Chapter 14

421 60 4
                                    

Semerbak aroma kopi serta kumpulan kue menggugah selera terhampar di etalase sebuah kafe.Sangat nyaman, Jihoon pun merasakannya. Tempat ini cukup strategis untuk berkencan dan mungkin untuk dirinya yang sedang menunggu sang calon tunangan.

Walaupun ini hanya sebuah paksaan semata pastinya

Jika saja, Seonho tidak menyeretnya menuju kafe ini dia mungkin tidak akan mau menemui calon tunangan nya itu sekarang. Bahkan, si adik sudah menunggu di mobil Jihoon yang terparkir didepan kafe. Menjaga-jaga jika Jihoon akan kabur.

Sudah tepat Jam 9 pagi, namun sepertinya tidak ada pergerakan tanda orang yang ditunggu akan datang. Jihoon menatap jalan didepannya lewat kaca pembatas kafe dengan lesu, tahu begitu dia pergi ke kampus daripada membuang waktunya sia-sia. Suara pintu yang dibuka serta sambutan ramah selamat datang, tidak membuatnya menoleh. Jihoon tahu, itu bukan calon tunangannya. Dia yakin calonnya tidak akan pernah datang.

"Maaf telah membuatmu menunggu lama." Jihoon menoleh, sedikit mengaga melihat orang didepannya.Sangat tinggi. Satu kata mewakili kesan tentang orang yang ada didepannya. Cukup tampan, tetapi Jihoon berani bertaruh jika dia pasti lebih muda darinya.

"Eh? Belum lama kok, silahkan duduk." Ucap Jihoon sedikit canggung, tidak mungkin kan dia langsung mengomeli orang yang baru dilihatnya.

"Oh iya, namaku Lai Guanlin." pemuda tinggi itu —Guanlin— menggaruk tengkuknya canggung.

"Aku Park Jihoon, kau masih sekolah?"

"Iya, aku masih kelas 11. Apakah aku harus memanggilmu hyung?"

Ya ampun! Mengapa ayahnya harus menjodohkannya dengan bocah yang lebih muda darinya? "Jika itu maumu baiklah, panggil aku seperti itu." Jihoon tersenyum manis, melanjutkan obrolan ringan mereka. Sehingga seseorang yang melihat mereka dari luar, ikut tersenyum senang.



Pagi ini, mungkin adalah pagi paling tidak menyenangkan bagi Jinyoung. Karena, hari ini sang pujaan hati tidak masuk kuliah. Bahkan ponselnya pun tidak aktif, dia jadi bingung. Apakah Jihoon marah atau menolaknya kembali? 

Entahlah, dia tidak tahu. Yang jelas ini semua menguras habis semangatnya, padahal tadi pagi Shihyun sudah datang ke apartemen nya sarapan bersama hingga mengantarnya ke kampus. Tetapi, apa daya dia tidak semangat sama sekali.

"Lebay amat sih, baru juga sehari Jihoon gak masuk!" Woojin memutar bola matanya jengah. Pasalnya, sedari tadi Jinyoung hanya menenggelamkan wajah kecilnya pada meja kantin. "Gue kangen dia Jin." akhirnya Jinyoung duduk tegak kembali. Woojin berdecak, dia tidak tahu pesona sahabatnya bisa sebesar ini hingga membuat Jinyoung yang terlihat kalem jadi budak cinta.

"Samperin kerumahnya kan bisa. Tau rumahnya kan?"

"Oh iya! Kenapa gak kepikiran dari tadi ya?!" Jinyoung tersenyum seperti orang bodoh. Astaga! Tolong kuatkan hati Woojin untuk tidak menjitak mahkluk didepannya ini.

"Gue heran sama Jihoon, sejak kapan dia suka sama cowok pea macam lo?"

"Cinta itu gak mandang fisik Jin, udah ya gue duluan makasih buat sarannya." Jinyoung menepuk bahu Woojin pelan, sebelum pergi dari sana. Meninggalkan Woojin yang geleng kepala melihat tingkahnya.



Jihoon adalah anak yang pandai bergaul, terbukti baru hitungan beberapa menit dia sudah mulai akrab dengan Guanlin atau calon tunangannya.

"Kak Jihoon!" Seonho menghampiri mereka, menyerahkan kunci mobil kepada Jihoon. "Loh? Kenapa?" tanya Jihoon. "Kakak jalan-jalan aja sana, sama Guanlin, hitung-hitung kencan, aku pulang naik taksi." Seonho tersenyum, tak tahu diam-diam ada yang memperhatikannya.

"Kakak tahu, kamu satu sekolah sama Guanlin kan? Guanlin juga bilang kalo dia kenal kamu, kenapa gak ikut aja?"

"Gak bisa kak, ini kan kencan, kakak harus pergi berdua, yang ada aku malah ganggu entar. Yaudah aku duluan ya, Dadah!" Seonho pamit dengan cepat, dia tahu kakaknya sedang menatapnya penuh selidik. Apa yang sebenarnya disembunyikan Seonho? Pikirnya.



Jinyoung sedang dalam perjalanan menuju rumah Jihoon. Bayangan tentang Jihoon menyambutnya dengan riang membuatnya tersenyum sendiri seperti orang sinting.

Memang, dia sudah menjadi budak cinta

Jinyoung bahkan sudah menyiapkan boneka jiggypuf kesukaan Jihoon. Dia tahu karena pernah mengintip wallpaper ponselnya, sungguh sangat lucu bagi ukuran pemuda berumur 20 tahun menyukai karakter sebuah selimut itu. Sepanjang perjalanan, Jinyoung masih tersenyum, orang-orang menatapnya dari kaca mobil dengan pandangan bergidik ataupun merasa malu karena di senyumi oleh pemuda tampan namun berwajah kecil itu. Sayangnya, senyumnya luntur seketika. Dia melihat Jihoon bersama pemuda lain keluar dari sebuah kafe. Langsung saja, Jinyoung menghentikan taksinya. Berlari tergesa ingin menghampiri Jihoon hingga tak mengidahkan panggilan supir kalau bonekanya tertinggal di mobil.

Grep!

Sebuah tangan menghentikan pergerakan Jinyoung.

"Kakak yang waktu itu nganter kakak aku kan?" Jinyoung menatap lelaki itu bingung, siapa orang ini?

"Aku Park Seonho, adiknya kak Jihoon." Seonho tersenyum, melepaskan genggamannya pada Jinyoung. "Bae Jinyoung." balas Jinyoung. Melirik kedepan dan  sialnya, Jihoon sudah menghilang dari pandangan nya.

"Kakak gak keberatan kan masuk ke kafe sebentar? Ada yang mau aku omongin, ini tentang kak Jihoon dan ini penting." ingin sekali rasanya Jinyoung menolak untuk kembali mengikuti Jihoon, tetapi jika sudah penting dia bisa apa?Toh juga ini tentang pujaan hatinya.

Jinyoung menggangguk, mendahului Seonho memasuki kafe.

'Maafin aku kak, tapi aku gak bisa ngeliat perjodohan ini batal.'



Shihyun tidak tahu mengapa, dirinya menjadi sangat tidak fokus sekarang. Padahal tadi dia sudah sarapan dengan tunangannya—Jinyoung— serta menyiapkan semua perlengkapan Jinyoung hingga mengantarnya kuliah. Tetapi perasaannya masih saja khawatir.

"Kamu kenapa sih Hyun?" Tanya Youngmin. Dia sangat mengenal Shihyun, dia tahu jika Shihyun saat ini sedang memikirkan sesuatu.

"Gak tau, ada yang aku khawatirin tapi aku gak tau siapa."

"Apa itu Yongguk?" tebak Youngmin.

"Buat apa aku mikirin Yongguk!" Youngmin tersenyum. Hei, dia sudah kenal Shihyun sejak lama, dia tahu semuanya. "Gak usah ngelak lagi Hyun, aku tau kamu khawatir karena Yongguk sakit kan? Aku tau Jinyoung itu tunangan kamu, tapi perasaan bisa aja berubah kan?" Shihyun memilih diam, dia sangat bimbang sekarang. Dia pikir dia mencintai Jinyoung selaku tunangannya. Tetapi Yongguk? Entahlah Shihyun merasa nyaman bersamanya sejak 2 tahun belakangan ini.

"Saran aku sih, kamu harus nentuin pilihan kamu deh Hyun, dan aku harap kamu bisa milih yang tepat." Youngmin menepuk pelan bahu Shihyun.



"Jadi, Jihoon sudah punya tunangan?" Jinyoung sedikit tak percaya, Seonho telah menceritakan semuanya tentang perjodohan Jihoon. "Iya kak, kak Jihoon udah dijodohin sama kak Guanlin, ini semua daddy yang ngatur. Gak ada yang berani ngelawan kehendak daddy, dia gak suka keinginannya gak diturutin kak." ujar Seonho. Tentu saja, sebenarnya dia tahu kalau Jinyoung adalah kekasih kakaknya. Dia melihat mereka tadi malam lewat jendela kamarnya, tetapi dia tidak bisa melakukan apapun. Dia tidak ingin mengambil resiko jika kakak yang sangat ia sayangi membantah perintah sang ayah.

"Apa gak bisa perjodohan ini dibatalin kalau daddy kalian tau Jihoon punya pacar?"

"Kayaknya engga kak, aku mohon kak, biarin kak Jihoon dijodohin. Ini semua demi kebaikan dia" Mohon Seonho.

Jinyoung tersenyum miris, mengapa kisah cintanya serumit ini? Belum selesai masalahnya dengan Shihyun, sekarang bertambah dengan perjodohan. Sejahat itukah takdir mereka?

"Sayangnya, saya gak bisa janji.." Seonho sedikit terkejut mendengar jawaban Jinyoung.

"Karena saya cinta sama kakak kamu, dan cinta itu harus diperjuangin apapun yang terjadi."

TBC

WonderlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang