"Kok bengong?" Abang melambaikan tangan di depanku membuyarkan lamunanku.

Aku hanya tersenyum dan menggeleng.

"Abang lagi ngapain tadi? Lagi di masjid ya?" Tanyaku penasaran.

"Iya de, tadi shalat Dhuha di lanjut murojaah."

"Wihhh abang keren. Makin hebat ah ilmunya. Ade ajarin dong." Pintaku mengedipkan mata di depan abang.

"Matanya di kondisikan Asheeqa." Ucap abang menatapku tajam.

Aku menggaruk kepalaku. Kebiasaan nggak bisa ngontrol sama tindakan konyolku di tempat seperti ini.

"Ada yang mau ditanya ke abang?" Tebak bang Igo.

Aku hanya mengangguk. Wajahku berubah menjadi muram.

Abang hanya diam. Dan menunggu sampai aku bicara lagi.

"Bang, kalau ade,,, ade,,, ade pakai ... " lidahku seakan kelu berbicara di depan abang.

Abang mencondongkan badan kearahku dan mengelus kepalaku lembut. Menguatkanku agar aku mampu mengatakannya.

"Kalau ade pakai hijab gimana?" Jawabku lirih menunduk.

"Abang setuju banget. Tapi kenapa sekarang nggak pakai?" Tanya abang memperhatikanku.

"Aku masih ra ra ragu bang." Jawabku terbata.

"Apa yang kamu ragukan de? De, ragu adalah bentuk tipu daya setan. Agar kita mengikuti omongannya. Kamu harus yakin de. Pakai hijab itu sebuah kebenaran jadi kamu harus yakin. Dalam Firman Allah Swt.

الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ

"Kebenaran itu adalah dari Robmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu (wahai Muhammad) Termasuk orang-orang yang ragu."  (QS. Al-Baqarah : 147)." Ucap abang.

"De, maaf kalau abang terlalu menekan kamu." Abang mengusap wajahnya frustasi melihatku menangis.

"Nggak bang. Abang nggak perlu minta maaf. Ade nangis karena ade bodoh kenapa selama ini ade seperti ini. Masih aja ngikutin maunya setan. Harusnya ade hijrah dari dulu." Kataku lirih. Airmata kian deras jatuh membasahi pipiku.

Abang berdiri dan merentangkan kedua tangannya. Tanpa aba-aba aku langsung memeluk abang. Abang mengelus rambutku.

Dan membisikkan sesuatu.

"مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي ۖ وَمَنْ يُضْلِلْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi. (QS. Al A'raf ayat 178)"

Aku sesenggukan menatap abang. Tapi abang malah tersenyum dan menyentil hidungku dengan telunjuknya.

"Masa sih beberapa minggu nggak ketemu udah jadi cegeng kayak gini. Mana ade abang yang nakal dan ceria."
Aku manyun mendengar perkataan abang. Dan kembali duduk.

"Go, tinggal lima menit." Ucap salah satu petugas mengingatkan bang Igo.

"Inget ya nggak boleh ragu lagi. Harus yakin. Abang tunggu di sini. Abang pengin lihat Asheeqa bukan Mehru yang tomboy." Abang mengacungkan telunjuk memperingatkan aku.

Dengan wajah masih manyun aku masih mengangguk.

"Senyum manis ekstra gingsulnya mana?" Goda abang.

Bukannya senyum aku malah kembali menangis. Membuat abang malah tertawa mengejek. Dan kembali melantunkan suara merdunya membaca sebuah hadits.

"«تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ»"

Asheeqa (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now