Buang rasa malu, sama pikiran anehku tentang si singa deh. Yang penting nih nasi nggak sisa, kasian nanti nasinya nangis. Lagian pak Tani dan bu Tani kan udah capek-capek nanem padi. Masa iya aku buang sia-sia. Lebih baik berbagi.
Aku kembali berbalik menuju depan pintu ruangan dokter Azlan.
Tanganku menggantung di depan pintu. Antara ketuk apa langsung buka ya? Tapi kalau langsung buka nanti di bilang nggak sopan. Yaudah ketuk aja deh. Bismillah sambil menutup mata.
Tapi tanpa sepengetahuanku, ternyata pintu telah terbuka. Dan menyisahkan tanganku yang mampir di jidat si dokter.
"Kamu mau ngapain?" Tanyanya kaget.
Aku hanya senyum, semanis mungkin ngikutin iklan pasta gigi. Dan menarik tangan dari jidatnya.
"Bunda bawain banyak makanan. Dan kata beliau suruh di bagi sama dokter." Jawabku sambil mengangkat rantang nasi ke samping kepalaku.
"Boleh. Saya juga udah laper." Ucapnya tanpa ada basa-basi langsung main nerima aja ajakanku. Dokter nggak ada malunya apa ya? Atau jangan-jangan dia belum gajian jadi main nrima aja ajakanku.
"Ooo oke kalau gitu dok kita ke kantin. Tapi aku ajak Ayesha dulu. Dan barang kali Rayan sudah sampai di sini."
Dia hanya mengangguk.
"Oh ya, bentar ada yang ketinggalan."
Aku masih berdiri di depan pintu. Menunggu si singa kembali masuk ke ruangannya.
"Ini, kemarin salah satu dokter di sini katanya di tabrak sama cewek yang memakainya," ujar dokter Azlan menyerahkan topi yang dari tadi aku cari.
"Kok bisa ada di dokter?" Tanyaku.
"Saya sudah laper, bisa ke kantin sekarang?" Katanya tanpa jawab pertanyaanku. Malahan dia lebih mementingkan perutnya.
"Sini rantangnya biar saya bawa ke kantin. Kamu panggil aja Ayesha sama Rayan." Dokter Azlan, mengambil rantang yang aku pegang. Dan berjalan duluan menuju ke kantin.
Aku masih mematung, memegang topi kesayanganku. Akhirnya ketemu.
"Asheeqa, kamu mau diam aja di situ? Nggak enak kalau nasinya jadi dingin." Kata dokter Azlan mengingatkanku.
"Iya dok." Jawabku kemudian jalan menuju ke ruang ICU.
Aku nggak salah denger ya dia manggil aku Asheeqa. Kok aku nggak marah ya? Padahal aku kan paling nggak suka kalau ada yang manggil Asheeqa selain keluargaku. Dan tahu darimana dia soal namaku Asheeqa. Aku baru inget di topi ini memang tertulis Asheeqa di dalamnya. Tapi kok dia tahu ini topiku sih. Apa jangan-jangan kemarin yang aku tabrak dia ya orangnya. Aduh lagi-lagi aku ceroboh.
"Mbak Mehru mau kemana?" Sapa seseorang menyamai langkahku.
"Alhamdulillah, ternyata kamu Yan."
"Iya, emang aku kenapa mbak?" Tanya Rayan bingung.
"Kita makan yuk. Aku udah bawa makanan. Tapi panggil Ayesha dulu ya dia masih di dalam." Kataku menunjuk ruang ICU.
"Boleh mbak, aku juga laper dari pagi belum makan." Jawab Rayan malu-malu.
Kini aku, Rayan, Ayesha dan dokter Azlan menikmati masakan bunda. Sebelumnya butuh waktu ekstra mengajak Ayesha, apalagi Rayan juga tadi sempet nolak pas tahu kondisi Bila tadi menurun. Tapi aku terus meyakinkan mereka berdua kalau Bila sudah baik-baik saja. Dan nggak usah khawatir ada perawat yang jagain Bila. Aku bisa jamin kalau perawat akan memberikan kabar kalau Bila kenapa-napa. Lagian kan kita makan bareng dokter Azlan. Kalau ada apa-apa si perawat bisa langsung hubungi si dokter singa.
Tak butuh waktu lama seperti biasa dokter Azlan makan dengan cepat. Dan selesai pertama. Setelah mengucapkan terima kasih, dia pamit katanya ini waktunya dia visite.
"Bila anak yang kuat mbak." Kata Rayan memulai pembicaraan setelah kami selesai makan.
Aku hanya mengangguk.
"Bila, selalu jadi anak ceria dan selalu tersenyum menguatkanku dan Ayesha saat mamah dan papah meninggal. Padahal dia yang paling singkat mengenal mamah dan papah." Cerita Rayan, dengan mata berkaca-kaca.
"Saat sakit dia nggak pernah ngeluh. Dia hanya tersenyum, dan melarangku menangis ketika aku membawanya ke rumah sakit malam-malam karena panas badannya yang tinggi hingga dia mimisan."
Aku memeluk Ayesha yang kini mulai menangis mendengar penuturan kakaknya.
"Aku nggak bayangin kalau tadi Bila nggak selamat mbak. Aku nggak tahu apa jadinya kami berdua tanpa dia." Rayan menunduk dan menangis.
"Rayan sama Ayesha harus kuat ya demi Bila. Alhamdulillah Allah masih sayang sama kalian dan masih mengijinkan Bila bareng kalian." Kataku menguatkan kakak beradik yatim piatu ini.
Hidup dan mati seseorang sudah Allah tulis sebelum manusia di ciptakan. Dan Allah dengan mudahnya bisa memerintahkan malaikat Izrail untuk mencabut nyawa seseorang.
Detik ini kita hidup, tapi kita tak pernah tahu detik berikutnya hidup atau maut yang menghampiri. Tinggal kita mempersiapkan bekal apa yang akan kita bawa saat maut memisahkan kita dari orang-orang kita sayangi dan dari dunia yang fana ini.
* Cardiac arrest atau henti jantung adalah kondisi di mana detak jantung berhenti secara tiba-tiba.
* Visite pasien adalah salah satu aktivitas rutin dokter di rumah sakit. Istilah visite dinisbatkan pada aktivitas seorang dokter yang memeriksa dan mengevaluasi perkembangan pasien yang dirawat inap, termasuk rencana terapi dan pemberian obat.
ANDA SEDANG MEMBACA
Asheeqa (SUDAH TERBIT)
KerohanianPesan via shopee aepublishing Aku tidak pernah tahu, Aku pun tak ingin mengetahuinya. Yang aku tahu, aku mengenal sosoknya pada diri orang lain. Tanpa pernah aku merasakan kehadirannya di sampingku. Dan ini,,,, membuatku sulit berdamai dengan kehi...
Asheeqa 11
Mula dari awal
