The General's Wife Part 1 : After Earth

Start from the beginning
                                    

Tubuh manusia sungguh aneh, ketika kau tidak menyadari bahwa kau terluka, kau tidak merasa sakit. Tetapi begitu kau menyadari bahwa luka itu ada, sakitnya langsung menelusup, bercokol di sana dan tak mau pergi.

Asia mengerutkan keningnya dan berusaha meredakan rasa nyeri di kepalanya, dia mencoba mencuri dengar percakapan lelaki asing itu dengan sang dokter, tetapi mereka berdua berbicara dengan suara rendah yang bahkan tak mampu sampai ke ujung pendengaran Asia.

Beberapa saat kemudian, dokter itu membungkuk hormat kepada si lelaki asing, lalu mengangguk sedikit kepada Asia, dan melangkah pergi meninggalkan ruangan itu.

Meninggalkan Asia kembali, hanya berdua dengan lelaki asing bernama Akira itu... Lelaki yang mengaku sebagai suaminya.... lelaki yang sekarang menatapnya dengan matanya yang tajam dan kemudian melangkah mendekatinya.

Reflek Asia beringsut dan menarik selimutnya sampai ke leher. Lelaki ini membuatnya takut, seolah dia mangsa buruan yang tak punya pertahanan diri.

Apakah mungkin lelaki ini suaminya? Kalau benar kenapa Asia merasa takut? Dan dia tidak mau disentuh lagi oleh lelaki itu, karena sentuhannya menimbulkan rasa aneh seperti tersengat listrik, rasa aneh yang asing dan tak mau dirasakannya lagi.

Akira telah berdiri di samping ranjang, menatap mata Asia seolah mencari sesuatu di kedalaman hatinya, dan kemudian kalimat itu terlontar, tanpa emosi.

"Kau mengalami amnesia."

Asia mengerutkan kening, "Maksud anda apa? Saya ingat sekali siapa saya, dan semua masa lalu saya, saya bisa mengingatnya dengan jelas...... bahkan panti asuhan tempat saya tinggal masih terpatri jelas di sini." Asia menyentuh kepalanya untuk menegaskan, "Apakah saya bisa memberi kabar kepada ibu panti asuhan? Beliau pasti cemas mengetahui saya di sini."

Akira bergeming. Hanya menatap Asia tajam, menelisik dalam-dalam. Suasana ruangan menjadi hening yang tak mengenakkan, menyesakkan dada.

"Panti asuhan tempatmu tinggal sudah terbakar habis dua tahun yang lalu." Akira kemudian berucap memecahkan keheningan, masih tanpa emosi, "Semua yang kau kenal di sana sudah mati terbakar, tidak ada yang selamat."

Asia terkesiap dan pucat pasi, mengira bahwa lelaki di depannya ini bercanda, tetapi ekspresi dingin di sana dan bibir yang menipis kejam itu sudah pasti bukanlah ekspresi orang yang sedang bercanda.

Lelaki ini bilang apa? Dua tahun yang lalu? Bukankah kemarin dia masih tinggal di panti asuhan itu? Asia masih ingat semuanya dengan jelas!! Bagaimana bisa panti asuhan tempatnya tinggal bisa terbakar dua tahun lalu? Dua tahun lalu??

Lagipula kenapa lelaki itu mengucapkan kata-kata mengerikan tanpa empati sedikitpun? Seolah-olah jiwanya begitu dingin hingga membicarakan kematian tidak bisa menyentuhnya.

Asia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, dengan panik mencari petunjuk, petunjuk apa saja yang bisa memberinya pengetahuan tentang apa yang sedang terjadi, tetapi yang dilihatnya di ruangan ini hanyalah dinding putih yang steril dan tak bersahabat, pada akhirnya dia kembali menatap lelaki itu,

"Anda pasti berbohong kepada saya! Tolong jelaskan apa yang terjadi!"

Pandangan Akira menyala ketika mendengar nada suara Asia yang meninggi, seakan tidak pernah ada seorangpun yang berani meninggikan nada suaranya kepadanya, dan kemudian, dengan mata menyipit kejam, Akira membungkukkan badannya sehingga kepalanya begitu dekat dengan kepala Asia, menantang mata Asia sejajar dengan matanya,

"Yang terjadi adalah..." suaranya berupa desisan pelan, menahan kemarahan, "Kau kehilangan semua ingatanmu selama dua tahun terakhir ini.  Dan ingatanmu seolah-oleh melompat langsung dari usiamu yang ke enam belas tahun langsung ke titik ini." Akira mengulurkan jemarinya, menekan belakang kepala Asia dengan kasar hingga wajah Asia merapat ke wajahnya, hingga napas hangat mereka menyatu, "Kau sekarang berusia delapan belas tahun, isteriku. Dan anakku sedang bertumbuh di kandunganmu. Jadi segeralah memahami situasi ini dan jangan bertingkah bodoh yang memancing kemarahanku."

The General's WifeWhere stories live. Discover now