004

506 66 5
                                    

Chanyeol.

Sebenarnya walau Sehun baru berumur empat tahun dan belum lancar mengucapkan huruf R, kurasa dia anak yang pintar. Sehun cepat dalam mempelajari sesuatu, seperti membaca, berhitung dan menulis, juga sangat penuh dengan keingintahuan.

Jika ada sesuatu yang mengganggu di benaknya, Sehun akan bertanya.

"Hyung, kenapa tidak ada gajah di sini?"

Aku melirik ke arah buku bacaannya, sebuah buku tentang hewan-hewan yang ada di bumi. Tidak ingat kapan membeli buku itu untuk Sehun. Aku tersenyum samar, sedikit meringis jika memikirkan, bahwa gajah terakhir yang ada di bumi sudah punah sebelum aku lahir.

"Karena gajah perlu tempat yang luas, Sehun," ujarku ikut tiduran di sebelah anak itu.

"Apa tidak muat di lumah kita?" tanyanya dengan tatapan polos.

Otomatis aku langsung tertawa. Pemikiran polosnya selalu berhasil membuatku tersenyum. Hanya dengan hal-hal kecil seperti ini, Sehun dapat membuatku senang.

"Tidak, ukuran gajah sangaaat besar," jelasku sambil membentuk lingkaran besar dengan tangan.

"Sebesal lumah kita?" tanya Sehun takjub.

Aku mengangguk antusias. Setelah itu, Sehun kembali menanyakan tentang binatang lain yang keberadaannya sudah tidak ada di bumi. Begitulah kami menghabiskan waktu tiap malam sampai anak itu tertidur pulas.

Jika aku tidak bisa tidur dan merindukan Kyungsoo, pikiranku akan melayang ke arah benda angkasa yang berada di langit malam, Ouranios. Aku tidak tahu mana yang lebih kejam, tinggal di bumi dengan keterbatasan sumber daya dan pengobatan atau berpisah dengan satu-satunya orang yang dicintai.

Walaupun kami tidak bisa bertemu secara langsung, tapi akhirnya kami menemukan cara lain. Kurasa sejak masuk pabrik pembuat robot itu, komunikasi jadi lebih mudah.

Kuharap Kyungsoo baik-baik saja di sana.

"Itu hadiah ulang tahun darinya?" tanya Luhan yang baru memasuki dapur. Matanya sekilas melihat ke arah kotak yang kupegang. Aku mengangguk pelan sambil tersenyum.

Kotak itu dibungkus rapi dengan kertas kado bermotif simpel. Tipikal Kyungsoo.

Di dalam kotak itu terdapat sarung tangan untuk kupakai kerja dan sebuah kartu berisi ucapan dan pesan agar aku selalu sehat, juga salam untuk Sehun. Kurasa senyumku semakin lebar karena Luhan mulai memandang aneh ke arahku.

"Tidak buruk juga bekerja di pabrik itu, dibanding harus berkeliaran dan mencuri mobil," komentar Luhan kembali fokus untuk mencuci piring.

Setiap akhir minggu, aku dan Sehun biasanya menghabiskan waktu di tempat Luhan untuk makan malam. Hanya di hari-hari seperti ini Luhan memiliki waktu untuk memasak, sisanya aku akan membeli makanan di luar, sedangkan makanan Sehun sudah terjamin ketika kutitipkan dia pada Luhan.

"Namanya juga hidup...."

Sebenarnya jauh sebelum aku bekerja di pabrik, jauh sebelum aku menemukan Sehun. Kegiatanku tidak jauh dari bentuk kriminal, seperti mencuri mobil atau menjual beberapa bagian robot yang masih layak, hanya untuk mendapatkan penghasilan. Dengan cara itu pula aku bertemu dengan Kris. Mungkin, jika tanpa bantuannya aku sudah di penjara sekarang ... daaaaan sekali lagi, hal itu pula yang tidak disukai Luhan. Dia tidak suka jika aku membahayakan diri dengan orang-orang dari kalangan underground.

"Aku heran kenapa kau senang sekali menantang bahaya," kata Luhan seraya mengembalikan piring-piring yang dicucinya ke tempat semula.

"That's life!" sahutku sambil merentangkan tangan.

OURANIOSDonde viven las historias. Descúbrelo ahora