Bagian dari Bahagia

6 0 0
                                    

When I look into your eyes
It's like watching the night skies
Or a beautiful sunrise
There's so much they hold

Shanom pernah berpikir bagaimana ia bisa menjadi bagian dari pria yang sedang duduk manis dihadapannya. Mata legam itu mengunci tubuhnya seolah ia tidak akan membiarkan Shanom sendiri lagi. Seharusnya gadis itu merasa senang mengetahui makna dari tatapan itu namun ada rasa takut yang menggerogoti dirinya.

"Jangan menatapku seperti itu, Tuan Lee," ucap Shanom malu. Wajahnya sudah memanas.

Dibalik rasa takutnya, ia berusaha untuk tetap tenang. Berusaha menyembunyikan jantungnya yang berdegup dua kali lebih kencang dari biasanya.

Pria yang ia panggil Tuan Lee hanya berdesis. "Cih. Berhenti memanggilku Tuan Lee, Shanom."

Shanom tertawa. Ia sungguh senang menggoda pria itu.


And just like them old stars
I see that you've come so far
To be right where you are
How old is your soul?

Lalu keduanya kembali terdiam. Tersisa tawa Shanom yang masih terdengar samar. Gadis bersurai biru itu selalu penasaran dengan prianya tersebut. Ada saja pertanyaan yang muncul memenuhi pikirannya. Entah pertanyaan kecil seperti, "Apa dia cukup bahagia hari ini?", "Seberapa banyak jarak yang ia tempuh untuk menyampaikan rindunya padaku?", "Atau sudah setua apa dia sampai aku masih saja memanggilnya Tuan Lee?". Semua pertanyaan itu hanya melintas tanpa mau ia pertanyakan. Karena tanpa bertanyapun, ia sudah tahu jawabannya.

Dia cukup bahagia jika dia bisa melihat Shanom hari ini. Menikmati hari-hari bersama Shanom. Berjalan tanpa beban bersama gadis asal Eropa sana. Mungkin jawaban yang pantas ia dengar jika dipertanyakan, "Apa dia cukup bahagia hari ini?"

Tak terhitung jarak yang akan dilaluinya, asal tempat tujuan itu adalah Shanom, maka tak akan jadi masalah. Atau ia memang tidak pernah berusaha untuk menghitung jarak tersebut karena ia tidak menganggap itu jauh, dibalik adanya pertanyaan "Seberapa banyak jarak yang ia tempuh untuk menyampaikan rindunya padaku?"

Panggillah sesukamu. Umur tidak menjadi alasan untuk tetap mencintaimu, dibalik pertanyaan "Sudah setua apa dia sampai aku masih saja memanggilnya Tuan Lee?"

Yah, karena Shanom sendiri pun akan menjawab hal yang sama jika suatu hari nanti diajukan pertanyaan seperti itu.


I won't give up on us, even if the skies get rough
I'm giving you all my love, I'm still looking up

"Apa yang sedang kamu pikirkan, Shanom?" tanyanya setelah banyak waktu yang terbuang sia-sia. Hanya diam dan saling tatap seolah melalui tatapan tersebut, ia menyampaikan pesannya. Namun kemudian Shanom tersenyum.

"Sebesar apa rasa yang kamu miliki untukku, Tuan Lee?" balas Shanom dengan pertanyaan pula. Tapi belum sempat menjawab, ia sudah lebih dulu meralat ucapannya. "Sebesar apa usahamu untuk tetap membuatku bertahan, Tuan Lee? Dengan segala kurang dan lebihku?" tanyanya kali ini lebih mantap. Sebenarnya ini juga tidak harus dipertanyakan. Kenapa harus? Dia sudah melihat segalanya.

Pria itu awalnya enggan untuk menanggapi pertanyaan Shanom. Jelas tersirat rasa marah ketika pertanyaan itu terlontar begitu saja. Seharusnya tidak begitu, kan? Apa yang mau diragukan oleh gadisnya setelah melihat perjuangan pria itu? "Sekalipun bumi akan kiamat...," Pria itu diam sejenak. Kemudian dia menggeleng. Sepertinya tadi dia ingin menjawab dengan kata-kata romantis. Dan itu bukan dirinya. "Aku tidak akan berusaha untuk membuatmu bertahan, tapi aku akan berusaha untuk membuat diriku yang bertahan. Karena tidak peduli kamu akan bertahan atau tidak, aku hanya akan memikirkan tentang perasaanku padamu. Bagaimana aku memulainya dan bagaimana hubungan ini akan berakhir?"


And when you're needing your space, to do some navigating
I'll be here patiently waiting, to see what you find

Pernah suatu hari Shanom memilih untuk menghilang. Iya. gadis aneh itu benar-benar menghilang dari kehidupannya. Tidak ingin dihubungi. Tidak ada ucapan perpisahaan hari itu. Hanya dia yang melakukan perjalanan jauh dengan dirinya sendiri.

Waktu itu Shanom tidak dalam keadaan baik. Hatinya sakit dan kecewa karena sikap seseorang yang sepertinya sukses melukainya. Ia menikmati masa-masa sendirinya. Ia menikmati hari-hari sepinya. Dia pikir setelah nanti kembali dia tidak akan berjumpa lagi dengan pria itu, tapi semua salah.

Sehari setelah dirinya kembali –segala akses ke dirinya juga sudah pulih, Shanom mendapati pria itu berdiri di pintu apartemennya dengan senyum yang terlihat tidak baik-baik saja. Ia hanya menanyakan kabar seolah yang terjadi sebelumnya bukanlah apa-apa. Lalu, suatu hari kemudian ia bertanya, "Kenapa hari itu kamu muncul dan hanya bertanya kabarku saja? Seharusnya kamu bisa saja marah atau meminta putus denganku."

Dan kalian tahu apa yang ia jawab?

"Karena aku tak butuh hal lain. Aku hanya perlu tahu kabar kamu setelah kamu pergi berbulan-bulan. Aku hanya perlu tahu kabar kamu setelah kamu pergi tanpa memberitahuku terlebih dahulu. Aku hanya perlu tahu setelah kamu pergi, apa yang kamu dapatkan dari kepergianmu itu?"


'Cause even the stars they burn
Some even fall to the earth
We've got a lot to learn
God knows we're worth it
No, I won't give up

Shanom diam. Tidak berusaha untuk menggalinya lebih dalam. Ia hanya ingin mendengarnya lebih. Apa yang membuat dia tetap bertahan dan tidak mencoba meninggalkan gadis bodoh ini?

Pria itu tersenyum. "Lalu setelahnya, aku dapat jawaban. Bahwa kamu baik-baik saja. Selama berbulan-bulan kamu pergi dan kamu tetap terlihat baik-baik saja. Dan kamu tidak mendapatkan apapun dari waktu itu. Karena akhirnya kamu kembali pulang. Pulang ke rumah yang kosong dan butuh dihuni ini."

Dan dia benar. Bahwa sejauh apapun Shanom pergi, ia hanya akan kembali pada rumahnya.


I don't wanna be someone who walks away so easily
I'm here to stay and make the difference that I can make

Karena dia tidak akan menjadi pecundang yang jika ditinggal akan mencari rumah barunya dan membiarkan Shanom mendapati bahwa semua pria itu sama. Hanya datang dan kemudian pergi. Tidak bertahan dan lebih memilih untuk mengangkat kakinya dari rumah tersebut.


Our differences they do a lot to teach us how to use
The tools and gifts we got yeah, we got a lot at stake

Karena dia tidak peduli seberapa banyak hari yang Shanom ambil untuk meninggalkan pria itu sendiri dan membiarkannya merasa kesepian. Pada akhirnya, Shanom akan memilihnya dan tetap mempertaruhkan dirinya.


And in the end, you're still my friend at least we did intend
For us to work we didn't break, we didn't burn

Karena jikalau memang saat itu dia tidak muncul sebagai orang yang mencintai Shanom, tapi ia akan muncul sebagai teman yang menghargai Shanom. Tak akan ada yang berubah. Hanya mungkin status itu tidak akan sama lagi.


We had to learn how to bend without the world caving in
I had to learn what I've got, and what I'm not and who I am

Karena setelahnya Shanom mulai belajar tentang apa yang dia pilih, siapa dirinya sebenanrya dan apa yang tidak ia miliki selama ini. Karena seharusnya memang begitu, kan? Manusia terus belajar dan akan terus belajar.


I won't give up on us, even if the skies get rough
I'm giving you all my love
I'm still looking up, still looking up

"Tak perlu berpikir cukup keras, Shanom." Pria itu membuyarkan lamunannya. "Kamu hanya perlu percaya satu hal. Bahwa aku tidak akan meninggalkanmu sekalipun aku ingin. Karena sesungguhnya aku tak bisa. Aku tak bisa untuk membiarkanmu terus melangkah tanpa diriku."

Tuan Lee tidak akan menyerah pada Shanom.


FIN.

Akademi Sastra Fanfiction RoomsOù les histoires vivent. Découvrez maintenant