Cidera

2.4K 243 35
                                    

JTAK!

June meringis, mengusap-usap puncak kepalanya yang dijitak oleh Hanbin untuk yang ketiga kali, setelah ia menampakkan diri di dorm. Member yang lain diam saja, meski berada di ruangan yang sama dan duduk di sofa yang sama. Tidak ada yang mencoba membela dirinya atau apa.

"Aku kan sudah minta maaf, hyung." rutuk June bersungut-sungut. Dan, harus rela mendapatkan jitakan dari Hanbin satu kali lagi.

"Aku masih tidak bisa memaafkanmu! Kenapa kau harus melakukan jiu-jitsu sungguhan, sih? Lihat, itu! Tangan Jinan hyung jadi cidera karenamu, tahu!" Hanbin menempeleng kepala June--lagi, sebelum menunjuk tangan kiri Jinhwan yang sedang dililit perban oleh salah satu staff noona.

Melihat sikap kekasihnya yang berlebihan, Jinhwan hanya bisa menghela napas. "Sudahlah, Hanbin. Aku tidak apa-apa. Lagipula, tadi June sangat baik, loh, padaku. Dia sengaja kalah hanya agar aku bisa pulang duluan. Kau tahu, kan? Bila June mengeluarkan seluruh tenaganya sungguhan, mungkin tulang-tulangku sudah patah semua." Jinhwan berusaha mencairkan suasana dengan mencoba tertawa.

Sayangnya, tidak ada yang ikut tertawa bersamanya. Terlebih, Hanbin semakin menggertakan gigi hingga urat-urat di lehernya keluar semua. Jinhwan mendengus sebal.

"Jangan coba membelanya, hyung. Kau tidak lihat perban di tanganmu itu setebal apa?"

Ya, memang cukup tebal untuk tangannya yang mungil. Bahkan sudah tebal begini, staff noona itu masih belum berhenti melilitkan perban di tangannya.

"Kau juga, Bobby hyung!" hardik Hanbin tiba-tiba kepada Bobby yang sedang melamun.

Otomatis membuat Bobby kesal, karena jantungnya hampir copot akibat terkejut. "Kenapa aku?!" balasnya tidak terima.

"Ini semua tidak akan terjadi seandainya hyung tidak merencanakan permainan bodoh itu!"

"Hei, mana bisa kuprediksi kalau yang harus melakukan permainan itu di akhir adalah Jinan hyung dan June!"

"Oke, selesai!" Staff noona berseru, menginterupsi adu mulut antar para rapper yang tidak akan selesai bila tidak ada yang melerai. "Berhentilah berdebat seperti anak kecil! Jinan tidak kenapa-napa, kok. Cuma terkilir saja. Tujuannya diperban hanya untuk mengurangi pergerakan yang dapat memperparah lukanya, jadi jangan berlebihan!"

Entah mendengar penjelasan barusan atau tidak, Hanbin buru-buru menghampiri Jinhwan setelah tahu kekasihnya telah selesai diobati. "Kau tidak apa-apa? Apa ada yang sakit? Kepalamu pusing?" cerocosnya, sembari memeriksa seluruh organ tubuh kekasihnya satu-satu. Takut bila ada luka lain yang mungkin tersembunyi atau terselip di suatu tempat.

Jinhwan terkekeh melihatnya. "Aku tidak apa-apa, jangan berlebihan begitu."

"Kau yakin hanya perlu diperban? Tidak perlu dibawa ke rumah sakit?" Manager hyung yang sejak tadi hanya diam memperhatikan perban di tangan Jinhwan dan segala perdebatan yang diciptakan oleh sang leader, kini mulai angkat bicara. Bertanya langsung kepada staff noona yang sedang membereskan peralatan P3K kembali ke kotaknya.

Staff noona mengangguk mantap. "Ya, kita coba lihat perkembangannya dalam tiga hari ini. Jika tidak kunjung membaik, baru kita ke rumah sakit."

Hanbin merasa sedikit lega. Kenyataan bahwa Jinhwan-nya tidak perlu dibawa ke rumah sakit menandakan bahwa luka di lengannya tidak begitu parah. Namun, bukan berarti rasa khawatirnya sudah menghilang begitu saja. Ia segera beralih memerhatikan kekasihnya, meremas tangannya yang tidak diperban, lantas memandang matanya dalam tatapan khawatir yang kentara. Jinhwan membalas tatapan itu bingung.

Fluffy BinhwanWhere stories live. Discover now