[3] CR : Treason Sucks

4.6K 444 18
                                    

Hubungan pertemanan Hinata dan Kiba menjadi buruk seiring berjalannya waktu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hubungan pertemanan Hinata dan Kiba menjadi buruk seiring berjalannya waktu. Disebabkan hanya karena perasaan suka di antara mereka. Siapa yang akan menduga kalau hal ini akan terjadi.

Dia merasa kalau Kiba sepertinya kelepasan dalam berbicara. Lagi pula situasi saat itu, benar-benar menyudutkan dirinya. Andai kalau hari itu dia menahan sedikit saja perasaan kesal itu, mungkin hubungan pertemanan mereka tidak seperti sekarang ini. Komunikasi mereka buruk, bahkan saat berpapasan di koridor, Kiba terlihat jelas ingin menghindar darinya.

Hinata tidak bisa melakukan apa pun. Ia tidak akan memaksa pemuda itu untuk bersikap seperti biasa. Tetapi dia tahu, kalau posisi Kiba yang paling tidak baik saat ini dibandingkan dengan dirinya.

"Ya, tidak disangka kalau situasi di antara kalian akan seburuk ini." Ino menghela napas, mengedar pandangan sekitar kantin. Kira-kira sudah dua minggu tidak ada interaksi di antara mereka berdua. Ia akui kalau dia agak merasa bersalah untuk hari lalu, tetapi tidak ada niatan di dalam dirinya untuk meminta maaf di sana.

"Siapa yang menduga kalau akan menjadi seperti ini," Hinata menghela napas, memasukkan ponselnya ke dalam saku. Ia akui kalau ini membuatnya pusing, rasanya agak aneh ketika tidak mendapati pemuda itu dalam kesehariannya. "Sebenarnya, aku selalu menyadari perasaan itu. Tetapi aku selalu mengabaikannya. Mungkin akan lebih baik kalau seperti ini." katanya.

Benar. Mungkin mengabaikan adalah pilihan yang terbaik. Bersikap terlalu percaya diri tentang apa yang dipikirkan olehnya, mungkin hanya akan mengganggu komunikasi di antara mereka. Pada dasarnya, Hinata merupakan orang yang peka dengan perasaan orang lain, tetapi dia tidak akan mau mengakui hal yang ada di depan matanya.

Mungkin mengabaikan atau menepis pikiran itu akan jauh lebih baik. Rasa percaya diri yang terlalu tinggi, merupakan sifat yang kurang baik baginya. Jika harapan itu terlalu tinggi, ketika jatuh ke paling dasar, pasti akan lebih menyakitkan. Oleh karena itu, dia sering sekali menyangkal sesuatu yang mengganggu pikirannya.

"Siapa yang peduli dengan perasaan lelaki itu. Lagi pula, mau sampai kapan dia harus bersikap seolah-olah sebagai pendukung!"

"Berhentilah bersikap kekanakan, Sakura!"

Sakura melirik dari ujung matanya, mematikan ponsel dan memasukkan ke dalam saku. Ia juga tidak mau bertengkar dengan Ino di situasi saat ini. "Kau tahu? Terkadang sifatnya membuatku muak."

Ino menggelengkan kepalanya. Temannya yang satu ini agak keras kepala, dalam hal berbicara terlalu terusterang. Pun tidak jarang sangat menyakitkan didengar kalimatnya. Ia mengelus dadanya, sekali-sekali memijit kepalanya yang tiba-tiba agak pusing.

"Aku berpikir, apa yang dilakukan Kiba sudah benar." Sakura dan Hinata menoleh ke arahnya. Padahal seingat mereka gadis itu terlihat kesal saat berbicara, dan sekarang membela pemuda itu.

"Tentu akan sangat menyakitkan, di saat orang yang kita sukai meminta pertolongan pada kita untuk berdekatan dengan teman dekat kita. Awalnya memang tidak menyakitkan tetapi, seiring berjalannya waktu. Luka perlahan semakin melebar. Aku juga lelah ... sama sepertinya."

Close RangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang