Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu,  Rasululloh SAW bersabda:  “Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: Laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip ekor sapi untuk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang dan Bersolek diri untuk memperdaya laki-laki, kepala-kepala mereka seperti punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, sebab sesungguhnya bau surga itu akan tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim)

Aku ingin setelah berhijab nanti aku benar-benar menjadi seorang muslimah. sesuai tuntunan Rasulullah.

"Mbak, udah selesai. makanan yang mbak bawa bersih." kata salah satu petugas laki-laki yang tadi memeriksa kotak makanan yang bunda siapkan buat bang Igo.

Aku pasrah menerima kotak makanan tadi. Pasti semua makanan di dalam kotak ini udah di acak-acak sama petugas pemeriksa. Lagi-lagi bentuk pengamanan, makanan atau barang bawaan pembesuk juga bakalan di periksa sampai menyeluruh. Makanan instan atau yang sudah terbungkus juga bakalan dibuka dan di teliti. Makanan kalengan di sini dilarang keras dibawa.

Aku menghirup napas panjang-panjang menyiapkan mental memasuki tempat ini. Ketika langkah pertamaku memasuki ruang pembesuk, seluruh warga binaan yang berada di balik jeruji besi pemisah antara ruang pembesuk dengan taman di dalam kawasan lapas menatapku dengan tajam.

Beberapa dari mereka ada yang malu, tapi ada juga sebagian dari mereka memandangku dengan pandangan yang sulit diartikan. Aku berasa artis yang memasuki tempat jumpa fans bertemu dengan fans dengan pandangan memuja. Sama sekali tidak ada rasa senang melainkan rasa risih dan aneh yang bergelayut di tubuhku. Pandangan mereka penuh dengan hawa nafsu. Padahal aku hanya memakai baju biasa celana jeans yang di padukan dengan kemeja kotak-kotak, itu aja bisa membuat mereka cuci mata melihat para wanita pembesuk. Jaket yang tadi aku pakai terpaksa aku simpan d loker beserta tas dan handphone.

"Tunggu sebentar ya, saya panggilkan Virgonya." ucap salah satu petugas ketika aku kembali menyodorkan kembali id card pembesuk.

Aku mengamati dengan seksama di ruangan ini. ruangannya hanya berukuran 5 x 4 meter. Di sediakan beberapa bangku bagi para penjenguk. Para pembesuk dan penjenguk hanya bisa duduk saling berhadapan dengan warga binaan yang dipisahkan dengan meja yang terbuat dari beton setinggi pinggang dengan panjang 3 meter dan lebar setengah meter. Dari panjang 3 meter ini setiap setengah meter di beri sekat berupa tembok kecil setinggi 20 centimeter. Jadi hanya ada enam pembesuk, sisanya menanti di luar. 15 menit waktu yang di berikan di sini.

5 menit kemudian seseorang yang aku tunggu-tunggu datang. Bang igo memakai celana panjang baju koko dan peci warna putih menutupi sebagian rambutnya. Gagah dan berwibawa. Itulah gambaran abang sekarang.

Bang Igo tersenyum melihatku. Aku bergegas mendekat dan memeluknya. walaupun di batasi meja aku bisa memeluk abang susuanku ini.

"Abang," ucapku lirih dengan mata berkaca-kaca.

"Assalamu'alaikum de?" Sapanya lembut.

"Wa'alaikumsalam bang."

"Kalau mau nangis mending tadi titipin makan aja di depan. Dari pada ketemu abang malah mewek hehehe." Bang Igo terkekeh menghapus satu tetes airmata yang tiba-tiba meluncur tanpa perintahku.

"Abang sehat?" Tanyaku.

"Alhamdulillah abang sehat. Kamu, bunda dan abah gimana?"

"Alhamdulillah sehat semua. Ini ada makanan dari bunda." Kataku menyodorkan kotak makanan.

"Makasih. Bilang sama bunda nggak usah repot-repot bawa makanan. Di sini banyak makanan kok, enak-enak lagi." Senyum terlukis bibir abang.

Aku tahu abang bohong. Bohong kalau makanan di sini enak-enak. Aku sempat mendengar salah satu penghuni ini yang mengeluh soal makanan. Nasi di sini aja nasinya kering dan pera, banyak batu dan sisa kulit gabah yang tertinggal. Lauk pauk pun di masak ala kadarnya. Tanpa ada rasa alias hambar, seperti makanan yang cuma di rebus. Mungkin makanan yang di sediakan di sini seperti itu sebagai ganjaran buat para warga binaan. Agar mereka tidak kembali lagi ke sini.

Asheeqa (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang