2. Cerita Ravid

6 1 1
                                    


Syareef tertawa mendengar cerita Ravid kemarin ia lalu mengajak sahabatnya itu untuk duduk sebentar di pinggir lapangan. "Lo bener-bener ngelakuin apa yang gue bilang? Gue baru kali ini salut sama lo, Bos."

"Dia malah maki-maki gue kemarin, tapi lucu juga muka dia pas maki-maki gue."

"Bau-baunya bakal ada yang cepet move on dari si mantan," canda Syareef. "Soal Nadine gimana?"

"Gitu," Ravid mengendikkan bahunya tak acuh. "Dia mutusin gue, tapi dia kayak nyesel sendiri gitu sama keputusan dia dan lo tau alasan dia ngelakuin itu karena lagi mabuk. Iya mabuk es krim."

Syareef terkekeh kecil mendengar nada sinis yang Ravid lontarkan pada kalimat terakhirnya. Perihal Nadine yang lebih awal bermain di belakangnya juga sudah Ravid ceritakan pada Syareef dan reaksi lelaki itu malah menertawainya sembari mengatakan satu kata yang di ulang-ulang yaitu 'mampus'.

"Gue harap kalo emang bener itu cewek jodoh lo semoga hidup kalian bahagia."

"Tapi, kayaknya dia marah sama gue karena gue cium dia dua kali lagi," gumam Ravid membuat Syareef menoleh kaget, ia kira Ravid hanya mencium gadis itu sekali saja.

Syareef menggeleng pelan. "Kalo satu kali lo bisa minta maaf dan bilang khilaf. Lah, kalo dua kali bukan khilaf lagi, tapi kecanduan. Emang ya cowok dikasih ikan asin mana pernah bisa nolak."

"Iya gue jadi kecanduan," celetuk Ravid sambil tertawa ia lalu bangkit dari duduknya. "Cepet dua puteran lagi abis itu gue mau pulang. Nyokap nyuruh gue ngelakuin pendekatan sama dia."

***

"Ini beneran aku mau dinikahin sama dia?"

Suara Kayra langsung memecah keheningan rumahnya ia lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa dan memindah-mindahkan saluran televisi. Sepanjang jalan pulang kemarin ia terus mengomel walau hanya dianggap angin saja oleh kedua orang tuanya.

"Iya, terus kamu mau nikah sama siapa? Dia cocok banget sama kamu. Lagian umur kamu juga udah cukup buat nikah," jawab Dita yang duduk di sampingnya.

Kayra menoleh sebal. "Kuliah aku belum selesai masa udah mau nikah aja. Sayang kalo putus di tengah jalan."

"Emang siapa yang suruh kamu berhenti kuliah, sayang? Ah, jangan-jangan kamu lanjut S2 itu biar nggak dipaksa nikah lagi?" tuduh Mamanya membuat Kayra yang hendak menjawab kembali bungkam.

"Udah saatnya kamu ngejar kebahagiaan kamu lagi, sayang," celetuk Papanya menepuk bahu Kayra.

Kayra berjengit sebal jadi maksudnya selama ini ia tidak bahagia begitu?

"Ini maksudnya apa? Aku bahagia selama ini, Papa pikir aku masih galau gara-gara kejadian itu? Papa sama Mama 'kan tau sendiri kalo aku udah punya pacar terus kalo aku nikah sama dia, pacar aku gimana?"

Dita menyesap tehnya dan menatap Kayra. "Ini amanah kakek kamu, Kayra. Lagian Mama nggak suka kamu berhubungan sama pacar kamu itu apalagi kalo sampe nikah nanti kamu mau dikasih makan apa? Kerja dia aja nggak jelas kamu mau hidup terlantar? Penghasilan dari seorang barista itu berapa sih kadang buat hidup dia sendiri aja susah."

Kayra mendengus tak suka mendengar perkataan Mamanya yang terdengar sangat materialistis. Tidak biasanya Mamanya begini mentang-mentang lelaki yang akan dijodohkan dengannya hampir mendekati kata sempurna.

"Rezeki orang 'kan beda-beda, Ma. Siapa tau dari seorang barista nanti dia bisa punya banyak kedai kopi."

"Kita itu harus realistis jangan mikir gimana nanti, tapi sekarang liat dia aja belum mapan. Contohnya itu kayak Randi terus Ravid juga yang termasuk udah mapan dalam segala hal. Udah, kamu jangan nolak biar kamu cepet nikah dan nggak galau lagi," balas Dita membuat wajah Kayra kian kecut sementara Khalil hanya bisa menatap kakaknya tanpa bisa membantu apapun.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 20, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Between Me and YouWhere stories live. Discover now