10- huh

154 33 8
                                    

Seperti apapun kedepannya, kamu harus bertahan, ingat! Ini pilihanmu

-Rasti

Angin membelai pelan, Rasti menghembuskan nafas kasar, saat baru saja hendak memasuki toilet, ia mendengar beberapa wanita tengah membicarakan dirinya.

"Ini nih, kalo punya ketua OSIS kegatelan, ganjen, nggak bisa liat cowok bening dikit, digebet."

"Iya, kerjaannya cuma pacaran aja, gimana mau jalanin tugasnya, pantesan tugas-tugasnya nggak ada yang beres."

"Toilet aja rupanya kayak gini sejak dia jadi OSIS, banyak coretan-coretan nggak penting."

"Katanya dia lagi deket ya sama kak Lintang?"

"Nggak mungkin, dia kan pacaran sama Arman, sensi banget gue tau, padahal Arman itu boyfriend goals gue."

Lalu mereka tertawa.

Hati Rasti mencelos, ia pernah mendengar dari teman-temannya bahwa ia sering dibicarakan dibelakang, namun kali ini ia mendengarnya sendiri.

Ia mengurungkan niatnya ketoilet, ia berjalan menuju ruang OSIS, disana ia bertemu dengan Alya.

"Assalamualaikum, Alya."

"Wa alaikumsalam warahmatullah, eh Manda, ngapain disini? Kok nggak dikelas."

"Iya yak, Bu Rina nggak masuk, bosen juga dikenal, niatnya mau keperpus, tapi nggak jadi."

"Kok Manda kelihatan murung, ada apa? Ada yang bisa Alya bantu?"

Rasti hanya menggeleng pelan, Alya teman yang baik, tapi mereka tak terlalu dekat, jadi ia sungkan untuk bercerita.

"Manda sakit? Mau Alya ambilin obat?" Alya tampak khawatir, ia mendekati Rasti dengan senyum manisnya.

Rasti menatap kosong, ia sedang banyak pikiran sekarang.

"Yaudah kalo Manda nggak mau cerita, tapi jangan murung gini dong, sejak awal kenal Manda setahun yang lalu, Alya merasa Manda nggak pernah seperti ini."

"Kamu pernah ditembak seseorang?" Tanya Manda dengan tatapan kosong. "Atau pernah dibicarain habis-habisan? Dikatakan tak berguna atau merasa dimanfaatkan?" Pertanyaan itu Rasti keluarkan tanpa pikir panjang. "Apa aku memang nggak cocok jadi ketua? Apa selama ini aku nggak mengerjakan tugasku dengan baik?"

Ia merasa bebannya bertambah dan terus bertambah.

"Manda," Alya menggenggam tangan Rasti, Rasti yang sejak tadi melamun pun menoleh. "Jadi ketua memang bukan hal mudah, apalagi menjadi wakil disekolah dengan siswa yang tak sedikit, dengan beragam karakter, tingkat laku, pemikiran, pendapat, sudut pandang, dan latar belakang."

Rasti mengangkat wajahnya yang sejak tadi menunduk, sedangkan Alya mengusap bahunya pelan.

Ia teringat lagi cerita Dara sebulan yang lalu.

"Rasti, lo tau nggak, tadi dikantin, gue ketemu sama Monika, Ratu nyinyir," Dara menarik nafas, ia pasti tadi habis berlari, nafasnya tak stabil.

"Apa?" Rasti bertanya dengan nada penasaran.

"Masak dia bilang kalo lo nggak cocok jadi ketua, dia bilang kalo yang lebih pantas jadi ketua itu Arman, terus dia sama teman-temannya yang hobi dandan kayak tante-tante girang itu menambahkan, kalo lo jadi ketua dengan curang."

"Curang?" Rasti menautkan alisnya tak mengerti, ia menatap ketiga sahabatnya bergantian.

"Iya, gue yang denger aja pengen jambak, untung ada Sasa yang nahan gue."

Ambigu (Completed)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin