IV | Perut Uang

680 167 2
                                    

| VI |

: PERUT UANG :

Hanya ada aku di dalam rumah. Ibu sedang bekerja dan baru akan pulang sore hari, begitu juga ayah. Aku baru saja pulang sekolah dan hendak membuat mi instan setelah menyalakan televisi dan mengencangkan volumenya hingga terdengar ke dapur. Bukan berarti aku ingin mendengarkannya, tetapi lebih kepada agar rumahku ini tak terlalu sepi. Kesepian rasa-rasanya agak menakutkan dalam keadaan rumah kosong seperti saat ini

Setelah mi-ku jadi, aku kembali ke ruang televisi. Memakan mi yang masih panas sambil menatap televisi. Channel berita menampilkan kasus seorang menteri negara yang korupsi dan merugikan negara hingga ratusan milyar untuk kepentingannya sendiri. Sayang, sebelum kasus itu terungkap, Bapak Menteri itu melarikan diri dan hilang entah ke mana. Polisi memasukan Bapak Menteri itu dalam Daftar Pencarian Orang dan meminta masyarakat membantu polisi dalam menemukannya.

Hari demi hari berlalu. Aku tetap dalam rutinitas yang biasa. Secara mendadak, televisi mengatakan bahwa Bapak menteri beserta keluarganya ditemukan tewas di sebuah kamar hotel yang dijadikan tempat sembunyi selama beberapa hari ini.

Polisi heran. Masyarakat juga heran. Aku yang hampir-hampir tidak peduli dengan berita korupsi ikut-ikut heran. Berbagai spekulasi muncul. Mulai dari pembunuhan berencana hingga bunuh diri.

Polisi memutuskan untuk melakukan autopsi kepada Bapak Menteri beserta keluarganya yang mati tiba-tiba itu. Seminggu kemudian hasil autopsi keluar. Polisi bingung. Ahli forensik lebih bingung. Masyarakat sama bingung. Aku tertawa.

Televisi mengungkapkan hasil autopsi yang mengatakan bahwa Bapak Menteri beserta keluarganya mati secara membingungkan-

-dengan perut penuh uang. []

Tamat

AnomiWhere stories live. Discover now