Handsome Spirit (Chapter 2)

722 158 50
                                    

'Keabadian mereka adalah sebuah kesepakatan yang diberikan Dewa untuk mereka. Kesepakatan itu berupa, tidak boleh terjadi kontak fisik dengan manusia. Dan jika itu terjadi, mereka akan lenyap untuk selamanya. Itu akan menjadi akhir dari hidup mereka.'

Yoona Pov

     "Kau tidak takut padaku?" tanya pria itu-yang kata halmoni bernama Oh Sehun. Dia menatapku keheranan, mungkin merasa aneh melihat kedatanganku. Tatapannya terhadapku seakan berkata 'Kenapa dia datang lagi?'
     "Begini, aku-"
     "Sebaiknya kau tidak-"
     "Aku tidak akan menyentuhmu!" sambarku cepat. "aku janji, aku tidak akan menyentuhmu." dia mengernyitkan keningnya.
     "Aaa, kau sudah tahu itu?" ujarnya pelan. Aku mengangguk ragu-karena aku belum sepenuhnya percaya dengan cerita itu. Dia diam sejenak, menatapku curiga. "lalu, kenapa kau kembali kesini?" eum? Aku juga tidak tahu kenapa. Pandanganku berpindah ke sebuah bangunan tua yang tampak terurus.
     "Itu rumahmu?" tanyaku mencoba mengganti topik. Sejak kemarin aku juga terus memikirkan itu. Bangunan tua itu-yang sepertinya merupakan rumah-terus menyita pikiranku. Aish, kenapa dia hanya menatapku? Mungkin aku tampak sangat mencurigakan dimatanya, sehingga harus di amati dengan intens seperti ini.
     "Apa kau sangat kesepian?" ee? "kau terlihat sangat kesepian." what the hello? Dasar roh sok tahu! "seharusnya kau tidak datang kesini lagi." dia melangkah ke suatu arah, tentu aku segera mengikuti langkahnya. Sedikit terburu-buru-takut kehilangannya.
     "Begini ya, pertama aku tidak kesepian. Sama sekali tidak." tuturku seraya terus mengikuti langkah lebarnya. "dan yang kedua, memangnya kenapa dengan kenyataan itu? Kenapa aku harus mengindarimu?" perkataanku membuat pria itu berbalik seperti kilat. Aaaa! Teriakku kaget, lebih tepatnya kaget karena nyaris membentur tubuhnya. Aku bahkan sampai terlompat kebelakang hingga terduduk di atas rumput.
     "Yak!" dia juga membentakku. Mungkin sama kagetnya denganku.
     "Mi-mianhae." ujarku penuh penyesalan. Aish, nyaris saja.
     "Meskipun hidupku harus berakhir, aku tidak mau hidupku berakhir di tanganmu!" bentaknya lagi. Aku sama sekali tidak tersinggung dengan perkataannya. Karena dengan hanya melihat ekspresi takut diwajahnya, membuatku bisa memahami perasaannya. Mati setelah di sentuh? Hah, aku masih sulit mempercayai itu.
     "Arraso, mianhaeyo.. Lagi pula jika kau tidak berhenti mendadak aku tidak akan.." perkataanku terhenti setelah menyadari wajahnya yang kini tampak sangat pucat. "yak, gwenchana?" dia menghela nafasnya dengan gugup. Ekspresi cemasnya kini jauh dari perkiraanku.
     "Pergilah. Aku tidak ingin melihatmu lagi." bahkan aku tidak sempat berdiri, dia sudah menghilang dari balik pepohonan. Jadi, tadi aku nyaris membunuhnya?

--

     "Annyeong.." sapaku esoknya. Sepertinya aku sudah memberikan senyuman termanis yang aku punya, tapi kenapa dia hanya diam dan tak berekspresi sedikit pun? Apa senyumanku kurang dahsyat? Dia malah terlihat sangat santai, duduk di tengah anak tangga yang terbuat dari kayu-jalan menuju sebuah bangunan tua.
     "Kupikir aku sudah mengatakannya kemarin." nada suaranya seperti lelah menghadapiku. Menatapku saja terlihat terpaksa. Bahasa tubuhnya juga semakin memperjelas.
     "Jadi kau masih marah padaku?" omo, aku berlaku imut? Ada apa denganku?

     Lagi-lagi dia hanya diam, menatapku dengan sorot matanya yang tak terbaca."kau sungguh tidak takut padaku?" tanyanya setelah lama diam. Aku langsung menggelengkan kepalaku.
     "Kau terlalu tampan untuk aku takuti. Haha.." entahlah, mulutku mendadak menjadi liar. Aku bahkan tertawa tanpa sebab. Ee?
     Tawaku langsung menghilang usai kurasakan pita rambutku terlepas. Kulihat pita rambutku yang sudah terjatuh di atas rumput. Sepertinya tadi sudah aku ikat sangat erat. Aku pun berjongkok untuk meraih pita rambutku. Lah, hilang?
     "Kau mencari ini?" Dug! Mentalku mendadak melemah. Kulihat pita rambutku sudah berada di tangannya. Sedikit horror memang, syukur wajah tampannya segera mengobati ketakutanku.
     "Hah, jadi kau bisa melakukan hal semacam itu?" kataku berusaha terlihat tenang, walau masih cukup kaget. Apa dia menggunakan ilmu gaib? Aa.. Jadi dia benar-benar roh?
     "Tidak, aku sedang berusaha membuatmu merasa takut padaku." ia mengatakannya dengan bersungguh-sungguh.
     "Aku tidak akan takut padamu.. Percayalah." ujarku dan mencoba melangkah mendekatinya untuk meraih pita rambutku dari tangannya. Sial, pita rambutku menghilang tepat dalam pandanganku! Aa, dia pasti sedang mempermainkanku.
     "Tidak takut padaku? Bagaimana dengan mereka?" aku ikuti arah pandangannya--yang tengah mengarah ke belakangku. Aku pun pingsan.







Continued..









Handsome Spirit (COMPLETE)Where stories live. Discover now