Part 2: The First Day of Ramadhan

16.3K 443 25
                                    

Jihad menghembuskan nafas lega setidaknya Shabrina bisa berdamai dengan Zhara, semoga untuk saat ini, esok, dan seterusnya.

Mungkin banyak yang bertanya- tanya mengapa Jihad bisa semudah itu jatuh cinta lagi pada Zhara, yang bahkan mungkin hanya karena melihat tampilan fisiknya.

Bukan, bukan tampilan fisik, Zhara juga Inner Beauty.

Lalu kenapa jika inner beauty? Bukankah Shabrina juga cantik? Bukankan Shabrina juga sholehah? Lalu kenapa harus menikah lagi?

Mungkin seperti itu deretan pertanyaan yang ada dibenak wanita- wanita yang ingin menjadikan dirinya satu- satunya pendamping suaminya.

Ada kalanya dimana Alloh mentakdirkan seorang laki- laki mempunyai jodoh lebih dari satu, jadi tak perlu heran jika kita melihat laki- laki yang poligami, salah satunya memang karena sudah takdir.

Lalu bagaimana dengan perasaan istri pertama? Bukankah sakit? Bukankah perih?

Ya, tentu saja sakit dan tentu saja perih, tapi jika mencintai manusia karena Alloh, sesakit apapun dan seperih apapun, Alloh lah yang akan mendamaikan hatinya.

***
Hari ini, adalah hari pertama bulan Ramadhan, Jihad yang sudah keluar kantor sejak pukul 17.00 itu, kini tiba didepan rumah, kedua istri jelitanya menyambutnya dengan senyuman manis. Hati siapa yang tak akan senang disambut oleh 2 bidadari surganya?

Jihad pun mengembangkan senyum bahagia, kedua istrinya mengecup punggung tangan Jihad, Shabrina seperti biasa, membawa atribut kantor seperti tas kerja dan jas ke kamar, sedangkan Zhara menggiring punggung Jihad agar duduk sofa.

Zhara pun memijit pundak suaminya yang letih seharian bekerja itu, suami mana yang tak bahagia? Sedangkan wajah bercahaya Shabrina tampak sumringah membawakan segelas teh, Jihadpun langsung menyeruput teh manis buatan istrinya itu.

“Bidadari- bidadari abi yang cantik, ba’da isya kan ada tarawih, semuanya udah siap buat pergi ke mesjid?” tanya Jihad pada istri- istrinya.

“Tadi Ummi udah nyiapin sarung, baju koko, sajadah, dan peci abi, tinggal abi bawa,” jelas Shabrina dengan senyumnya.

“Mas, aku gak kebagian apa- apa masa, semuanya udah diurus Kak. Shab, jadi tadi aku cuma cuci piring deh,” Ucap Zhara berlagak manja dan memanyunkan bibirnya, namun tetap tak bisa menyembunyikan senyumnya.

“Duh, istri mas yang cantik, ga usah ngambek gitu dong,” Jihad pun menjawil dagu Zhara hingga pipi Zhara merah merona, tersipu malu.

Kini giliran Shabrina yang manyun, “masa cuma Zhara yang di toel pipinya,” Shabrina menunduk berlagak ngambek, tak ada senyum- senyumnya.

“Duh, istri abi pake acara ngambek, jadi mau ditoel juga, hm?” Jihad pun mencolek pinggang Shabrina hingga terkekeh geli.

Sepertinya suasana sakinah sudah melingkupi rumah yang di imami Jihad, hingga tak ada lagi kekhawatiran dan kecemburuan. Namun entahlah, masalah hati, hanya Alloh dan pribadi masing- masing yang tahu.

Be My Wife Again [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now