8

2K 132 3
                                    

Ayana pov

Tanpa terasa lima tahun pun berlalu, masih sama seperti sebelumnya. seperti tahun-tahun kemarin tidak ada yang berbeda namun semua istimewa dan bahagia. Keseharianku di isi dengan tawa canda mereka yang tak jarang juga pertengkaran antara ayah dan anak turut menghiasi ceritaku pada tahun-tahun yang berlalu.

Saat ini kami sedang sarapan bersama, aku duduk tepat disebelah kanan suamiku sedangkan arka ada pada sisi kirinya. Suasana pagi ini sangat sunyi hanya ada suara dentingan sendok yang beradu dengan piring yang menemani sarapan kami kali ini sampai arka membuka suara.

"besok arka ada pertandingan basket, ayah dan bunda harus datang" aku mendongakkan kepalaku menatap arka yang berbicara tanpa melihat kearahku ataupun pada ayahnya dia terlihat serius dengan makanan dipiringnya.

"wahh anak ayah harus menang" ia langsung menatap ayahnya dengan tatapan yang penuh harap

"ayah harus datang".

"iya ayah pasti datang.." aku tersenyum menatap mereka lalu kembali menikmati sarapan pagi ini.

setelah selesai sarapan aku langsung mengantar mereka sampai pada pintu utama, arka mengecup bibirku sekilas lalu masuk kedalam mobil. Aku mendekat pada mas ardhan lalu sedikit merapikan dasinya "jangan lupa janjinya ya ayah" ucapku mengingatkan dan dibalas anggukan dengannya lalu mencium kening dan bibirku sekilas.

***

hari ini arka akan bertanding basket, ini adalah pertandingan pertamanya maka dari itu dia mau aku dan mas ardhan datang untuk mensuportnya. Pertandingan dimulai pukul 09:00, arka sudah berangkat sejak pagi tadi menggunakan bus sekolahnya karena ayahnya tidak pulang dari kemarin dengan alasan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Sebelum berangkat arka berpesan padaku untuk menelpon ayahnya agar jangan lupa untuk datang kesekolahnya. Sebenarnya dari semalam juga aku sudah ingatkan mas ardhan untuk datang tepat waktu tapi tak apa bukan jika sekarang aku mengingatkannya lagi.

Ini sudah panggilan ketiga namun tak kunjung mendapat jawaban dari suamiku membuatku mulai gelisah, kulirik jam diding yang berada diruang tamu sudah menunjukan pukul 08:45 tapi mas ardhan belum pulang juga untuk menjemputku. Semalam ia berjanji akan menjemputku dan berangkat bersama ke sekolah arka tapi sampai sekarang ia belum juga muncul. Karena terlalu lama menunggu akhirnya aku putuskan untuk berangkat lebih dulu biarkan saja mas ardhan menyusulku. Aku memesan taxi online dan menunggu diluar rumah tak butuh waktu lama taxi yang kupesan sudah berada dihadapanku, aku langsung saja masuk dan memberikan alamat yang kutuju pada driver. Beruntung jalanan pagi ini tidak begitu ramai jadi aku bisa dengan cepat sampai pada tempat tujuanku.

aku sedikit berlari mencari lapangan tempat diadakannya pertandingan, setelah menaiki 2 lantai akhirnya aku menemukan lokasinya. Aku mengedarkan pandanganku keseluruh ruangan ternyata sudah sangat ramai dengan orang tua wali, secara tidak sengaja mataku menangkap sesosok wanita yang akrab denganku ia terlihat melambaikan tangannya kearahku. Aku mendekat dan duduk tepat disebelahnya.

"daniel juga bertanding ya?" ya wanita yang melambai padaku tadi adalah asya sahabat karibku.

"iya itu disana sedang pemanasan". jawabnya sambil menunjuk kearah Daniell, ternyata ada arka disana dia tidak sedang melakukan pemanasan seperti yang dilakukan teman-temannya. Kulihat matanya sibuk pada bangku penonton mungkin ia sedang mencariku, langsung saja aku berdiri dan melambaikan tanganku sambil memanggil namanya, ia tersenyum padaku namun sangat tipis. Tiba -tiba terdegar suara dari speaker memberitahukan bahwa pertandingan akan segera dimulai, para pemain pun mulai berkumpul.

Aku mulai gelisah pertandingan akan dimulai tapi mas ardhan belum juga tiba disini, berkali-kali aku menelfon namun tak ada satupun jawaban darinya. Akhirnya pertandigan dimulai, rupanya arka menjadi kapten dalam team nya. Arka terlihat sangat lihai saat meliuk-liuk kan bola basketnya dan membuatku tersenyum bangga padanya.

30menit berlalu arka sudah mencetak 10score, aku bahkan berteriak histeris seperti anak anak muda disini jika arka mulai menggiring bolanya menuju ring, terlebih jika dia sampai mencetak score. Sepertinya ia gelisah matanya selalu menatap kearahku, aku tau ia pasti mencari ayahnya.

Saat arka akan melompat untuk mencetak score yang ke-11 tiba-tiba ia didorong oleh lawannya dan tubuhnya terlempar cukup jauh. Seketika aku langsung berdiri untuk memastikan keadaannya namun sepertinya ia sangat kesakitan saat aku ingin berlari ke lapangan namun tiba-tiba tanganku dicekal oleh asya.

"na, disana ada team medis biarkan mereka mengurus arka". aku menggeleng mataku mulai berkaca-kaca aku tidak tega melihat arka kesakitan seperti itu.

" arka butuh aku sya.. aku harus kesana". langsung saja kulepaskan cekalan tangan asya dan berlari mengikuti team medis yang membawa arka.

"apa ibu orang tua dari siswa ini?" Tanya seseorang yang juga menggunakan baju medis, aku mengangguk sambil menahan air mataku. " maaf bu kami akan membawa arka kerumah sakit karena sepertinya kaki kanannya mengalami patah tulang". air mataku meluncur dengan sempurna, hatiku hancur saat melihat arka merintih kesakitan. "iya. lakukan yang terbaik untuknya" ucapku dengan yakin.

Senja Dipenghujung DesemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang