Bagian 2

175 119 45
                                    

Sepulangnya dari seminar itu, tangan dan mata Ayme dengan cekatan mencari nomor WA di grup seminar dannnn ketemu.

" pasti ini"

Ayme memulai aksinya. Ia pun memberanikan diri untuk memberikan chat kepada Rey.

Assalamualaikum....maaf saya mengganggu waktunya ini saya Ayme Sabira, peserta seminar anda....bla.....bla.... rentetan kalimat formal diketik nya.

Dan ajaib dalam hitungan detik ia membalas dengan ramah. Lagi-lagi itu menambah list kekaguman di hati Ayme. Tetapi kekaguman Ayme disitu masih murni belum tercemari, maksudnya masih biasa-biasa saja belum ada perasaan apa-apa. Hehe.

Berangkat dari chat via WA menghasilkan, kesepakatan Rey siap membantu Ayme. Jangan tanya bagaimana ekspresi Ayme menerima jawaban itu, ia melompat-lompat kegirangan seperti genderang mau perang ehh maaf ni cerita bukan lagunya dewa hehe, lanjut. Tentunya kegirangan karena bukunya ada yang mau membantu menerbitkan.

~o0o~

Beberapa hari kemudian Rey memfollow up tentang kesepakatannya dengan Ayme.

"Saya belum sempat ketemu dan diskusi, ada hal lain yang harus saya urusi, coba tolong kirim tulisan bukumu, saya ingin tahu"

Seingatku, kurang lebih isi chat Rey. Tanpa pembukaan salam apalagi sapaan langsung to the point.

" Baik akan saya kirim"

Jawab Ayme formal dan seadanya. Di awal hubungan ruwet ini mereka tidak suka basa-basi. Ya aku tahu, atas nama profesionalisme dan belum akrab saja keduanya seperti itu. Saat Ayme akan mengirim semua tulisannya kepada Rey, ia berpikir ulang, apakah benar novelis muda itu bisa dipercaya Ayme berburuk sangka karena merasa baru mengenalnya tepatnya satu pekan yang lalu.

" Bagaimana jika ia menerbitkan atas namanya, bukan atas namaku"

" Semua orang pasti percaya dengannya bukan denganku, lagi pula dia sudah ada bukti nyata karya tulisnya, sedangkan aku belum ada apa-apa"

" Tidak-tidak kurasa, aku kirim saja salah satu temanya saja"

Satu persatu prasangka bermunculan dikepalanya. Haha Ayme kau lucu, biar kuberi tahu Rey tak sejahat seperti yang ada diotak polosmu itu. Akhirnya Ayme mengirimkn salah satu tema dari isi bukunya, ia beralasan tulisannya belum menjadi satu masih terpencar di sana-sini. Beberapa menit tidak ada balasan apa-apa dari Rey, sepertinya saat itu Rey sedang membaca tulisan Ayme. Setelah itu barulah ia membalas ...

" Bagus, mau diberi judul apa, buku ini?" Tanya Rey.

" Entahlah, semua tema-tema dari tulisan ini, intinya bermuara pada kesuksesan, saya bingung dengan judul yang pas"

Ayme jujur dengan kemampuannya, semua tulisan sebanyak seratus lembar hanyalah kumpulan ide-ide yang bermunculan di otaknya setelah ia membaca setiap buku yang ia pinjam atau yang ia beli. Kurang lebih sembilan bulan Ayme tidak sadar sudah sebanyak itulah tulisannya, jika dilihat-dilihat lagi memang semua yang ia tulis berkaitan satu dengan yang lain yang menyimpul pada satu makna yang disebut dengan kesuksesan. Tapi aneh yang menulis saja belum sukses tapi sudah pandai mengupas tentang sukses. Baiklah Ayme semoga kau sukses. Hehe.

# READERS NANTI DILANJUT SAYA MEGINGAT DULU RUNUTAN PERISTIWANYA/ INI NYATA KISAHNYA

# TAPI JANGAN BERPIKIR INI TENTANG SAYA INI HANYA CERITA DARI TOKOH ASLI DIMANA SAYALAH PENYAMPAINYA

# HEHE DITUNGGU voment nya :D

Takdir Tak Memilihku [ END]Where stories live. Discover now