Satu

14.8K 1K 15
                                    

Seorang gadis dengan rok sekolah yang menutup kakinya dan seragam lengan pendeknya melangkahkan kaki dengan tergesa ke rumah sakit.

Hari ini adalah penerimaan raport semester ganjil. Besok, sekolah meliburkan selurih siswanya dalam rangka libur semesteran dan memyambut hari besar Natal juga Tahun Baru.

Gadis itu mengelap keringat di keningnya.

Hari ini, seharusnya sang kakak datang ke sekolahnya sebagai wali murid untuk mengambil raport, namun pagi tadi, saat akan berangkat sekolah kakaknya pingsan dengan hidung yang mengeluarkan darah dan wajah sepucat mayat.

"Echa!" sebuah panggilan membuat gadis itu menoleh.

Gadis itupun segera memeluk orang yang memanggilnya dan menangis.

"Umi... Kakak kenapa Umi?" tangisnya.

Umi menangis dan memeluk putri bungsunya erat.

"Lihatlah ke dalam. Ada mas mu juga di dalam. Dia terus memanggil namamu."

Air mata Vanesha menetes banyak sekali. Ia berlari masuk ke ruang ICU dan mendapati abang iparnya duduk di kursi tunggu sambil membacakan surah yasin dekat telinga sang kakak.

Vanesha mendekati tubuh lemas kakaknya.

"Via... Via sayang, itu, Echa sudah datang." abang ipar Echa mencoba menyadarkan kakaknya.

Air mata Vanesha terus mengalir. Kakak perempuannya adalah sosok ibu kedua bagi dirinya.

Perbedaan usia mereka sebanyak 10 tahun membuat ia begitu manja pada sang kakak, apalagi sejak SMA Vanesha hijrah ke Jakarta karena mendapat beasiswa.

Vanesha meraih tangan kiri kakaknya dan menggenggamnya erat.

Sang kakak tersenyum manis.

"Echa..." ucapnya lemah.

"Iya kak..."

"Kakak mahu minhta t-long."

Vanesha mengangguk.

"Apa kak? Aku janji, apapun perminta kakak akan ku sanggupi. Insya-Alla, Aku berjanji."

Senyum di wajah sang kakak makin kembang meskipun terlihat lemah.

"Mash..."

"Iya, Viandra?"

Lalu tangan Viandra meraih tangan suaminya lalu menyatukannya dengan tangan sang adik. Sambil menarik nafas dalam ia berusaha bertahan.

Tak lama, mertua Viandra juga uminya masuk ke ruang ICU.

Biasanya, keluarga tidak akan diberi ijin masuk sembarangan, kecuali kondisi pasien kritis dan sudah tidak ada pertolongan medis yang bisa dilakukan.

"Viandra?" Umi bingung menatap tangan Noval diatas tangan Vanesha.

"Tolongh, jagah Ssaa dan mas Noval, Ca."

Kening Vanesha mengerut bingung.

"Maksud kakak apa?"

"Kakakmu Viandra terkena kanker serviks dan baru terdeteksi sekitar satu setengah tahun lalu. Tapi karena tidak ingin membunuh janinnya, dia abaikan pengobatan dan kemoterapi. Dia juga merahasiakan penyakitnya dari kita semua. Dan, lahirlah Ayesa 9 bulan lalu. Tapi sekarang, sel kankernya sudah menyebar, dan kondisi kakakmu, kritis Ca." ucap abang ipar Vanesha.

"Inalillahi wainailaihi rojiun..." ucap semua yang mendengar.

"Menihkakhlah dengan mas Novval, Ca. Kakkak mohhon. Jadihlah istrri danh ibuh yesa."

Jadi ISTRImu sesungguhnya (Novel cetak Dan Ebook Ready)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang