Koch 1 - Argita & Regan

28K 2.1K 299
                                    

1. Argita & Regan


Selamat bertemu lagi sama pasangan ini. Semoga betah. Shower them with this 💙💙💙
Happy reading.


🔪🔪🔪
Bukti bahwa takdir itu nyata,
saat ke manapun kalian menjejak langkah,
di manapun kalian berada,
kembalinya akan tetap pada satu muara jua.
—Argita Revania Kamal.


Gadis berpashmina hitam itu terpaku menatap selebaran ditangannya. Salah satu teman memberikan pamflet berwarna merah muda itu saat ia baru saja melewati gerbang kampus tadi. Kening gadis itu berkerut ketika membaca tema yang akan diangkat oleh panitia seminar dari salah satu organisasi di kampusnya.

Cinta.

Ia terkekeh pelan. Gadis Palembang bernama lengkap Argita Revania Kamal itu bertopang dagu. Membiarkan suara batinnya bertanya lirih, apa sebenarnya definisi cinta? Gita saja belum bisa mengartikannya dengan pasti. Kak Ayana pernah mengatakan bahwa cinta itu sebuah rasa yang ada di dalam diri setiap manusia, yang datang bersama bahagia juga luka. Cinta itu rasa. Bentuknya kasat mata, tak bisa dideskripsikan dengan nyata, tetapi ia ada.

Bingung? Gita juga. Namun, kakaknya benar. Cinta itu tidak berbentuk namun terasa. Dan bagi Gita sendiri, cinta itu mungkin menunggu. Menunggu sebuah hal yang tak pasti, menunggu dia yang kadang datang dan pergi sesuka hati, hingga akhirnya Gita mengambil sebuah keputusan untuk pergi. Rasanya terlalu bodoh jika hanya menyia-nyiakan hati pada sosok yang tak memiliki waktu untuk menghargai.

Kini, ia hanya akan memberikan hati pada seseorang yang benar-benar mampu membuatnya tak menunggu lagi. Gita benci ditinggalkan sebab itu adalah hal paling menyakitkan yang pernah dirinya rasakan. Ditinggal oleh orang yang sangat amat dicintai untuk selamanya. Ayah, sang cinta pertama. Dan kini, Gita tak ingin menunggu untuk ditinggalkan. Gita ingin rasa itu datang untuk bisa membawanya pada sebuah kenangan membahagiakan.

Menunggu adalah pekerjaan paling membosankan. Menunggu bukanlah hal yang dulu seharusnya Gita lakukan. Gita menyadari hal itu, tetapi menyesal sekarang juga sudah tiada guna. Maka dari itulah mengapa kini dirinya ada di sini. Di kota ini. Menuntut ilmu untuk meningkatkan kualitas diri. Bertekad bahwa ia bisa membahagiakan diri sendiri. Dengan passion yang tidak semua orang miliki.

"Git, bengong aja lo?" Naura menyikutnya pelan, membuat Gita memejamkan mata.

Ia terkejut tentu saja. Mereka saat ini sedang berada di kelas. Mendengarkan –atau lebih tepatnya hanya Naura yang mendengarkan karena Gita masih melamunkan satu kata yang ada di pamflet tadi. Kertas merah muda yang memberitahukan sebuah tema, Apa itu Cinta?

Cinta? Apa menariknya kata itu? Ia tersenyum tipis.

"Argita Revania!" Dan, kali ini Gita sontak berdiri.

"Ya, Sir?" tanyanya.

"Bagaimana pula you bisa melamun in my class?" Mendengar itu Gita hanya menahan umpatan yang jika saja ia bertemu sang kakak, tangan Gita akan habis dicubit oleh Ayana. Kakaknya membenci umpatan. Iya, Kak Aya memang sebaik itu dan ia menghormatinya.

Asal jangan ada yang ngebandingin gue sama Kak Aya aja. Like hell, zaman sekarang masih aja judgemental? Miris.

"Sir Andre, saya tidak melamun." Gita tersenyum lebar. Membuat beberapa teman akrabnya menepuk dahi. Padahal sudah jelas gadis itu ketahuan melamun di kelas.

"You tidak melamun?" tanya dosennya lagi dengan wajah tak percaya.

Sir Andreas ini dosen mata kuliah F&B Product (Food and Beverage Production), yang berasal dari Manado dan pernah melanjutkan magisternya di Malaysia. Karena beliau tidak terlalu bisa berbahasa Melayu, itulah mengapa dosennya mencampur bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Honestly, itu memang terdengar aneh.

Dear Koch ✔️ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang