oh sweet little thing.

736 59 17
                                    

CHAPTER O1、
. . . Oh, sweet little thing.

smut scene as warning.

smut scene as warning

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

“MYUNGHO! MYUNGHO!” SEMUA yang menghadiri klub malam tersebut bersorak dalam kegembiraan yang berlebih, lampu sorot semuanya tertuju ke suatu stage, yang terdapat tiang yang menjulang tinggi—yang kini sedang menjadi properti untuk pertunjukan panas dari seorang pole dancer ternama; Seo Myungho.

Seo Myungho, lelaki bertubuh ramping dengan kulit asianya yang begitu menggoda, tatapan matanya yang seakan-akan mengajakmu untuk menjalin cinta dengannya di atas ranjang, jari jari lentiknya yang menambah ke-eleganan dirinya, tak lupa juga dengan parasnya yang begitu cantik, tapi juga tampan di waktu yang bersamaan.

Dirinya, sedang menari dengan seduktif di depan banyak orang, membuat gerakan mendorong yang sengaja di pelankan—di dukung dengan lidahnya yang keluar, membuatnya seakan-akan sedang menjilat sesuatu dengan penuh nafsu. Semuanya dengan semangat melemparkan uangnya ke arah Myungho, membuat sang pole dancer ternama makin mengeluarkan gerakan binal yang di ikuti dengan sorakan penonton yang kian memanas—


“Kim Mingyu!” seseorang berseru dari arah pintu masuk, Myungho tidak mendengarnya sama sekali, tentu. Dirinya terlalu sibuk menampilkan apa yang sudah di nanti-nanti penonton. Yang memanggil Mingyu adalah Seokmin, lelaki bertubuh tegap dengan senyum secerah mentari.

Orang bilang begitu, tapi Kim Mingyu tidak bisa melihat cerahnya senyum Seokmin kali ini. Mingyu terlampau jengah, pasalnya, ia sengaja di tarik oleh Seokmin ke sebuah gay bar—yang katanya populer dengan pole dance milik seseorang bernama Myungho.

Mingyu, memang senang dengan lelaki berwajah manis, apalagi jika kelakuannya bisa membuatnya panas sewaktu-waktu. Tapi ia tidak pernah suka di paksa.

“Ayolah Mingyu! Jangan pasang wajah jengah begitu!” ucap Seokmin, yang masih menyeretnya ke arah panggung. Mingyu sudah masa bodoh, ia malas. Dirinya tidak pernah suka paksaan. Tapi, apalah Seokmin itu. Dia terlalu kuat, bahkan kini mereka sudah sampai di depan panggung—hasil dari menerobos sana dan sini.

“katamu dia tipeku,” Mingyu mulai angkat bicara, walaupun nada kesal tetap terkandung pada perkatannya—ia menyilangkan tangannya di depan dada, “kalau kau salah, kau harus membayar senua makan siangku selama dua minggu!” ucapannya tegas, galak—tidak terima penolakan apapun. Tapi, sang temna bicara malah tertawa kecil. Dan kembali merangkul Mingyu lebih dekat.

“nih, Mingyu, lihat.” Seokmin menunjuk ke satu sosok yang berada di atas tiang, yang sedang melakukan gerakan bergelombang—seakan-akan dirinya sedang mendorong sesuatu, tapi dengan seduktif. Mingyu merasakan sensasi tergelitik di perutnya, dirinya yang sedari tadi jengkel kini mulai melunak—matanya jatuh pada satu sosok itu, yang mempertunjukan tiap kebolehannya, tiap lekuk-lekuk tubuhnya yang begitu indah.

DEEP IN SHIT. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang