bagian sembilan.

625 81 6
                                    


Sebelum kalian baca, aku informasikan dulu yaa. Ini alurnya aku cepetin, dan disini setting waktunya Sehun-Irene udah punya anak hihihi.
Selamat Membaca temen-temen❤

***

"Ayah, nanti Sehyun mau diulang tahun ke 6 dirayakan bareng teman-teman ya?"

"Iya, sayang. Nanti kita bisa rayakan dirumah dan kita undang teman-teman untuk datang kerumah. Setuju?"

"IYAAA! SETUJU!"

Oh Sehyun, gadis manis dan cantik ini memeluk erat sang ayah, Oh Sehun, yang kini semakin terlihat gurat kedewasaan dalam wajahnya.

Sehyun, hadir disaat Sehun dan Irene telah melakukan usaha terbesarnya agar bisa mendapat keturunan. Menginjak tahun ke-3 usia pernikahan mereka, Tuhan baru mempercayai keduanya untuk menjaga titipan dari-Nya. Dan sekarang usia pernikahan keduanya sudah ditahun ke-9, itu bukan waktu sebentar bagi Sehun dan Irene untuk selalu menumbuhkan rasa percaya agar pernikahan mereka tetap terjaga harmonis hingga maut yang memisahkan.

Oh Sehyun tumbuh menjadi gadis cantik yang pintar dan berani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oh Sehyun tumbuh menjadi gadis cantik yang pintar dan berani. Perpaduan wajah Sehun dan Irene yang tidak usah diragukan lagi, hingga Sehyun mewarisi keduanya dengan sempurna.

Dulu, Irene selalu diliputi ketakutan karena tidak segera diberi keturunan. Dia rutin periksa sana-sini, demi mengetahui ada kesalahan apa pada dirinya. Irene bahkan rela ke luar negeri, bertemu teman-temannya yang menjadi dokter kandungan untuk mengkonsultasikan permasalahan yang menimpa dirinya dan Sehun. Hasilnya selalu menunjukkan, bahwa tidak ada kesalahan apapun, baik dari Irene, maupun Sehun. Yang itu artinya, mereka hanya harus bersabar dan bersabar. Hingga akhirnya, disaat mereka cukup menyerah dan lelah, Tuhan memberi kehendak lain, memberi lampu terang yang terangnya membuat Irene dan Sehun tidak mampu lagi berkutik dari karunia-Nya.

Sehun dan Irene memberi bukti, bahwa, segala sesuatu yang dimulai walaupun dengan paksaan, bukan berarti tidak ada akhir bahagia. Seolah-olah dunia bisa kita atur sesuai dengan skenario yang kita inginkan, padahal Tuhan sudah menyediakan skenario diatas kemampuan kita dalam berfikir. Manusia hanya perlu menjalankan, tanpa harus kompromi.

"Sehun, nanti yang jemput Sehyun kamu ya? Jam 1 aku ada rapat dengan direktur rumah sakit. Nggak papa, ya?" Irene, sambil mengoleskan selai pada roti, berbicara dengan nada lembut. Jiwa keibuannya semakin kuat semenjak Sehyun hadir, gurat kedewasaan juga semakin kentara pada dirinya.

Sehun mengangguk sambil menyesap secangkir kopi hangatnya. "Iya, tapi nanti semoga aku tidak ada jadwal dadakan. Kalau tidak, biar Jungwoo saja yang jemput Sehyun."

"Oke. Tetap kontak aku nanti, kalau bisa jemput bilang, kalau tidak bisa juga bilang padaku." Irene memberikan sepotong roti pada piring Sehyun yang kini sibuk bermain barbie, "Sayang, ini dimakan dulu rotinya. Mainnya dilanjut nanti."

Dengan sigap Sehyun melahap roti selai kacang favoritnya. Eh, bukan. Bukan hanya favoritnya, tapi juga favorit keluarga kecil mereka. "Makasih, bun." Ujarnya bersemangat.

LUVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang