Alfa

0 0 0
                                    

Seperti biasanya, Revan berangkat sekolah bareng Rida
"Lo gak papa berangkat bareng gue terus?" Tanya Rida saat Revan mulai menancapkan gas
"Emang kanapa?"
"Nanti kak Viga cemburu lagi"
"Bener juga lo" Revan sedikit terkekeh
"Kapan lo mau ngajak dia? Pulang sekolah?"
"Tapi nanti gue ada ekskul basket nih"
"Besok?"
"Besok hari minggu"
"Oh iya. Yah, kapan-kapan ya Rev"
Revan hanya diam tak menjawab

Sampailah mereka disekolah. Setelah Revan memakirkan motornya, Rida langsung turun dari motornya
"Rev, gue duluan ya. Gue piket kelas nih"

Revan hanya mengangguk lalu Rida langsung pergi kekelas. Tiba-tiba ada yang menghampiri Revan
"Revan"
"Eh kak Viga"
"Lo anak basket kan? Gue bisa minta tolong gak?"
"Tolong apa?"
"Bilangin ke Diki ambil folmulir data yang ikut lomba di gue"
"Oh iya kak"
"Oh iya. Thanks ya buat jam yang lo kasih ke gue kemaren. Gue suka banget modelnya trendy"
"Iya kak. Sama-sama"
"Oh iya Rev. Lo ada waktu gak pulang sekolah nanti?"
"Ada kenapa?"
"Lo tau toko olahraga yang murah itu gak?"
"Tau"
"Lo mau gak anter gue kesana?"
"Iya. Kayaknya bisa"
"Thanks ya. Nanti gue tunggu di gerbang pulang sekolah"

Viga langsung meninggalkan Revan. Sedangkan Revan hanya melihat kepergian Viga
'Kok rasanya gue gak semangat gini ya' pikir Revan

***

Bel jam pelajaran pertama telah berbunyi, tapi Revan belum juga datang kekelas. Saat Revan baru saja naik tangga ingin menghampiri kelasnya, ia melihat Viga dari tangga atas berlari sambil menutupi wajahnya. Revan mengejar Viga hingga ke belakang sekolah

Disana Viga menangis tanpa menyadari Revan berdiri dibelakangnya. Sampai Revan menjulurkan tangannya memberikan saputangan ke Viga

"Jangan nangis" Revan mencoba menenangkan Viga
Tanpa babibu lagi, Viga langsung memeluk Revan dengan sangat erat. Revan kaget, ia hanya diam tanpa memberi respon apapun

Tanpa disadari keduanya ada seseorang yang sedang melihat kegiatan mereka berdua dibalik tembok.

'Revan... rasanya sakit banget' batin Rida sambil tangan kanannya menyentuh tempat jantungnya berdegup dengan kencang

Kung kang kung kang

Rida langsung berlari sekencang mungkin sampai di atap sekolah. Rida menangis sekencang mungkin sambil berjongkok.

Angin berhembus kencang menerbangkan helai-helai rambutnya seakan menemaninya menangis dan membantunya meringankan rasa sakit yang melandanya. Tanpa sadar setetes air mengalir dari matanya

Ring~ Ring~ Ring~ ada telepon masuk~
Rida mengangkatnya
"Halo?"
"Halo? Rida"
"Alfa? Kamu kapan kesini? Aku kangen sama kamj" Rida tak tahan lagi menahan tangisannya
"Rida? Kamu kenapa nangis?" Alfa terdengar khawatir
Rida tak menjawab dan hanya terus menangis

Viga masih terus memeluk Revan
"Kak, lo gak apa-apa?" Revan mengelus punggung Viga
Viga melepaskan pelukannya
"Gue putus sama Niko"

Harusnya Revan senang mendengar Viga putus dari pacarnya, tapi entah mengapa Revan tidak merasa apapun. Yang ia lakukan hanya membuat Viga lebih tenang dari tangisnya

Ketika dikira Viga lebih baik, Revan kembali tepat saat jam pelajaran ke-2 berbunyi. Revan masuk ke kelas tepat saat pak guru yang mengajar keluar. Revan langsung duduk dikursinya dan langsung mencari sekitar karena Rida tak ada dikursinya. Yang ada hanya tasnya

"Rida mana?" Tanya Revan ke Niken dan Yura yang duduk didepannya
"Loh, lo gak ketemu dia? Gue kira dia nyariin lo. Soalnya dari tadi dia nanyain lo terus"
"Serius lo?" Revan kaget
"Iya. Lagian tadi dia izin pingin ke kamar mandi kayaknya nyariin lo deh"
"Kapan dia izin?"
"Dari tadi"
"Duh, apa dia liat gue sama Viga ya?"
"Hah? Liat apa?"
"Gak" Revan menghapus kemungkinan jelek yang ada dipikirannya

Jam pelajaran ke 4 Rida baru kekelas. Wajahnya Rida terlihat lesu dan sembab. Kepalanya sakit karena hidungnya mampet. Rida langsung mendudukkan dirinya di kursi dan Revan langsung melemparkan banyak pertanyaan keRida

"Lo dari mana? Kenapa baru kekel..... lo kenapa?" Revan merasa iba melihat wajah Rida yang sembab
"Gue pusing gue mau pulang" Rida terdengar lemas

Nathan yang juga khawagir ikut menghampiri Rida
"Lo gak apa-apa?" Tanya Nathan
"Biar gue ante..." ucapan Revan terpotong Rida
"Nath, lo anter gue pulang ya?"
"Iya" Nathan langsung membantu Rida berdiri dan mengiringinya berjalan

Revan hanya nelihat kepergian Rida dengan perasaan khawatir dan kesal

***

Nathan mengantar Rida hanya sampai depan Lunar karena Rida melarangnya. Rida langsung mendudukkan dirinya disofa depan tv. Derin yang melihatnya langsung menghampirinya

"Rid, lo kenapa? Kok udah pulang? Lo sakit ya?"
"Gak kak. Cuma pusing aja"
"Gue ambilin obat ya?"
Rida hanya mengangguk

Setelah minum obat Rida menidurkan dirinya disofa. Sebenarnya ia ingin ke kamarnya tapi terlalu malas karena kamarnya di lantai 3

***

Bel pulang berbunyi, Revan segera berlari ke parkiran dan mengambil motornya sampai di depan gerbang ia melihat Viga yang menunggunya
"Rev, lo udah selesai?" Viga menghampirinya
"Oh iya lo minta gue anter lo ke toko olahraga kemaren ya?"
"Iya, kenapa? Kok lo keliatan buru-buru?"
"Iya nih, gue ada urusan mendadak. Kalo besok aja gimana?"
"Yaudah deh gak apa-apa"
"Iya. Gue duluan ya" Revan langsung menancapkan gasnya. Terlihat dari wajahnya Revan sangat khawatir sekali

Pikirannya penuh dengan Rida. Bahkan ia sampai menolak Viga. Yang Revan pikirkan saat ini hanya melihat keadaan gadis itu apakah dia baik-baik saja?

Sesampaknya diLunar, Revan langsung berlari masuk ke dalam. Betapa kagetnya dia melihat Rida sedang tertawa dan bercanda bersama Bella, Rendy dan Derin.

"Eh, Revan lo udah pulang?" Sapa Bella sontak semua orang melihat kearahnya
"Hei, bro. Gue beli martabak nih. Mau gak?" Derin menawari Revan

Revan yang ditanyai hanya diam. Matanya hanya melihat kearah Rida. Rida yang merasa dilihati jadi salah tingkah

"Lo kenapa ngeliatin gue kayak gitu Rev?" Tanya Rida
"Lo udah sehat?"
"Iya. Tadi gue cuma pusing kok"
"Ngeselin lo!" Revan langsung pergi sofa depan tv dan Rida menghampirinya

"Rev, lo marah sama gue?" Revan tak menghiraukannya
"Heh, Revan! Lo marah sama gue?"
"Lo masih nanya?"
"Emang salah gue apa?"
"Asal lo tau ya. Lo udah bolos 4 jam pelajaran, balik-balik tampang lo udah sembab gitu. Lo minta pulang gara-gara sakit kepala lagi lo kira gue gak khawatir hah!?" Revan terliat sangat marah sampai meluap-luap

Rida tersenyum jahil mendengarnya
"Oh~ lo pasti khawatir banget ya sama gue" ucap Rida jahil. Revan melihat Rida yang kepedean merasa bahwa ia terlalu berlebihan
"Biasa aja, gue cuma pingin tau keadaan lo. Lagian lo 'kan temen gue, wajar 'kan gue khawatir" Rida masih tersenyum jahil
"Iya iya gak papa. Gak usah malu gitu. Sekarang lo gak perlu khawatir lagi, 'kan gue dah sehat lo harusnya seneng dong" Rida meninju pelan bahu Revan. Revan hanya tersenyum

"Eh iya, gimana? Lo tadi udah ngajak pulang kak Viga?" Revan langsung terlihat murung
"Gue nolak pulang sama kak Viga" Rida membelalak matanya
"Hah! Kok ditolak! Kenapa?"
"Gue khawatir sama lo makanya gue buru-buru pulang"

Rida merasa tak enak hati ke Revan. Rida merasa ia telah menggagalkan rencana Revan. Revan yang melihat wajah murung Rida langsung merangkulnya dan memukul bahunya pelan

"Udah, gak papa. Besok gue pulang bareng dia kok. Gue gak bener-bener nolak gue cuma nunda aja" Rida kaget
"Besok lo pulang bareng dia?" Revan mengangguk semangat, Rida malah kembali murung
"Kok lo cemberut gitu sih?"
"Berarti gue gak bisa pulang bareng lo lagi dong" Revan deg degan
"Maksudnya?"
"Kalo gue berangkat pulang bareng lo kan gue bisa ngehemat uang jajan. Kalo gini caranya gue jadi keluar uang ongkos nih" rengek Rida. Revan hanya tertawa dan mengelus rambutnya

ILOREWhere stories live. Discover now