Bab Satu

404 24 3
                                    

Bab Satu

Aku memasuki kelas yang sudah ramai dengan anak-anak yang sedang sibuk dengan rutinitas pagi mereka sebelum kelas dimulai. Sebagian laki-laki di sini saling mengerjai satu sama lain dan yang perempuan tak bisa melakukan hal lain selain bergossip.

Mataku mencari-cari ke sekeliling kelas, mencari objek utama yang selalu kunantikan selama aku bersekolah di sini. Di sana kulihat dia sedang meniupkan pipet berisi gulungan kertas ke kepala orang di depannya.

Peter.

Dia tertawa dengan ekspresi khasnya, pinggiran matanya selalu berkerut tiap kali ia tertawa. Sebenarnya itu lebih seperti cekikikan daripada tertawa karena suara Peter itu sangat nyaring. Suaranya selalu terdengar seperti sebuah alunan lagi di telingaku, bahkan dengkurannya.

Aku tak menyadari sedari tadi aku tersenyum-senyum sendiri memandangi Peter sampai akhirnya aku sadar kalau seseorang dengan tak sengaja berjalan menabarak bahuku dan ia sama sekali tidak meminta maaf. Tapi untuk saat ini aku tidak keberatan, aku terlalu sibuk menikmati wajah tampan Peter.

Kulihat kursi yang biasa kutempati sudah diduduki oleh orang lain. Aku sangat suka duduk di situ karena tepat sekali bersebelahan dengan jendela besar dan kau bisa menikmati pemandangan dari atas lantai 3 kelas ini. Dan tepat sekali di bawahnya adalah taman hijau yang luas dengan bermacam-macam variasi dan warna bunga. Bonus duduk di situ adalah, aku bisa melihat sosok Peter lebih leluasa dan nyaman.

Mataku kembali mencari kursi kosong yang kuharapkan masih ada. Dulu pernah ada kejadian dimana salah satu laki-laki terlambat memasuki kelas dan guru itu memperbolehkannya untuk duduk di meja guru, tepatnya di sudut depan kelas dan menghadap semua siswa! Itu memalukan sekali.

Untung saja masih ada satu bangku kosong yang belum diduduki siapapun. Aku segera berjalan menuju kursi itu. Letaknya memang tepat di tengah-tengah kelas dan ini sangat tidak nyaman. Aku bisa kapan saja menjadi perhatian semua penjuru kelas, itu pun kalau mereka mau memperhatikanku. Dan sial, kalau aku ingin melirik ke arah Peter itu akan susah, karena aku harus memutarkan kepalaku ke belakang dulu.

Tidak menarik...

"Alice!"

Aku menolehkan kepalaku ke belakang saat sebuah suara feminin memanggilku. Kulihat Tessa Winson sedang berlari ke arahku tanpa memperdulikan rambut pirangnya yang bersinar melambai-lambai dengan sempurna saat ia berlari.

"Hai Tessa."

"Mhm, aku ingin mengundangmu ke pesta ulang tahun adikku hari ini. Kau mau datang?" Tessa tersenyum semanis mungkin. Walaupun aku agak janggal, kenapa dia ingin mengundangku ke pesta ulang tahun adiknya? Setahuku dia mempunyai adik perempuan yang berumur 3 atau 4 tahun.

"Aku bukannya bermaksud ingin bersikap kasar padamu, tapi... kenapa kau ingin mengundangku ke pesta ulang tahun adikmu?" Aku mencoba agar tak terdengar terlalu aneh.

Tessa tersenyum makin lebar, "Entahlah. Aku hanya ingin kau datang dengan baju Alice In Wonderland mu itu. Aku pernah melihatmu memakainya sekali waktu kau sedang berjalan ke taman. Dan...  adikku sangat menyukai Alice In Wonderland..."

"Apa ini semacam pekerjaan untukku untuk menghibur teman-teman adikmu di sana?" Aku mencoba bercanda seraya tertawa, tapi itu malah membuat ekspresi Tessa seperti merasa bersalah.

"Nggh, maafkan aku Alice jika aku menyinggungmu. Kau tidak perlu datang kok kalau kau tidak mau." kata Tessa sambil tersenyum paksa dan dia mengucapkan kalimat terakhir dengan terburu-buru.

"Kau bodoh ya? Kalau pestanya bertemakan princess atau Disney, aku tidak bisa tidak mengatakan iya." Aku mengambil kartu undangan yang sedari tadi dipegang oleh Tessa, dan ada namaku di situ. Sudah pasti itu untukku. "Dan aku akan senang sekali jika kau mau aku menjadi host di pesta ulang tahun adikmu."

Tessa langsung mendekapku dengan pelukan hangat sambil berulang-ulang kali mengucapkan terima kasih. Setelah beberapa lama akhirnya ia melepaskan pelukannya, senyuman manis itu tidak pernah meninggalkan wajahnya.

"Baiklah. Sampai jumpa bertemu besok. Waktu dan tempatnya sudah ada di kartu undangan itu." jelasnya. "Alice, sekali lagi... aku sangat berterima kasih kau mau datang."

Aku memberikannya senyuman tulus lalu kemudian Tessa berjalan ke arah lain dan menghilang. Kalau untuk pesta seperti ini, aku memang benar-benar fanatiknya.

Akhirnya aku sampai di depan pintu rumah Tessa. Bahkan pintu rumahnya sudah dihiasi dengan balon dan pita serba pink. Di atasnya ada spanduk berukuran sedang bertuliskan 'Happy 5th Birthday Skylynn'.

Karena tadi siang Tessa memintaku untuk mengenakan kostum Alice In Wonderland untuk datang ke pesta ini, jadi di sinilah aku sekarang; Berdiri mengenakan baju favoritku dan terlihat tak jauh seperti Alice In Wonderland lengkap dengan bando hitamnya.

Aku hanya bisa berharap semua anak-anak di sini akan menyukaiku...

Aku menarik nafas panjang dan berdoa dalam hati semoga di dalam sana nanti akan baik-baik saja. Kutarik gagang pintu emas itu yang langsung disambut dengan anak-anak mengenakan berbagai macam kostum sedang berlarian ke sana ke mari.

Mereka menyadari kehadiranku dan langsung diam tertegun sambil menatapiku atas sampai bawah dengan pandangan yang tak bisa dijelaskan.

"Alice In Wonderland!" Teriak semua anak-anak itu secara bersamaan. Mereka semua berlarian ke arahku sampai aku tak sempat menghitung ada berapa banyak jumlahnya.

"Hai Alice!"

"Alice kau cantik sekali!"

"Alice, kenapa tubuhmu besar dan bukannya kecil?"

Berbagai pertanyaan dan perkataan mereka lemparkan kepadaku. Aku tak bisa menjawabnya satu-satu. Ini benar-benar menyenangkan!

"Karena sekarang Alice di sini, aku akan menghibur kalian!" Aku mencoba terdengar penuh semangat dan senang, seperti yang mereka harapkan. Aku belum pernah bertingkah menyenangi anak-anak sebanyak ini sebelumnya. Semoga saja ini tidak terlalu canggung.

"Jadi, siapa yang berulang tahun? Skylynn?"

Seorang gadis kecil dengan pakaian yang sama sepertiku keluar dari kerumunan dan langsung memelukku dengan erat. Rambut pirang dan mata birunya mirip sekali dengan Tessa.

Aku agak menjongkok agar bisa mensejajarkan tinggiku dengan Skylynn dan memberikannya senyuman semanis mungkin, "Selamat ulang tahun, Skylynn. Apakah kau menikmati hari ulang tahunmu?"

Skylynn mengangguk, "Aku sangat senang sekali. Kupikir Tessa berbohong padaku saat ia bilang Alice akan datang."

Aku tersenyum lucu membayangkan ia benar-benar menanggapi serius bahwa aku adalah Alice dari Alice In Wonderland, "Dia tidak akan berbohong pada seorang putri cantik dan baik hati sepertimu."

Skylynn tersenyum lebar menunjukkan dua pasang gigi depannya yang tidak ada. Aw, she's so adorable,

"Karena kau sudah datang, aku ingin mempertemukanmu dengan teman baruku. Kau bersedia, Alice?"

"Oh ya? Aku akan senang bertemu dengannya. Siapa dia?"

Skylynn menunjuk ke arah orang yang sedang berdiri jauh di belakangnya yang juga sedang bermain dengan anak-anak. Seketika napasku terasa sesak saat melihatnya dan aku benar-benar tidak bisa berkata apa-apa.

"Pria berbaju hijau adalah temanku. Namanya Peter Pan."

Moving Too FastWhere stories live. Discover now