04. Percik

4.5K 187 4
                                    

•••


Hari ketiga dan keempat kami habiskan di pulau Jeju. Karena aku penasaran dengan tempat itu. Katanya indah.

Dan...menyebalkannya lagi, Jovanka malah mengajak Vino ikut. Yuki nggak mau kalah, dia ngajak temennya yang apart-nya kita sewa. Temennya itu ngajak dua temen cowonya juga. Ugh! Berasa three-date.

Aku selalu tau dibalik otak ngeres mereka yang penuh ide gila! Apalagi kalo bukan buat nyomblangin aku dengan salah satu dari mereka?? Dasar setan betina!

"Lo jangan main kasar sama mereka ya? Efeknya pasti berimbas ke diri lo juga ntaran." ujar Jovanka.

"Bodo!"

Aku lebih banyak diam. Lagi musim dingin malah main dipesisir pantai. Udah gila aku. Kukenakan headset bulu yang sekalian bisa menghangatkan telingaku dari sergapan angin  musim dingin. Dan-nya Sheila on 7, nemenin permainan kakiku diatas pasir.

Mataku terpejam, menikmati hembusan angin pantai. Sambil bibirku bersenandung mengikuti lirik yang kudengar yang hampir usai.

Saat kubuka mataku, ada seraut wajah yang tengah tersenyum menatapku.

"Bego! Kaget!" racauku.

Dia terkekeh,"Kamu lucu kalo kaget."

Aku cuma nyengir. Apaan lagi?

"Apa kita pernah ketemu?" tanyannya.

Aku menggeleng,"Nggak. Kayaknya ini pertemuan pertama kita."

"Augustine Giftania Kemal. 32 tahunmu tinggal dua musim lagi. Owner sebuah resto Jepang dan pendiri panti anak Mahadewi. Sudah S2. Seorang yang berdedikasi tinggi, loyal, royal terhadap teman. Satu-satunya penerus grup GK. Wow!" papar Vino, masih asik dengan tatapnya yang teduh.

"Hm...lalu? Apa maumu?" tanyaku dingin.

"Nggak ada. Itu yang kutau dari internet. Begitu aku cari tau tentangmu, karena namamu begitu familiar ditelingaku." sahutnya.

"Ohya?" kuhembuskan nafasku.

"Kenapa? Kamu nggak suka?"

"Aku sih masa bodo ya. Suka-sukamulah." kilahku.

Kembali Vino tersenyum.

"Dengerin apaan sih?" dia melekatkan telinganya di headset yang sedang kupakai.

"John Legend. Dia favoritmu?"

Aku menjauhkan wajahku karena jarak kami yang sangat dekat. Close-up kayak gini sedikitnya membuatku agak nervous. Dia tersenyum. Lagi.

"Jadi...mbak Jo udah punya anak ya? Kupikir dia masih single kayak kamu," cetusnya.

Aku menoleh. Bisa-bisanya dia manggil aku kamu, tapi sama Jovanka, mbak. Ish! Aku menatapnya. Lama-lama cowo ini ingin kuhabisi juga!

"Kenapa?" tanyanya.

"Ya, harusnya ke aku juga kamu panggil mbak dong!" protesku.

Dia terkekeh," Loh? Kamu belum merit, belum punya anak pula. Kalo aku panggil mbak, tambah point jonesnya kamu dong. Jadi berasa tua. Mau?"

Ih! Ada ya manusia semenyebalkan kayak dia? Ngelunjak! Aku melotot. Aku menghentakkan kakiku sambil lalu.

Masih terdengar kekehan ringan anak ingusan itu. Jovanka menyambutku dengan antusias dan....takk!  Jidatnya kusentil.

"Macem-macem ae lo!" sungutku.

>>>>

Karena telat makan plus masuk angin waktu di Jeju, aku tumbang deh! Meriang, trus ulu hatiku sakit banget. Belum lagi anemiaku. Wahhh...

My Romance Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon