Selamat hari kelulusan

Mulai dari awal
                                    

Very, very.

Gajelas uu

yauda si maap

Tuh kan, bego banget, kenapa jadi aku yang minta maaf, heran sendiri.

Gausah minta maap
Kmu Gak akan kuat

AAA, LUCU BANGET SIH YA ALLAH.

Andai saja aku lagi di kamar dan bukan lagi di tempat umum, sepertinya aku akan teriak dan tendang-tendang selimut, apapun jadi pelampiasan.

Padahal aku tahu menurut kalian, pesannya sama sekali tidak ada yang lucu.

Yah, namanya juga lagi jatuh cinta.

dih
trs biar lu yg minta maap gt?

Kagalah haha

Yah, deep.

gajelas uu

Gpp ga dosa ini

Please, aku nggak mau chatannya udahan gitu aja, aku mau lebih panjang, lebih lama, jangan gini doang.

Apapun caranya aku bahkan harus mikir balasan apa yang biar dia bales terus.

hm gmn bernard aja

Oke, terlihat sudah aku ngebet banget chatan sama dia.

Bego.

Apasih kancut

apasih bernard

Terserah kancut

Yah, ya sudah deh. Dari pada aku balas lagi itu akan semakin terlihat dan ketara lagi kalau aku memang tidak mau pesan itu berakhir negitu saja.

Dengan terpaksa pun aku keluar dari instagram dan mengunci layar handphoneku, baru saja aku merasa senang bisa berbalas pesan dengannya, tapi secepat itu pula aku langsung sedih.

Mungkin ini akan terakhir kalinya bisa chat yang diiringi candaan.

🍃

Rasanya antara senang atau pun sedih ketika aku kembali ke sekolah ini, ya memang sih cuman ada jeda satu hari saja, cuman entah mengapa mengingat kalau hari- hari selanjutnya aku akan sangat jarang lagi ke sekolah, palingan juga hanya satu kali atau dua kali, ya namanya juga sudah di tingkatan kelas akhir, jadi pengangguran.

Aku melangkahkan kakiku ke dalam kelasku, tidak ada yang berubah, anak laki-lakinya di teras kelas bermain games, dan anak perempuannya sudah ngerumpi pagi-pagi. Kami tidak ada kegiatan apa pun, kecuali, berkumpul di lapangan setelah ini.

Di lapangan ini, seratus orang, atau mungkin lebih dari segitu, berkumpul membentuk tiga lingkaran di lapangan, mau kenal atau tidak, kami saling merangkul, membentuk seulas senyum tipis menatap ke depan.

Beberapa orang berkeliling membagikan sebuah balon untuk nanti di terbangkan. Aku memegang satu balon berwarna biru, tanganku merangkul Dhisty dan Pitri.

One Year Full Of MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang