Lembar 14 : His Story

368 19 1
                                    


Haloo, maaf ya baru upload. Rencananya tadi malam sih, tapi karena tadi malam kecapekan karena perjalanan balik lagi ke kota tempat kulia, jadinya aku upload pagi. Oh ya, aku masih fokus buat lomba dulu buat dua minggu kedepan, jadinya masih belum bisa upload yaa. Oh ya, rencananya sih mau aku selesaiin cerita ini selama masa liburan kuliah ini, moga aja sempet ya, wkwwk.

Oke, langsung simak aja kelanjutannya. Tinggal beberapa lembar sebelum ending. psst, Endingnya udah jadi kok tapi beberapa chapter menuju ending belum. Jadi ciao

***


Kelopak mata itu mengerjap beberapa kali. Kedua bola mata itu bisa merasakan cahaya matahari pagi yang masuk melalui celah tirai yang tidak dibuka. Pandangannya kemudian meneliti segala penjuru ruangan, mendapati kedua pengawalnya yang berdiri dalam diam di tempat meraka masing-masing.

"Honey,' suara lirih itu mampu membuak Honey mendongak dna segera menghampiri sang Putri. Sejenak dia terpaku di samping tempat tidur sang Putri, tidak percaya jika perempuan di depannya membuka matanya kembali.

"Tuan Putri," dan Honey tidak bisa lagi membendung tangis leganya saat mengetahui jika tuan putrinya telah membuka mata. Begitu pun Alford menundukkan kepala seraya menutup wajahnya yang sudah basah akibat air matanya.

"Ada apa Honey? Kenapa kau menangis," Honey tidak menjawab. Gadis yang wajahnya terliha kusut dan lembab akibat air mata itu malah memeluk Unique. Dia menghiraukan pertanyaan Unique yang masih penasaran dengan apa yang terjadi.

Pandangan Unique beralih ke arah Alford, memandang penuh tanya yang juga dihiraukan oleh pria itu. Merasa tidak ada gunanya bertanya, Unique memilih untuk menghibur Honey yang masih menangis dalam pelukannya. Sampai akhirnya Honey sudah tidak terisak lagi beberapa menit kemudian,

"Tuan Putri sudah tidak apa-apa?"

Unique mengerutkan dahinya tidka mengerti, "Apa yang kau maksud Honey, aku tidak apa-apa. Aku hanya kelelahan dan akhirnya jatuh pingsan, itu saja." Honey tersenyum senang seraya memeluk Unique.

"Jadi Tuan Putri tidak terkena kutukan. Berati asumsi kita selama ini salah!" Honey melihat ke arah Alford dengan wajah sumringahnya. "Kita harus memberi tahu Tuan Agni jika Tuan Putri tidak apa-apa! Jika kita berangkat sekarang, pasti masih terkejar, kan."

"Tunggu dulu, apa maksudmu Honey?"

"Tuan Agni baru saja berangkat untuk menyembuhkan kutukan anda Tuan Putri. Kami mengira jika anda terkena kutukan dan tidka akan mmebuka mata lagi. Jika anda sudah membuka mata seperti ini, itu berarti kutukan itu tidak ada, kan." Unique masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi selama dia tidak sadarkan diri. Bahkan penjelasan Honey pun ttidak membuatnya paham.

"Sepertinya kalian salah paham." Ketiga orang yang berada di ruangan itu segera melihat ke arah Charta yang memasuki ruangan peristirahatan Unique. Laki-laki itu tersenyum tipis melihat Unique yang telah sadarkan diri. "Senang melihat anda sudah membuka mata anda, Tuan Putri."

Unique mengangguk. "Jadi, apa yang anda maksud salah paham tadi Charta?"

Charta tak langsun menjawab. Laki-laki itu duduk di kursi yang berada di samping tempat tidur Unique. Diatas pangkuannya terdapat buku tebal yang sedari tadi berada di pelukannya "Sebelumnya saya akan meluruskan semua keadaan ini. Tuan Putri, anda telah terkena kutukan."

"Tunggu, apa?" tanya Unique tidak mengerti.

"Sebenarnya anda sudah memiliki kutukan ini semenjak anda lahir tapi selama ini kutukan tersebut belum aktif karena tidak memenuhi ketentuan yang bisa membuat kutukan tersebut terjadi." Charta menghela napas tidak kentara. "Dan karena Tuan Putri sudah memenuhi ketentuan kutukan tersebut, kutukan tersebut akhirnya terjadi dan hanya tinggal menunggu waktu hingga Tuan Putri meninggalkan dunia ini."

Immortal GuardianOnde as histórias ganham vida. Descobre agora