'Siapapun yang akan kau pilih kelak, kau jangan menyesalinya. Perlakukan ia dengan penuh kasih sayang. Aku tak ingin siapapun yang kau pilih akan berakhir sepertiku. Aku mencintaimu, Eren. Namun, mungkin aku harus pergi dari kehidupanmu. Untuk apa aku bertahan, jika dirimu yang tak bisa? Aku harap kau bahagia, Eren.' batin Levi pedih, memikirkan perkataan Eren tadi.

Levi pun menengok pintu kamar mandi yang masih tertutup, dan perlahan bangkit dari kasurnya, berjalan menuju lemari pakaiannya. Ia mengambil barang-barang yang ia perlukan. Baju tak ia bawa semua dan mengambil selembar kaus milik Eren, jika ia merindukan suaminya. Ia bergegas keluar tanpa meninggalkan apapun tanda. Ia memutuskan berjalan kaki menuju rumah lamanya, ketika ia masih belum menikah dengan Eren. Levi pun juga mulai memutuskan bahwa namanya kembali pada marga aslinya, yakni Ackerman, karena ia merasa tak pantas memakai marga Jaeger.

.
.

Sementara itu di kediaman Eren Jaeger
.

Eren keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju kamarnya. Ia melihat tak ada Levi di atas kasur mereka. Ia takut jika Levi pergi meninggalkannya. Namun, ia merasa tak pantas mengekang Levi, karena ia yakin, ia tak lagi memiliki rasa cinta seperti dulu pada Levi. Ia mencoba mengecek lemari, dan ia masih melihat baju-baju Levi di dalamnya. Ia merasa sedikit lega bahwa Levi mungkin tak pergi jauh. Setelah ia berpakaian sedikit casual, ia mencoba menghubungi Levi melalui ponsel.

Klik

"Halo, Levi sayang, kau dimana sekarang? Mengapa kau tak pamit padaku terlebih dahulu? Kau baik-baik saja, kan?"

"..."

"Kau tak memperhatikan kamar mandi, ketika kau akan berangkat?"

"..."

"Baiklah... Jika itu maumu, aku tak akan mengganggu. Jika kau sudah puas, pintu rumah kita akan selalu tebuka lebar untukmu."

"..."

"Baiklah, sayangku... Hati-hati, dan sampai jumpa. Love you"

"..."

Tut tut tut.

.

Eren pun merasa sedikit lega ketika Levi memberikannya kabar. Namun satu yang ia tak tahu, bahwa ia mungkin tak akan melihat bidadari mungilnya (terkadang Eren memanggil Levi dengan sebutan ini, dan tak jarang Eren mendapatkan fabulous kick ala Levi) kembali ke rumah mereka.

.

.

.

Levi's side

Tampak Levi berada di dalam taksi, ia berencana pulang ke rumah miliknya sendiri. Tak jauh dari rumah mereka saat ini, mungkin hanya 10 menit perjalanan dengan mobil. Ia ingin sendiri, ia ingin merenung. Ia selalu berfikir bahwa salahnya jika Eren dulu memilihnya. Seharusnya ia tau itu. Ia kembali menangis dalam diam, hingga ponsel nya berbunyi, menampilkan sebuah nama yang ingin ia hindari, Eren Hubby,

"..."

"Aku sedang dalam perjalanan menuju rumah lamaku, maaf, aku tak tahu jika kau telah pulang. Ya, aku baik..."

"..."

"Jika aku tau, aku akan berpamitan padamu. Kumohon jangan menyusulku, aku sedang ingin sendiri. Maaf."

"..."

"Love you too, Eren"

Tut tut tut.

.
.

Levi PoV

Dengan segera, kuputuskan sambungan teleponku dengan Eren. Entah mengapa, mendengar suaranya saja membuatku dilema. Aku rindu kekhawatirannya padaku, namun aku juga tak ingin dia menyakiti hatiku lebih dari ini. Mungkin memang sebaiknya aku yang menjauh... Ya, ini pilihanku.

EreRi Oneshots (Indonesian)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt