"Terus gimana sekarang kondisinya?" Tanyaku lagi, penasaran dengan kondisi Bila.
"Kondisi Bila mulai stabil. Tapi tetap harus dalam pantauan di ICU. Beruntung dia anak yang kuat, bisa melewati masa-masa sulitnya."
"Alhamdulillah." Ucapku lega, "tapi ada apa dok sampai dokter minta waktu buat ngobrol di sini?" Tanyaku curiga, jangan-jangan nih dokter singa ada maksud terselubung nih ngajakku ke sini. Ada udang di balik bakwan kayaknya.
Dia hanya tersenyum, duh senyumnya manis banget. Ralat senyumnya aneh nih. Pakai acara senyum-senyum mulu nih singa. Udah mulai gila apa ya, stres kali jadi dokter.
"Nggak usah mikir aneh-aneh. Gue mau bicara serius soal Rayan dan Ayesha." Katanya meninggalkan embel-embel kata 'saya' yang dari tadi formal banget.
"Oh. Memang kenapa sama mereka?" Tanyaku penuh selidik.
"Hampir seminggu mereka di sini. Hanya berdua yang bergantian jagain Bila. Saya khawatir dengan kondisi kesehatan mereka. Saya sudah tahu soal kamu dan keluarga yang akan menolong mereka."
"Dari Husna." Tebakku. Dokter Azlan hanya mengangguk.
"Terus maksudnya gimana nih?" Tanyaku bingung. Males kalau denger dia yang muter-muter ngomongnya. Dasar dokter tinggal to the point aja napa sih?
"Kamu seharusnya konsekuensi dengan perkataanmu buat jadi kakak mereka." Sindirnya, pasti soal kemaren aku yang main kabur aja.
"Maaf soal kemarin saya ada urusan penting." Belaku.
"Iya saya tahu. Tolong salah satu dari Ayesha dan Rayan untuk beristirahat di rumah. Jangan sampai nanti salah satu dari mereka sakit. Kamu bisa kan ikut bergantian jagain Bila?"
"Iya dok. Makasih sudah perhatian sama mereka. Saya mulai sekarang bakalan ikut gantian jagain Bila." Janjiku mantap, nggak tega juga kalau mereka berdua kurang istirahat.
"Terima kasih." Ucap dokter Azlan pakai bumbu senyum manis.
Duh meleleh bang liat senyummu mulu. Aku cepat-cepat menggeleng. Menjauhkan pikiran kotorku ini. Jangan sampai terhipnotis sama senyum manisnya. Mulut dia kan pedas. Nggak mau deh, kalau omongan dia nyata mau belah dadaku.
"Kamu kenapa?"
"Eh. Nggak dok. Nggak apa-apa. Udah nggak ada yang di omongin lagi kan?"
"Iya." Jawabnya singkat.
"Saya permisi dok." Buru-buru aku keluar dari ruangan dokter singa. Jangan sampai nanti di terkam dia.
Tapi baru beberapa langkah, aku berhenti. Aku baru inget kalau bunda masukin banyak nasi dan lauk pauk di rantang yang setia aku bawa dari tadi.
"Inget ya ka. Ini bunda bawain banyak makanan. Jangan lupa ajak dokter Azlan yang ganteng buat makan bareng. Dia pasti capek, ngrawat pasien-pasiennya. Anggap aja ini ucapan terima kasih udah ngobatin Bila." Pesan bunda panjang lebar.
Padahal kan udah tugas dia jadi dokter. Ngapain juga bunda repot-repot segala. Bikin berat aja rantangnya. Tapi kalau aku nggak bagi sama dokter singa. Mubazir dong nasinya. Bisa di jewer sama bunda gara-gara aku nggak amanah.
BẠN ĐANG ĐỌC
Asheeqa (SUDAH TERBIT)
Tâm linhPesan via shopee aepublishing Aku tidak pernah tahu, Aku pun tak ingin mengetahuinya. Yang aku tahu, aku mengenal sosoknya pada diri orang lain. Tanpa pernah aku merasakan kehadirannya di sampingku. Dan ini,,,, membuatku sulit berdamai dengan kehi...
Asheeqa 11
Bắt đầu từ đầu
