Setelahnya

76 7 0
                                    

Bogor.
Agustus, 2017.

Hm... lama tak jumpa.
Tidak terasa sudah bulan Agustus, dan aku sudah menentukan tujuanku selanjutnya. Tidak banyak kisah selama ini.

Hanya... untuk beberapa hari setelah hari kelulusan, aku menjalankan bulan puasa dengan semestinya, lalu pembagian hasil UNBK yang membuatku seperti dahulu lagi, hanya uring-uringan di kamar, menangis sampai tidak ingat waktu, lalu pupusnya harapan memasuki sebuah gedung harapanku.

Perlahan-lahan kegagalan itu menghampiriku. Untuk beberapa bulan itu juga aku selalu pergi pagi dan pulang malam, selain mencari inspirasi, tentunya menghindari heningnya rumah.

Kedua orangtuaku hanya diam, tidak berbicara apa pun, yaaa, aku tahu, itu artinya mereka kecewa dengan hasilku saat ini. Jujur, aku ngerasa kalau perjuanganku belajar sampai tidak tidur pun terasa sia-sia saja. Entah aku harus menyalahlan siapa, yang aku salahkan hanya diriku sendiri yang bodoh, yang bego, yang argh jika di pikirkan memang membuatku kesal.

Hari-hariku semakin sibuk, aku yang sudah tes dan beberapa bulan berlalu, aku tentu masih ingat kalau aku gagal ke negeri. Tentu itu hari yang kacau, aku bahkan tidak berani bertemu Papaku.

Aku sudah sering mengecewakannya, entah sudah berapa kali, tapi di tahun ini aku mengecewakannya dua kali. Yang pertama saat pembagian NEM, Mama yang melihat secara langsung hanya diam tidak berbicara apa-apa, lalu Papa tidak membalas pesanku. Dan sekarang, aku yang gagal masuk negeri.

Rasanya tahun ini berat, mungkin kalian belum tahu, aku yang sudah bisa bebas dari yang namanya depresi, rasanya masih harus menahan hasrat agar aku tidak melukai lenganku atau tubuhku sendiri. Kalau di ingat-ingat, tahun ini terlalu banyak beban, aku yang sesekali bertengkar lagi dengan Mama dan Papa, terutama Papa yang sering berbeda pikiran denganku.  Lalu, kejadian ambil NEM yang harus bersama orangtua pun membuatku stress, karena baik Papa atau pun Mama tidak ada yang bisa mengambilnya, walau akhirnya tiba-tiba Mama datang ke kelasku. Ugh, mengingatnya juga sudah pusing, aku pikir setelah selesai UNBK semua akan happiness, but its not.

Aku yang sudah berdebat panjang pun akhirnya mengalah masuk swasta, bahkan debatan kecil terjadi lagi hanya untuk menentukan swasta mana yang akan aku pilih, di tambah jurusan apa yang aku mau. Tentu aku yang menang, untuk kali ini aku ingin menang dari orangtuaku. Aku hanya muak saja, sejak aku lahir sampai sekarang mereka terlalu banyak menuntut, katanya bebas, tapi aku sama sekali tidak merasa kebebasan.

Sudah lah, toh hari ini aku sudah bertekad untuk tidak seperti kepribadianku yang dulu. Aku harus bisa berbakti pada orangtuaku, paling tidak mulai hari ini aku harus bisa membuang sifat ketusku saat di rumah, walau pasti akan susah.

Beberapa hari setelahnya, ada acara berbuka bersama dengan teman sekelas, teman satu angkatan, dan teman tiga angkatan sekaligus. Jujur, aku berharap setidaknya bisa bertemu dia di acara buka bersama kelas, sayangnya tidak.

Terakhir aku bertemu sejak hair kelulusan itu.

Ya sudah, lupakan saja lupakan.

Aku tidak seburuk saat itu, keadaanku yang sekarang pun sudah membaik walaupun masih ada rasa tidak ikhlas dalam diriku menerima kenyataan bahwa aku melanjutkan ke swasta.

Dan, untuk beberapa hari ke depan, aku harus mengemasi barang-barangku.

Meninggalkan kota hujan.

🍃

"Lo mau tau nggak?"

"Apa?" tanyaku yang saat ini berada di rumah Wati.

One Year Full Of MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang