3. Pokoknya aku mau kerja!

888 156 16
                                    

Hanya suara dentingan sendok yang bertabrakan dengan piring yang menjadi kebisingan di antara kedua pasangan baru itu, yang satu dengan sengaja mendentingkan suara sendoknya sedangkan yang satunya pura pura tidak mendengar, sungguh pagi yang indah, batin Chandra.

"Ayah, boleh ya?" Tanya Fikri dengn suara memelasnya, Chandra yang merasa dirinya sebagai lelaki jantan tetap bersikukuh dengan jawaban yang ia berikan dari kemarin, "nggak boleh."

"Ah, tau ah, ngambek aku tuh" Chandra terkekeh, "sayang, mana ada orang yang ngambek, ngomong gitu"

"Ada tuh, aku contohnya" jawab Fikri dengan sinis, "kamu marah marah gini makin cantik lho" tatapan Fikri semakin tajam, "udah aku bilangin, aku tuh nggak cantik!" Fikri bangkit dari duduknya, pergi ke kamar ninggalin Chandra yang tersenyum kikuk.

Sewaktu Chandra mau makan nasi gorengnya, tiba tiba dasinya mendarat di kepalanya entah dari mana, "tuh, pake sendiri"

"Pakein dong"

"Nggak mau, 'kan aku lagi ngambek" ucap Fikri sambil menaikkan jari telunjuknya, seakan mengingatkan suaminya, "yaudah, nanti aku minta tolong sekretaris di kantor aja" jawaban Chandra sukses membuat mata Fikri melotot ke arahnya, "sampai kamu berani deket deket sama dia, awas aja kamu" ucap Fikri, tangannya memgambil dasi yang tadi ia lemprkan, lalu memasangkan di kerah kemeja suaminya.

"Nah gitu dong, jadi makin sayang" Chandra mencium hidung Fikri sebagai tanda terima kasihnya, "nggak usah cium cium, aku jijik mas"

"Kamu kenapa sih? Aku kan udah bilang, jangan terlalu sering nonton sinetron"

"Makanya, bolehin aku kerja dong!"

"Nggak" final Chandra, ia langsung pamit untuk pergi ke kantor meninggalkan Fikri dengan wajah masamnya, "mending aku ke tokonya Seungmin aja" monolognya.

"sEUNGMENNN" teriak Fikri yang nggak kira kira, "apaan? Pagi pagi udah mau ngerusuh aja"

"Gabut nih"

"Terus?"

"Ku bantuin jaga toko yak" tawar Fikri, "tumben" Seungmin memicingkan matanya, curiga. "Apa sih, aku juga mau kerja disini gara gara nggak di izinin kerja sama kak Chandra"

"Ututu kasian, emang nggak di bolehin kenapa? Kamu hamil? Jadi nggak boleh kerja?" Tanya Seungmin, penasaran, siapa tau dia otw punya ponakan. "Kamu kira aku cewe yang bisa hamil?"

"Ya siapa tau..."

"Katanya semalem tuh gini 'kamu ngapain mau kerja? 'Kan itu tugas aku, lagi pula aku bisa hidupin kamu sampai tujuh turunan"

"Terus, terus gimana?"

"Ya aku bilang, 'kan aku mau kerja buat hidupin tujuh turunan setelahnya' pas aku jawab gitu, dia malah pura pura bobo, kesel aku tuh" Seungmin menepuk nepuk pundaknya Fikri, "sabar ya"

Fikri kini berdiri di belakang meja kasir, pelanggan hari ini cukup membuat gigi Fikri kering karena senyum, "sekalian isi pulsanya?" Tanya Fikri dengan ramah, Seungmin yang ada di sampingnya langsung menjitak kepalanya, "apa sih?"

"Ya itu kamu nawarin pulsa ke bocah, ya mana mau dia" Fikri cuman cengar cengir, "maaf, udah otomatis kata katanya"

"Terima kasih dek, datang kembali"

Jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, Fikri dengan cepat pamit ke Seungmin, takut keduluan sama Chandra sampai di rumah.

Ia bernafas lega, pintu rumahnya masih terkunci, tanda Chandra belum pulang. "Assalamualaikum, ayah pulang" ucap Chandra yang baru saja sampai di rumah, ia meletakkan tasnya di dekat pintu, kemudia memcari keberadaan istrinya.

"Sayang?" Panggil Chandra, sedangkan Fikri sedang gelagapan lap keringatnya karena aktifitas lari malamnya, "iya"

"Peluk dong"

"Nggak, aku kan ngambek" Chandra mencebikkan bibirnya, "yaudah deh"

"Yaudah apa?" Tanya Fikri dengan antusias, "yaudah, kamu boleh kerja"

"Beneran?" Chandra mengangguk, "iya, kamu kerja sama aku, jadi istri yang baik"

Wqwq aku mentoq qaq :(

Marriage life | ChanglixWhere stories live. Discover now