Motorku memasuki sebuah gerbang kemudian memarkirkan si putih motor matic kebanggaanku.
Sebuah bangunan bertembok tinggi dan kokoh tepat di depanku. Ini bukan pertama kalinya aku ke sini. Hampir seminggu sekali aku ke sini, tapi sejak kesibukanku sidang skripsi aku memilih tidak datang ke tempat ini. Selain itu bang Igo juga melarangku ke sini sering-sering.
Aku memasuki loket informasi. Dan menunggu giliran di panggil. Di sini semua harus antri. Nggak bisa main langsung masuk untuk bertemu bang Igo. Beruntung hanya ada tiga orang yang mengantri termasuk aku. Mungkin karena masih pagi.
Sekarang giliranku. Aku berdiri di depan loket. Duduk seseorang petugas dan memintaku memberikan tanda pengenal.
"Baru ke sini lagi ya?" Tanyanya setelah membaca KTP-ku. Petugas yang bernama Imran ternyata masih mengenalku.
Aku tersenyum mengangguk.
"Ketemu Virgo kan?" Tanya pak Imran menyebut nama bang Igo.
"Iya pak."
"Ini id cardnya. Tapi tunggu dulu ya masih setengah jam lagi boleh bisa besuk."
Aku hanya mengangguk dan menerima id card atas namaku dan tertera juga nama bang Igo.
Aku memilih untuk duduk di taman, berbaur dengan beberapa orang yang sama sepertiku. Membesuk seseorang di balik tembok kokoh ini.
"Mbak mau besuk juga?" Tanya seorang ibu paruh baya menatapku lembut.
"Iya bu." Jawabku ramah.
"Kasus apa?" Lanjutnya.
"Kasus penganiayaan ringan bu."
"Itu mah bentar lagi juga bebas neng. Kalau ibu mah nunggu anak ibu masih lama keluarnya. Dia kena kasus narkoba gara-gara salah pergaulan." Curhat sang ibu.
Aku hanya tersenyum menanggapi sang ibu yang terus bercerita tentang anaknya yang menjadi warga binaan seperti bang Igo.
Saat ini aku memang berada di luar Lembaga Pemasyarakatan kelas I A di kotaku. Bang Igo memang seorang warga binaan. Abang terjerat kasus penganiayaan ringan Pasal 351 KUHP ayat 1.
(1).Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500_
Tapi hakim menjatuhkan vonis ke abang 10 bulan penjara. Abang sebenarnya orang baik, dia hanya ada di tempat dan waktu yang salah.
Waktu itu abang dapat telpon dari temennya katanya buat nongkrong bareng. Ternyata di sana abang malah di ajakin buat minum alkohol. Karena atas nama teman abang akhirnya ikut minum itu aja cuman sedikit. Tapi karena kondisi mabuk teman-teman abang terlibat perkelahian dengan orang. Awalnya abang cuman melerai tapi seseorang mengaku terkena pukulan abang. Dan orang tersebut melapor ke polisi.
Abang sendiri adalah seorang pelatih Thai Boxing dan kadang dia juga bertanding di sebuah kejuaran martial art.
Tapi ada fakta yang baru aku tahu. Ternyata abang di jebak oleh temannya. Agar abang di jebloskan ke penjara. Dan nggak bisa ikut event kejuaraan martial art tingkat nasional.
Semua anggota keluarga benar-benar shock tau abang di tangkap polisi. Semua cara sudah dilakukan agar abang bebas. Dari mulai datang ke keluarga korban dengan maksud meminta maaf agar dia mau mencabut laporan. Tapi tetap dia kekeh agar abang di penjara. Beruntung pengacara yang abi bayar bisa di andalkan di sidang pengadilan. Sehingga abang hanya di penjara sepuluh bulan.
Aku lebih suka kalau menyebut abang sedang di pondok bukan di penjara. Karena memang di tempat ini abang jadi belajar agama. Layaknya seorang santri di pondok pesantren. Raganya memang di dalam dan tak bebas. Tapi di sini jiwanya menjadi lebih baru dengan ilmu agama.
Di sini para warga binaan di beri pelatihan dan penyuluhan. Agar nanti setelah keluar mereka tidak menjadi penjahat kambuhan. Melainkan mereka di dalam lapas banyak melakukan kegiatan. Seperti keterampilan barang bekas menjadi barang yang mempunyai nilai jual, belajar menjadi tukang kayu, pelatihan usaha, bengkel, dan salah satunya adalah kegiatan agama.
Pendidikan agama di sini paling di pentingkan. Karena bekal agama menjadi poin paling penting bagi para warga binaan agar kembali menjadi orang yang lebih baik. Sekaligus modal paling besar agar mereka bisa di terima kembali di masyarakat. Ya walaupun nggak semua warga binaan yang tobat keseluruhan tapi ada beberapa dari mereka kembali ke lembah hitam. Makanya para warga binaan benar-benar harus mendapatkan pendidikan agama yang jelas. Inilah yang menjadi alasan banyak mantan warga binaan yang akhirnya hijrah setelah mereka memperdalam ilmu agama di sini.
Ini yang menjadi alasan kenapa sekarang aku di sini. Aku ingin lebih yakin dengan pilihanku. Aku ingin berdiskusi dengan bang Igo. Di bandingkan dengan bang Aries. Bang Igo lebih bijaksana ketika aku meminta pendapat dan lebih nyaman aja ketika bang Igo mengingatkan aku tentang soal agama terlebih perintah tentang hijab.
Bang Igo lebih suka ketika aku datang ke sini ngobrol tentang agama. Dari pada aku ke sini yang datang meratapi nasibnya menjadi seseorang yang terenggut kebebasannya dari dunia luar.
Terlihat seorang petugas mulai membuka pintu tanda kami para orang-orang dari luar di perbolehkan membesuk warga binaan.
"Bismillah, semoga abang bisa meyakinkan aku agar aku hijrah." Ucapku lirih sebelum memberikan id card kepada petugas loket masuk membesuk warga binaan.
YOU ARE READING
Asheeqa (SUDAH TERBIT)
SpiritualPesan via shopee aepublishing Aku tidak pernah tahu, Aku pun tak ingin mengetahuinya. Yang aku tahu, aku mengenal sosoknya pada diri orang lain. Tanpa pernah aku merasakan kehadirannya di sampingku. Dan ini,,,, membuatku sulit berdamai dengan kehi...
Asheeqa 14
Start from the beginning
