03| PULANG BARENG

1K 148 9
                                    

Pelajaran Sejarah dan jam terakhir bukanlah suatu perpaduan yang menyenangkan. Di saat Sang Guru sedang mendongengkan kaisar-kaisar dari masa lampau, para siswa sudah menerawang kemana-mana, sibuk merencanakan kegiatan seru apa yang bisa mereka lakukan sepulang sekolah nanti atau sekedar menyandarkan kepala pada lipatan lengan dan tertidur.

Maka, tidak heran bila ketika bel pulang sekolah berbunyi, sorakan kegembiran memenuhi kelas beriringkan suara ribut buku dan alat-alat tulis yang disimpan cepat ke dalam tas. Junsu selaku Guru Sejarah yang baik hati, hanya bisa mengingatkan para siswanya untuk selalu berhati-hati dalam perjalanan pulang dengan sebuah senyum yang ramah.

"Chanwoo, cepat! Nanti kita tidak dapat tempat duduk di Short-Cake!" seru Donghyuk, bersama Bobby datang menghampiri meja Chanwoo yang duduk dua bangku di belakang mereka.

Chanwoo melirik ke atas pada pasangan sejoli itu, lantas mendengus. Tidak cukup selalu menjadi lalat di antara mereka saat di sekolah, masa harus menjadi orang ketiga lagi di toko kue?

"Aku tidak ikut, ah!" balasnya malas.

Namun, seperti biasa. Donghyuk mana mungkin membiarkan kartu matinya tidak dibawa serta. Bisa-bisa ibunya curiga bila tetangga mereka itu pulang sendirian dan hubungannya bersama Bobby akan ketahuan.

"Nanti aku traktir Kue Cokelat, deh. Ya? Ikut ya, Chan?"

"Jinhwan, aku antar pulang, ya?" Hanbin menyampirkan ransel di bahu, menunggui Jinhwan yang masih membereskan barang-barangnya dalam gerakan pelan yang tidak terburu-buru.

"Aku bisa pulang sendiri." balas Jinhwan tanpa menoleh.

Chanwoo seketika jadi mendapatkan ide setelah mendengar penolakan dari bangku belakang tersebut. Serta-merta siswa bongsor itu memutar tubuh, demi menghadap si anak baru yang duduk tepat di belakangnya.

"Ikut ke toko kue bersama kami saja, yuk?" ajak Chanwoo terlalu bersemangat. Padahal seharian tadi, untuk menyapa anak baru itu saja dirinya enggan.

Tentu saja ajakan tiba-tiba tersebut membuat Jinhwan tercenung. Lalu Hanbin sudah memajukan tubuhnya saja di meja Jinhwan untuk memelototi Chanwoo.

"Tidak, Jinwan akan pulang bersamaku!" katanya tegas sambil memukul meja, membuatnya mendapatkan toyoran di kepala oleh Bobby.

"Dasar tukang modus!" Siswa bergigi kelinci itu mencibir, yang sedetik kemudian berubah menjadi ringisan setelah Hanbin balas menoyor kepalanya.

Donghyuk segera mengambil alih situasi dengan menarik lengan kekasihnya dan Chanwoo satu-satu. "Sudah, jangan ganggu mereka! Nanti tokonya keburu penuh!" gerutunya sembari berjalan menuju pintu, hanya menoleh sekilas ke belakang untuk berpamitan, "Kami duluan, ya? Bye!"

Setelah itu, ketiganya menghilang dari balik pintu. Jinhwan pun berdiri dari duduknya, ingin segera pulang ke rumah dan menenangkan diri dari segala hal ajaib yang telah terjadi di sekolahnya yang baru.

Hanbin tanpa ragu merangkul bahu kecil itu, membawanya berjalan keluar kelas seperti teman akrab hingga kembali mengundang tatapan-tatapan penasaran dari orang-orang.

Oh, iya. Jinhwan lupa. Masih ada satu lagi siswa ajaib yang menempel padanya seperti kutu.

"Apa, sih?" protes Jinhwan. Mendorong dada bidang Hanbin menjauh, tetapi pemuda itu memang berkepala batu sehingga lengan kekarnya kembali ia sampirkan pada bahu Jinhwan dengan acuh.

"Aku kan harus berjaga-jaga agar kau tidak terjatuh lagi seperti di kantin tadi."

Jinhwan meronta-ronta dalam rangkulannya, sementara Hanbin terus saja tersenyum bodoh kepada para siswa yang memperhatikan mereka di sepanjang koridor. Ekspresi yang ditunjukkan bermacam-macam, tetapi lebih banyak kepada reaksi terkejut seakan tidak percaya anak baru yang menjadi hot news itu bisa berada dalam rangkulan siswa tidak ada keren-kerennya seperti Hanbin. Terlebih, Hanbin bersikap seperti sedang memperkenalkan kekasih barunya kepada dunia.

LOST.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang