CHAPTER 15: Transfiguration

1K 130 16
                                    


o-o

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

o-o

Kesempatan ke Hogsmeade hari itu tampaknya tak benar-benar berkesan bagi Emma. Ada banyak sekali hal yang tak bisa ia tanyakan dan semua itu harus berakhir dengan diam dipendamnya. Kawan-kawannya pun hanya membicarakan banyak hal yang tak ia mengerti. Dimulai dari membicarakan beberapa nama penyanyi dan personel band yang dikabarkan akan menikah, dan salah satunya menikah dengan seorang muggle, lalu membicarakan Tim Quidditch Spanyol yang kabarnya sedang mencari pemain terbaik mereka untuk Quidditch World Cup tahun depan—mungkin ini topik pertama yang berhasil menarik perhatian Emma meski hanya sesaat. Rupert yang paling semangat ketika membahas soal Quidditch, dan yang paling sebal juga ketika pembicaraan mulai beralih pada ujian NEWT yang semakin dekat. Matthew berkata ia akan berusaha keras untuk pelajaran Astronomi karena ia ingin mengikuti langkah kakek buyutnya, Longbottom, menjadi seorang guru besar di Hogwarts—yang juga berhasil menarik perhatian Emma pada akhirnya. Sementara selain itu, waktu yang dihabiskan Emma hanya mengawasi Aleria atau membalas ya, oh, tidak, dan hmm seadanya ketika mereka bertanya sesuatu pada Emma. Tak terasa jam sudah menunjukan pukul 11.00 ketika Emma menghabiskan susu cokelat kacangnya yang sudah dingin. Ia menunggu sebentar berharap ada dari mereka yang mengajak pulang terlebih dahulu, namun setelah lima belas menit kemudian rupanya Rupert semakin asik membahas klub Quidditch .

"Ehm.." Emma pura-pura berdeham. Satu-satunya yang berhasil mendengarnya adalah Aleria.

"Ada apa, Em?" tanyanya. Mendadak yang lain berhenti dan menoleh pada Emma.

"Err, aku ingin tahu apakah kalian masih lama disini?"

Rupert mengecek jam tangannya. "Oh, sudah jam 11 ya? Sebaiknya kita segera kembali ke kastil. Kalian bagaimana?" Ia menoleh pada Grace dan Matthew.

"Ya, aku juga. Harus memberi makan Fregie." Kata Matt, mengedikan kepalanya pada seekor katak yang diam di pangkuannya. Grace mengangguk-angguk kecil di sebelahnya.

"Baiklah, kita pergi sekarang." Kata Rupert sambil bergegas. Emma segera berdiri, memakai lagi jubah santainya. Mereka sudah membayar semua pesanan tadi. Namun di saat yang lain sudah sibuk memakai jubah mereka masing-masing, satu-satunya yang masih duduk hanya Aleria.

"Kau tidak memakai jubahmu, Al?" tanya Emma.

"Majalahku belum tiba, aku akan menunggunya disini." Katanya tanpa ekspresi, menerawang ke jendela seakan-akan majalahnya itu bisa menembus datang dari udara.

"Ya ampun, kau mau membagikannya lagi pada teman sekelasmu? Mana ada yang mau membaca majalah seperti itu sih, itu kan bacaan untuk orangtua." Rupert mendengus.

"Kuharap kau tidak lupa itu warisan uyut buyutku turun-temurun, Rupes. Dan kuharap kau ingat majalah itu berperan banyak dalam peristiwa perang puluhan tahun lalu." Suara Aleria berubah dingin.

Emma mengangkat alis, apakah yang dimaksudnya itu Quibbler?

"Yah, aku tahu. Kau hanya terlalu berlebihan, Al, membawa-bawanya setiap kali mereka terbit. Kau kan bisa membacanya di rumahmu nanti." Percakapan itu terhenti sesaat. Semua orang di antara mereka diam tak berkutik. Aleria, sekali lagi masih dingin tak berekspresi. Matanya terus menerawang.

Time Turner: First Love Never Die [Feltson]Where stories live. Discover now