9 - Ever Enough

597 35 0
                                    

-Author POV-

“Bosen kak, kampus lo mulu. Ke tempat lain yuk,” gumam Adelle malas ketika hampir sampai di pintu gerbang kampus Fathir. Kening Fathir mengernyit heran melihat perubahan raut wajah Adelle itu. Seingatnya tadi Adelle sangat bersemangat, kenapa sekarang malah bete begini?

Kenapa harus ke sini sih? Kata Adelle dalam hati. Matanya menerawang setiap jalan yang dilaluinya. Sebetulnya kan gue semangat karena mau ke UI, bukan ke kampusnya Kak Fathir! Cowok ganteng di sini yah mentok-mentok kayak Kak Fathir atau paling parah kayak si Gerry chocolatos tuh! Sumpah geli banget bayanginnya! Adelle bergidik ngeri.

Gerry itu bukannya buruk rupa. Tapi dibilang masuk klasifikasi ganteng rupawan bak pangeran negeri dongeng juga tidak. Ibaratnya, dia memiliki fisik yang bisa memalingkan perhatian perempuan jika berpapasan. Badannya tinggi tegap meskipun lebih kurus daripada Fathir. Kulitnya berwarna kuning langsat. Rambutnya berwarna hitam tebal, sama tebal dengan alisnya. Banyak perempuan bilang, cowok yang alisnya tebal itu ganteng. Nah, Gerry termasuk dalam kriteria itu. Tapi Adelle tetap ogah memikirkannya. Selain karena kata Fathir, jangan dekat-dekat sama cowok cabul kayak Gerry, dia juga tidak mau mengambil resiko kalau Gerry senang gonta-ganti pacar. Belum lagi dia masih milik Afran, pacarnya sejak SMP.

Selama Adelle melamun memerhatikan jalan, Fathir tetap menyetir mobilnya dan mengatakan isi pikirannya dengan tenang.

“Kan gue juga janji ke sini,”

Adelle mendengus. Sekarang dia sangat mengutuk kakaknya ini. Batinnya juga menyahut setuju dengan pemikiran teman-temannya yang pernah bertemu Fathir. Yang dingin, menyebalkan, (sok) pintar, (sok) sibuk, (sok) jual mahal, dan ganteng! Ish, Adelle meringis pelan. Dia tidak setuju dengan kata yang terakhir.

“Udah sampe tuh,” Fathir melepas seatbeltnya, mengunci mobil, dan bangkit keluar dari mobil. Adelle melongo mendapat perlakuan tak menyenangkan ini. Matanya menatap Fathir yang berada di luar penuh kebencian. Enggak ada perhatiannya sama sekali sih ih! Gini-gini kan gue adeknya! Sambil menahan amarah, dia melepas seatbelt, keluar dari mobil Fathir, dan membanting pintu mobil Fathir sampai Fathir terlonjak kaget.

“Eh! Mobil gue tuh!” sungutnya kesal sambil mendekati Adelle yang sedang bersedekap dada. Mata Fathir mengecek setiap jengkal body mobilnya kemudian memberikan tatapan membunuh kepada Adelle. Adelle membalasnya dengan tatapan sinis.

“Gue juga tau kalau itu mobil lo, Kak!” Dan pergi meninggalkan Fathir yang diam mematung. Fathir masih tidak percaya dengan sikap Adelle tadi. Rasanya ingin sekali mencekoki Adelle dengan drama Korea sampai mabuk teriak ‘Oppa! Oppa!’ dalam kamar. Padahal niatnya udah baik begini malah tak tau terima kasih!

Fathir berjalan menyusul Adelle di sampingnya. Sekarang mereka berjalan berdampingan. Dekat dan terlihat serasi. Banyak pasang mata memerhatikan Fathir, apalagi kepada Adelle. Bingung dengan siapa Fathir berjalan. Fathir sadar akan hal itu tapi Fathir abaikan. Dia berjalan santai di sebelah Adelle seolah tak terjadi apa-apa.

Coba kalau kalian tau ada aura permusuhan antara gue dan Adelle! Mobil gue baru balik malah seenak jidatnya aja dia banting pintu! Errr...! Kayaknya hanya Nio yang bisa lihat aura gelap ini! Fathir menghela napas, membuang rasa kesal.

“Fathir!”

Fathir menoleh ke samping kanannya. Dari kejauhan, tampak Gerry berjalan cepat ke arahnya. Adelle yang tadinya berjalan di samping kiri Fathir, langsung terdiam melihat Fathir tak bergerak. Matanya mengikuti arah pandang Fathir dan terbelalak.

Kenapa ada manusia playboy itu sih! Keluhnya dan berbalik memunggungi Fathir.

Fathir dan Gerry saling bertepuk hangat di udara. “Jangan lupa! Jadwal Saturday Night,” kata Gerry kemudian. Fathir mengangguk sambil tersenyum tipis.

Settle for LessWhere stories live. Discover now