekali. Bahkan mereka tidak merasa perlu mengirim salah satu dari mereka untuk menjemput si Aa'.

Waktu Sarah bersalaman dengan ketiga putra-putri Tante Ratna, Sarah sedikit heran karena sepertinya usia mereka tidak berbeda terlalu jauh dari si Aa'.

"Ini putri sulung tante, Ana. Dan adiknya ini kembar, Fayyas dan Fadli," Ujar tante Ratna dengan ceria ketika memperkenalkan putra-putrinya. Dari Ambu, Sarah akhirnya tahu, Ali sedang dalam perjalanan menjemput calon mempelai prianya. Dia menggelengkan kepala tak habis pikir.

Keluarga uwaknya datang tak lama kemudian sehingga suasana ruang tamu menjadi semakin ramai. Sebagian yang masih muda-muda akhirnya menyingkir ke teras depan sambil mengagumi suasana desa mereka dan menikmati makanan kecil yang dihidangkan oleh Ambu, dibantu para tetangga. Aisha sibuk mondar-mandir membantu mengurusi makanan dan minuman sambil bercengkrama dengan tamu-tamunya yang lebih muda. Dia kelihatan gembira sekali karena mendapatkan banyak teman baru, keren-keren pula.

'Halo! Halo! Rojer! Rojer! Kijang satu kepada kijang dua ganti!' Seruan norak dari handy talkie yang sejak tadi digenggam Sarah membuatnya jengkel, terutama karena orang-orang di sekitarnya menoleh kepadanya dengan pandangan geli.

Tentang Dia Buku Kedua, Novel Sudah ReadyWhere stories live. Discover now