“Ebi!” Ucap Jiho saat mencicipi sup ikan di hadapannya. “Ada ebi di dalam supnya!”

“Ayo ke rumah sakit!” Alvis langsung menarik lengan Carina yang membuat Arvis kembali menarik lengan Carina yang satunya.

“Ada apa? Kenapa ke rumah sakit?” tanya Arvis tak mengerti.
Perhatian mereka kembali teralih pada Carina yang mulai kesulitan bernapas.

“Ini bukan waktunya berdebat! Cepat bawa dia!” teriak Daniel mulai panik saat melihat wajah Carina semakin pucat.

“Jelaskan padaku dulu, apa yang terjadi padanya?!” Arvis masih terus menahan Alvis yang ingin menggendong tubuh Carina.

“Carina alergi udang! Kau tak tahu itu padahal sudah dua tahun tinggal bersamanya?!” teriak Alvis akhirnya seraya menarik paksa tubuh Carina dan menggendongnya.

Dengan cepat Jiho dan Daniel berlari mengikuti Alvis yang membuka portal ke rumah sakit Central, sementara Arvis yang masih terkejut hanya bisa terdiam di tempat duduknya.

“Kenapa diam saja Arvis! Ayo kita juga ke sana!” desak Charlie meminta Arvis membuka portal yang sama agar dirinya, Sera, Ashley dan Brian bisa ikut menemui Carina.

Arvis mengangguk dengan gamang lalu menuruti permintaan Sera.

***

“Ini semua salahku. Masakanku yang telah membuatnya seperti ini.” Ashley menggigit bibir bawahnya dengan ekspresi cemas. Berharap bahwa Carina akan baik-baik saja.

“Ashley, jangan menyalahkan dirimu begini. Ini sebuah kecelakaan.” Sera mengusap lembut punggung Ashley yang duduk di sebelahnya.

“Apa yang dikatakannya benar. Padahal kita telah tinggal bersamanya lebih dari dua tahun, tapi kita tak mengetahui hal ini.” Keluh Brian membuat Arvis yang mendengarnya membenarkan dalam hati.

Jiho dan Daniel duduk dengan gelisah. Mereka sama sekali tak berhenti menatap pintu ruangan tempat Carina berada, berharap Alvis akan keluar dari ruangan itu memberikan kabar baik.

Setelah menunggu lebih dari tiga puluh menit semua orang langsung berdiri ketika Ms. Kate keluar dari ruangan.

“Bagaimana keadaannya?!” Arvis bangkit dan langsung menghampiri wanita itu dengan panik.

Ms. Kate menatap Arvis agak lama, menyadari bahwa Arvis memiliki wajah yang sama persis seperti kembarannya. “Ia baik-baik saja. Untunglah kalian cepat membawanya kemari.”

“Kalian boleh masuk, tapi jangan membuat kegaduhan.” Katanya lagi seakan-akan mengerti keinginan orang-orang di hadapannya itu.

“Tentu Miss, kami tak akan melakukannya.” Jawab Jiho lalu masuk bersama yang lainnya.

“Bagaimana keadaannya?” tanya Daniel pada Alvis yang duduk di samping kasur tempat Carina terbaring.

“Ia akan baik-baik saja, Miss Kate sudah menyuntikkan obat untuk menekan reaksi alerginya. Tapi, ia masih sulit bernapas dan memerlukan oksigen untuk membantunya bernapas.”

Daniel dan yang lainnya bernapas lega mengetahui bahwa Carina baik-baik saja, tapi sesaat kemudian Daniel kembali berdecih kesal saat melihat Alvis terus menggenggam tangan Carina yang tak sadarkan diri.

“Kau tak mau melihatnya?” tegur Sera saat melihat Arvis hanya terdiam dan berdiri di dekat pintu.

“Aku tahu kau sangat khawatir padanya, kau harus melihatnya.” Brian mendorong punggung Arvis agak kuat agar laki-laki itu mau berjalan mendekat ke arah tempat Carina terbaring.

Dengan segenap keberanian dan rasa bersalahnya Arvis maju mendekati Carina.
Hatinya sakit ketika ia melihat saudara kembarnya kini tengah menggenggam tangan gadis yang juga ia cintai.

Ia hanya bisa menahan  emosinya yang bercampur aduk dan beralih menatap wajah pucat Caria yang terbaring lemah di hadapannya.

Dadanya sesak ketika melihat gadis itu tak berdaya dan  kesakitan seperti ini. Ia kini berpikir betapa bodohnya dirinya selama dua tahun ini karena tak mengetahui apa pun tentang Carina. Yang ia lakukan hanyalah memberitahunya kebohongan dan ingatan palsu.

Ia bahkan tak tahu makanan apa yang Carina sukai, warna apa yang ia sukai, atau makanan apa yang tak bisa ia makan…

Seperti saat ini, ia tak tahu bahwa Carina memiliki alergi parah terhadap udang yang bisa saja membahayakan nyawanya.

Setelah melihat keadaan Carina dan mengetahui kalau gadis itu kini telah membaik, seluruh penghuni asrama meninggalkan Alvis dan Arvis di ruangan itu agar mereka bisa berbicara empat mata.

“Kau… sama sekali tak tahu?” Alvis memandang saudara kembarnya.

Arvis hanya diam, tapi Alvis telah mengetahui jawabannya dari ekspresi Arvis saat ini.

“Bagaimana bisa? Dua tahun itu waktu yang lama, Arvis.” Keluh Alvis tak habis pikir.

“Memangnya sekali pun kalian tak pernah makan udang sehingga tak mengetahuinya?”

Jawabannya adalah tidak.

Mereka hidup di pinggir kota yang jauh dari laut. Bahkan ikan saja mereka sangat jarang memakannya.

“Beritahu aku, semua tentangnya.” pinta Arvis dengan suara pelan.

Alvis menatapnya sebentar lalu bangkit dari kursi yang berada di sebelah kasur tempat Carina terbaring menuju sofa panjang yang ada di sisi lain ruangan. Arvis mengikutinya tanpa berkata-kata.

“Apa pun itu?” Alvis menatap saudara kembarnya yang langsung menjawab dengan anggukan.

“Carina suka warna ungu, makanan kesukaannya donat, ia lemah terhadap cuaca dingin…” Alvis mulai bercerita dengan wajah yang melunak.

Baru kali ini Arvis melihat ekspresi saudara kembarnya yang seperti itu selama hidupnya.

Tatapan matanya hangat, suaranya yang lembut, wajah kakunya benar-benar berubah saat membicarakan tentang Carina. Wajahnya yang dingin, kaku, dan datar kini telah menghilang.

Arvis merasa gelisah, hatinya dilanda dilema. Kini ia luluh saat melihat adik kembarnya yang terlihat sangat bahagia saat membicarakan gadis yang sama-sama mereka cintai. Ini pertama kalinya ia melihat Alvis benar-benar bahagia dan tersenyum tulus selama hidupnya.

***

Bab bonus untuk kalian yang telah ikut PO sebagai hiburan selagi menunggu OPEN PO selesai 😂😂😂

Lanjutannya silahkan baca di versi buku yaaa wkwkwk

💕💕💕💕😘😘😘

Yuk yang belum ikut PO

Yuk yang belum ikut PO

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
HOLDER : Elsewhere (END)Where stories live. Discover now