"Lu wel. Nyebelin banget sih. Kan lu dah janji mau jagain gue. Awas lu bang, gue aduin sama bang Igo. Biar lu KO kena sekali tonjok." Gayaku bak anak mau aduin ke kakaknya sambil nunjuk ke arah bang Aries.

"Nggak bakalan. Gue sama bang Igo ribut gara-gara lu ngadu. Kalau lu masih kayak preman pasar. Kita nggak bakalan mempan sama hasutan lu!" Bener-bener di bikin emosi deh sama nih bawel. Kenapa sih dua abangku kekeh banget pengin liat aku pakai hijab.

"Nyebelin!" Teriakku frustasi.

"Bodo amat!" Ujar  bang Aries, lanjut menyetel tape, tapi yang terdengar lantunan ayat suci Al Quran.

Nih orang kesambet setan apa coba. Tumben-tumbennya ada murotal di mobilnya. Biasanya juga lagu dangdut. Kayaknya virus bang Igo udah sampai sama nih orang. Tapi, ini adem banget. Nyaman banget rasanya. Terus aku kenapa ini, kok aku malah jadi merinding sekarang. Kenapa aku jadi ngrasa aneh gini. Kenapa aku tiba-tiba ngerasa takut.

Ku lirik bang Aries, yang kini samar-samar mengikuti lantunan ayat suci Al Quran yang terdengar dari tape mobil. Tanpa menolehku, bibirnya mulai mengucapkan sesuatu.

"Surat An Nur ayat 31."

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ ۚ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya : "Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung."

Aku hanya diam. Tujuannya satu bang Aries mendengarkannya. Apalagi kalau bukan menyuruh aku memakai hijab.

"Iya bang gue tahu." Jawabku ketus, membuang muka ke jendela.

"Alasan kamu masih sama?" Kini suara bang Aries lebih lembut. Mungkin tahu, aku nggak bisa di kerasin ataupun diajak berdebat lagi.

Capek. Kalau yang di bahasnya lagi-lagi soal hijab. Kenapa sih mereka sibuk nyuruh aku pakai hijab. Toh yang wajib ngingetin aku pakai hijab aja, diem bae. Nggak ada tanggung jawabnya sama sekali. Dia malah sibuk ngurusin keluarga barunya. Biar aja kalau aku masuk neraka, aku seret juga dia ke neraka.

Asheeqa (SUDAH TERBIT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora