Bab 4 - MOS

46 3 0
                                    

ANAK sekolah mana yang ngga tau MOS(kecuali anak SD), mengingat MOS atau Masa Orientasi Siswa adalah saat-saat yang paling berkesan sepanjang sejarah hidup seorang manusia dalam dunia pendidikannya. Mulai dari awalanya berperan sebagai junior yang dijailin, sampai menjadi senior yang ngejailin, proses timbal baliknya berputar terus-menerus, hingga ada yang namanya istilah revenge alias balas dendam.

Setelah puas dizalimi, seorang senior biasanya akan menzalimi juniornya. Lalu si junior kembali menzalimi adik kelasnya, dan begitulah seterusnya, yap MOS memang ajang kezaliman. Polemik selama MOS pun beragam, mulai dari ada adek kelas yang ngaduin kakak kelasnya, adek kelas disamperin senior, senior ditegor guru, sampai guru yang pingsan karena diuber-uber siswa baru buat dimintain tandatangan.

MOS juga bisa jadi ajang keren-kerenan bagi senior organisasi, terutama OSIS. Selama jadi anak OSIS, gue paham banget kalo kebanyakan anak OSIS dateng cuma pada waktu MOS. Yang biasanya maen handphone waktu rapat, yang tiap rapat pura-pura neneknya meninggal (mungkin dia punya banyak stok nenek yang siap mati tiap dia rapat OSIS), yang bilang ngga boleh keluar rumah, semuanya tiba-tiba muncul di hari MOS itu.

Kadang berasa ngga adil juga kalo seenak-enaknya dateng padahal kewajibannya sebagai pengurus ngga pernah dilaksanakan. Pernah diberlakukan pencabutan hak penyelenggara MOS bagi pengurus OSIS yang jarang aktif. Tapi yang ada Ketua OSIS kita malah disamperin alumni dan dimarah-marahin, ada yang ngadu gitu katanya. Gue paham banget alumni fresh graduation SMA memang punya pesona kesongongan yang istimewa.

Waktu baru masuk SMA, MOS sangat berguna bagi kita untuk mengenal satu sama lain. Dan gue baru tau ternyata MOS bisa juga difungsikan sebagai alat promo. Kayak temen gue, si Ayu, yang dagang pulsa sejak pertama masuk SMA.

Setiap disuruh perkenalan diri, dia selalu menyertakan kalimat, "Jika berminat, segera hubungi saya sebelum terlambat. Jika tidak, kartu Anda akan memasuki masa kronis dan tidak bisa terselamatkan."

Ayu juga hobi ngejagain senior-senior di depan gerbang pagi-pagi sekali sambil teriak, "Pulsanya, Kakakkk?" Dengan promo yang luar biasa sukses ini, Ayu menjadi the most wanted person on everyday. Dicari kalo lagi butuh diisiin, dan dihindari kalo sedang ditagihin. Namanya pun berubah menjadi "Ayu Pulsa".

Para penghutang mania pun sibuk membuat jalan tikus menuju kelas masing-masing, mengingat kelas Ayu Pulsa adalah kelas yang pasti dilalui setiap orang. Kadang mereka tertangkap dan terkapar menyerah tak berdaya.

***

Suatu hari, Ayu bingung setengah mati karena ada peraturan baru, yaitu dilarang berjualan pulsa di area sekolah. Karena proses penagihan hutangnya mengganggu proses belajar mengajar, juga karena daripada bayar LKS, orang-orang lebih takut buat telat bayar pulsa sama Ayu.

"Nen, aku mau jual opo lagi yo?" dengan logat Jawanya yang kental.

"Ya terserah elo, sate kek, lontong kek. Lo bisanya apa?"

"Aku dulu di kampung pernah jualan iki lo, Nen, kerupuk jengkol."

"Wah, kalo kerupuk udah biasa, Yu. Lo harus cari dagangan yang kreatif, harus inovatif dong."

Sepi....

"Ha! Gimana kalo aku jual permen karet jengkol, Nen?"

"Per.. permen karet?"

"Iya, namanya Jengkol Lotte. Keren ngga?"

"Jengkol Lotte? Trus disingkatnya Jenglot, gitu? Orang udik mana yang mau makan jenglot, Yu?"

Akhirnya, Ayu Pulsa memutuskan untuk meneruskan usahanya. Dia bilang, kalo pihak sekolah berani ngelarang dia, maka pihak sekolah juga harus mau menanggung biaya hidup keluarganya.

Putih Babu-babu by Neny SaputriWhere stories live. Discover now