Chapter 3 : Si Rambut Silver

Start from the beginning
                                    

Zeon tersenyum. "Biar adil, aku juga."

"Eh?"

Mata Zeon menatap Feyna sepenuhnya dari samping. Menelusuri area wajah dari samping-begitu cantik ketika angin menerpa wajahnya.

"Aku juga punya masa lalu kubenci. Kita sama," ungkap Zeon tanpa beban.

"Jangan terlalu berharap apapun," ketus Feyna sembari berdiri dari duduknya. Ia sedikit kesal, ia tak mau disamakan apalagi dengan Zeon. Feyna tahu, kalau Zeon seperti cermin baginya—itu yang ia tangkap beberapa saat yang lalu. Namun bukan berarti ia akan luluh dan menyerahkan segalanya pada lelaki ini-termasuk memberi tahu masa lalunya. Tidak akan!

"Berdirilah, Tuan Avram. Jangan menyia-nyiakan waktu membolosku dengan bersantai-santai begini," sindir Feyna yang mendapatkan decakan kesal dari Zeon.

Sebenarnya tadi ... siapa yang bersantai-santai sih? Zeon jadi merasa semakin kesal.

Gadis itu merenggangkan otot-ototnya ke kiri dan ke kanan. Melihat itu, senyuman Zeon timbul. Benar-benar gadis yang unik.

"Kalau begitu, pinjam tanganmu."

"Eh?"

Tangan Feyna digenggam erat olehnya. Bibir Feyna terbuka akibat terkejut dengan sikap Zeon yang tiba-tiba. Dalam hatinya, ia merasa waspada karena kejadian Raven yang masih melekat di otaknya.

Zeon tidak sedang modus seperti Raven, 'kan?

Kata-kata aneh berbahasa latin keluar dari bibir Zeon. Feyna sama sekali tak mengerti—sampai sebuah cahaya berwarna biru terang keluar dari tubuh lelaki itu. Hampir saja ia berteriak kalau tidak melihat tubuhnya sendiri—bersinar cahaya merah terang.

"Sudah kubilang, kekuatanmu itu flame," tutur lelaki itu dengan seringaian sombong.

Sebelum Feyna sempat menanggapi ucapannya, ia melotot panik karena melihat rambut cantiknya terbakar oleh api. Menyala-nyala, terbang di udara, cantik sekali.

"Zeon! Apa ini?!" pekik Feyna ketika beberapa helai rambut api miliknya membelai pipinya sendiri. Aneh, ketika ia merasakan tubuhnya tidak merasa panas sedikitpun.

Ternyata bukan hanya dirinya, rambut Zeon juga. Tetapi yang membuat aneh adalah ketika api biru milik Zeon sedikit beraura hijau. Feyna ingin sekali bertanya, sayangnya ada yang lebih penting daripada itu untuk ditanyakan.

"Kenapa tubuhku bisa seperti ini?" tanya Feyna masih dengan bibir bergetar tak percaya. Walaupun Zeon baru saja melepas tautan tangannya, rambut apinya masih melayang-layang di udara walau api miliknya tak lagi kental.

"Itu tadi cara untuk melihat elemen seseorang dengan bantuan orang yang memiliki elemen yang sama," jawab Zeon sambil tersenyum manis dengan mata yang menyipit.

"Jadi, masih gak percaya kalau kamu punya kekuatan flame?" Kali ini bukan senyum manis yang ia tampakkan, melainkan senyum meremehkan.

Feyna menggeleng, ia percaya. Seumur hidupnya, dia tidak pernah merasakan rambut cokelatnya menjadi merah dan terbakar menyala. Benar-benar sesuatu yang tidak bisa ia nalar sebagai seorang 'mantan' putri.

"Aku percaya," ucap Feyna dengan tulus. Di saat seperti ini, Zeon mati-matian menahan untuk tidak mengacak-acak rambut gadis yang baru ia kenal ini.

"Yasudah, sekarang masih mau latihan?" Ucapan Zeon membuat Feyna mengangguk semangat.

"Jelaslah! Aku juga gak mau kali harus di karantina selama beberapa hari," jawab Feyna sekenanya.

"Karantina?" Zeon berdecak. "Cuma dibawa ke suatu tempat di sebelah barat El Academy untuk dilatih sampai kekuatanmu muncul."

El Academy [Proses Revisi]Where stories live. Discover now