2. Simba

576 96 7
                                    

Mendacium

Chapter 2

Brak

Krist menggebrak meja yang tengah di duduki temannya Gunsmile. Gunsmile tersentak kaget

"Shiaa, apa yang kau lakukan? Bikin kaget saja" ujarnya seraya mengelus dada.

"Apa yang telah kau lakukan pada ponselku semalam?" tanya Krist dengan mata yang menatap lurus Gunsmile, kini ia sedang tidak bercanda namun Gunsmile membalasnya dengan cengiran. Sungguh Krist ingin sekali membuang temannya itu ke laut sekarang juga!

"Aku serius! Tadi pagi tiba-tiba banyak lelaki gay yang menghubungiku lewat Grindr, siapa yang mendonwloadnya?" tanya Krist.

"Wow wow slowdown baby, coba duduk dulu, biar ku jelaskan semuanya" Gunsmile mencoba menenangkan Krist. Menghela napas sejenak, Krist lalu terduduk disamping Gunsmile.

"Jadi tadi malam iseng ku download aplikasi itu yang baru saja aku ketahui dari seseorang di klub itu" Krist baru saja akan membuka mulutnya meneriakan sumpah serapah sebagai bentuk protesnya. Namun Gunsmile menutup mulutnya dengan gerakan secepat kilat, sehingga Krist tak sempat melayangkan protesnya.

"Tunggu, biarkan ku selesaikan dulu penjelasanku" ujarnya.

"Aku hanya penasaran saja, dan setelah membuat akun atas namamu aku iseng melihat-lihat akun lain yang aku tak tahu kalau aku menggeser fotonya tandanya aku mengklik 'match' pada orang-orang yang fotonya ku geser" jelasnya.

"Kemudian ada yang tiba-tiba match akunmu, dan langsung mengirim pesan. Akupun kaget karena memang aku tak bermaksud untuk mengundang pembicaraan. Panik ku berikan langsung ponselmu pada P'Off, dan untuk selanjutnya P'Off yang memegang ponselmu. Sampai pulang dan kami mengantarkanmu ke condomu karena kau mabuk berat" ujarnya.

"Jadi yang melayani pesan dan memberikan nomor ponselku pada si Simba itu P'Off?" tanya Krist.

"Hah? Siapa? Simba?" Gunsmile mengerutkan keningnya bingung.

"Iya, ada lelaki bernama Simba yang tiba-tiba mengirimku pesan lewat WA pagi ini. Dan waktu kulihat ternyata semalam aku bertukar pesan dengannya, maksudku seseorang bertukar pesan dengannya menggunakan WA ku" terdengar nada geram di sana.

"Wah, jadi ternyata ada satu yang nyangkut? Tck kau baru saja putus cinta sekarang sudah menemukan yang baru"

PLAK

Sebuah pukulan tepat mengenai kepala Gunsmile selesai ia mengatakan kalimat tersebut. Krist memukulnya.

"Jangan bicara sembarangan bodoh, dia lelaki, berbatang! Mana bisa kujadikan pacar!" walaupun sudah terkena pukulan dari Krist, Gunsmile tidak bisa menahan tawanya saat mendengar jawaban dari Krist.

"Yah, takdir tidak ada yang tahu. Jalani saja dulu, gender bukan masalah broh, karena cinta itu murni" Gunsmile berbicara dengan nada sok di serius-seriuskan. Baru saja Krist mau memukulnya kembali getaran ponselnya terasa di saku celananya. Krist segera merogoh sakunya dan mengambil ponselnya.

From : Simba

Apa kau sudah di kampus?

Gunsmile yang penasaran langsung menoleh ke arah ponsel Krist dan ikut membaca pesannya.

"Jadi itu si Simba?" tanya Gunsmile yang dijawab oleh tatapan tajam mata Krist.

"Jangan menatapku begitu, kau tak terlihat galak sama sekali walaupun kau melotot seperti ingin mengeluarkan matamu sendiri" Krist sudah tak tahan dengan ucapan temannya itu. Ia segera beranjak dari tempat duduknya, memilih kursi lain untuk duduk, tempat duduk yang sejauh mungkin dari tempat duduknya Gunsmile. Pesan dari lelaki bernama Simba tidak ia balas. Ia bingung haruskah ia menjelaskan terlebih dahulu kepada lelaki itu bahwa bukan dia yang pertama kali mengirim pesan, dan memintanya untuk tidak mengganggu, ataukah langsung block saja nomor WAnya. Namun Krist berpikir, wajahnya, namanya, nama kampusnya sudah ia (atau lebih tepatnya P'Off) beritahu pada si Simba. Jadi jika ia memblock langsung tanpa penjelasan apapun, ia takut ia akan dicari oleh lelaki itu ke kampusnya. Bukannya apa-apa, Krist memang tak pernah berhubungan atau berkomunikasi dengan seorang lelaki kecuali teman-temannya. Apalagi berkenalan di sebuah aplikasi yang tidak jelas juntrungannya. Ia hanya takut kalau ternyata Simba orang yang tidak baik. Krist tidak ingin mengambil resiko. Kembali ia menghela napas yang entah ke berapa kalinya hari ini saat masih jam 10 pagi.

MendaciumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang